Green  Pencil

Kamis, 23 Mei 2013

FF Sweet Innocence *4

Judul: Sweet Innocence
Genre: Romance
Part: 1-19
Cast:
IU/ Lee JiEun
Lee Donghae (Super Junior)
TOP/ Choi Seunghyun (BigBang)
Jung Sooyeon/ Jessica (Snsd)
#lee dongchul: saudara kembar lee donghae (hanya di FF ini^^)

Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will)

Part *4

Hari ini pemakaman dongchul. Namja itu meninggal karena kecelakaan.
Nyonya lee begitu terpukul dengan kematian dongchul dan menangis sendu di pelukan suaminya.

Donghae berdiri tidak jauh dari pusara saudara kembarnya itu.
''aku akan membuat diriku saat ini menjadi seperti dongchul. Untuk ibu dan juga sooyeon'', kata donghae dalam hati.
(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will))

Seunghyun memandang donghae kemudian melepas kacamata hitamnya.
''apa kau bisa bertahan hidup tanpa dongchul disampingmu, donghae ah? Apa kau akan seperti seorang buta yang kehilangan tongkatnya?'', batin seunghyun.

Upacara pemakaman dongchul selesai, donghae memilih untuk tetap tinggal di sana beberapa waktu sedangkan semua rombongan berjalan keluar dari area pemakaman itu.
''apa kau akan meluapkan kesedihanmu saat tidak ada orang di dekatmu?'', tanya seunghyun.
''tidak! Air mataku terlalu berharga. Dongchul pun tidak menginginkannya. Sebaiknya kau pulang dan temani ayah ibuku'', kata donghae.
Seunghyun hanya mengangguk kemudian meninggalkan tempat itu.

Donghae memandang pusara dongchul yang masih basah dengan taburan bunga yang masih segar.
''maafkan aku, dongchul ah!'', kata donghae kemudian meneteskan air matanya.
''kau jauh lebih baik dariku, kenapa kau pergi lebih dulu? Apa kau bahagia di sana, meninggalkan semua orang yang mencintaimu?'', kata donghae lagi.

Entah sudah berapa lama donghae terduduk di pusara dongchul serta menangisi kematian saudara kembarnya itu.

Seorang pria setengah baya berjalan melewatinya kemudian menaruh buket bunga di sebuah pusara tidak jauh dari pusara dongchul.
''apa kau menangisi kepergiaan orang yang kau cintai?'', tanya ajeossi itu kemudian berjalan mendekat ke arah donghae.

Donghae menoleh kemudian berpaling seraya menghapus air matanya.
''maafkan aku, sehingga kau melihat hal yang begitu memalukan bagi seorang pria'', kata donghae.
''tidak! Yang kau lakukan tidak salah tapi jika kau melakukannya terus menerus, itu adalah salah'', kata ajeossi itu seraya duduk di dekat donghae.

Ajeossi itu membaca tulisan nama di nisan dongchul.
''lee dongchul? Apakah ini anak direktur SM Ent itu? Yang meninggal karena kecelakaan?'', tanya ajeossi itu.
''kenapa paman bisa mengenalnya?'', tanya donghae.
''semua televisi dan media massa menyiarkannya''.
''Uhm, apa paman mengunjungi makam seseorang?''.

Ajeossi itu mengangguk kemudian memandang ke arah pusara dengan sebuah buket bunga diatasnya.
''seseorang yang sangat berarti'', kata ajeossi itu.
''hatimu pasti kacau sama seperti yang aku rasakan sekarang ini'', kata donghae.
''hatimu kacau karena kematian seseorang?'', tanya ajeossi itu.
''mweo? Kenapa kau balik bertanya?''.
''Uhm, ada seorang ayah, dia hidup dengan anak satu2nya setelah istrinya meninggal karena pendarahan saat melahirkan anak itu. Anak itu bernama kim jaejin. Tapi ayah itu kehilangan jaejin karena sakit yang tidak tersembuhkan. Kematian jaejin membuatnya terpukul dan kehilangan harapan. Ia tidak mau dihibur, seakan semua jalan hidupnya yang harus ia jalani secara normal, tidak berarti lagi''.

Ajeossi itu memandang lapang arena pemakaman itu seraya tetap duduk di dekat donghae.
''suatu malam, dalam kesedihannya, sang ayah tertidur dan bermimpi. Ia seperti berada di surga dan melihat sekelompok malaikat tanpa sayap dengan wajah sukacita sambil membawa lilin menyala, namun satu hal yang mengganggu pemandangan itu, ia melihat seorang anak kecil dengan membawa lilin yang tidak menyala. Ia mendekati anak itu dan betapa terkejutnya saat melihat anak itu adalah kim jaejin, anaknya yang sudah tiada'', kata ajeossi itu.
''sang ayah dengan keheranan bertanya, *mengapa hanya lilin milikmu saja yang tidak menyala, nak?*, anak itupun menjawab *ayah, aku sudah seringkali menyalakan lilin ini lagi, tetapi, setiapkali tetesan airmata ayah jatuh dan memadamkan lilin ini*'', kata ajeossi itu lagi.

Donghae memandang ajeossi itu dan ajeossi itu membalas dengan menyunggingkan senyumnya.
''lakukan sesuatu yang baik untuk tetap membuat lilin sodaramu menyala di surga. Kita yang masih ada di dunia ini memiliki tugas untuk tetap menjalani hidup dengan baik!'', kata ajeossi itu kemudian beranjak meninggalkan donghae.
''ceritamu sangat menguatkan tapi mungkin itu hanya kau dapati di dalam sebuah buku. Kenyataannya tidak semudah itu'', kata donghae.
Pria itu menoleh kemudian tersenyum dan melambaikan salam perpisahan.

Donghae memandang ajeossi itu sudah berjalan begitu jauh. Namja itu beranjak dan melewati pusara dengan buket bunga yang ditaruh oleh ajeossi itu.
*Kim Jae Jin. Rest in peace Januari 2012*

Donghae menoleh ke arah jalan keluar pemakaman mencoba mencari sosok ajeossi itu namun pria itu tidak terlihat lagi.



=Malam hari, Rumah Jieun=
Jieun duduk di teras rumahnya seraya memandang bulan yang tampak bundar di langit yang gelap. Ia memperhatikan terang yang dipantulkan oleh bulan itu. Jieun berpaling memandang taman bunga matahari yang selalu dirawat oleh shindong.
''kakak pasti merawatmu dengan baik'', guman jieun seolah berbicara dengan bunga2 kesayangan kakaknya itu.

Jieun menoleh ke arah pintu saat mendengar suara hentakan tongkat penyangga milik kakaknya. Namja itu mendekat kemudian duduk di dekat jieun.
''shindong oppa?'', sapa jieun.
''kau pasti cemas dengan hari pertama kerjamu besok'', kata shindong.
''apa yang aku dapat sekarang ini sepertinya tidak berarti jika tidak ada ayah dan ibu disini. Aku seperti sendirian karena ada saat dimana aku merasa kehilangan kasih ayah dan ibu''.
''ayah dan ibu memang tidak ada bersama kita. Sudah tidak bisa kita sentuh dengan kedua tangan kita dan tidak bisa kita peluk. Tapi kau harus tahu bahwa kasihnya selalu ada untuk kita. Seperti Tuhan menciptakan matahari untuk menemani siang dan bulan untuk menemani malam''.
''apa malam ini kau melihat bulan?'', tanya shindong lagi.

Yeoja itu memandang ke langit kemudian mengangguk.
''ya! Apa itu berarti kasihnya ada bersama kita?'', tanya jieun.
''kau benar!'', jawab shindong.
''uhm, oppa! Apa kau yakin aku akan menjadi seorang yang berhasil? Setidaknya untuk eomma (nyonya sila-red) dan kau!''.

Nyonya sila memperhatikan keduanya dari balik tirai jendela.
''sampai kapanpun orang tua tidak akan tergantikan oleh siapapun walaupun aku sudah berusaha keras untuk menggantikan posisinya'', batin nyonya sila kemudian menutup tirai jendela itu lagi.

Shindong mengangguk kemudian mengusap rambut jieun.
''tidak ada yang mustahil! Percaya saja dan kerjakan bagianmu dengan baik'', kata shindong.
''tapi aku tidak percaya diri. Orang sekecil diriku harus menghadapi perusahaan raksasa seperti SM Entertainment. Disana akan banyak orang pandai dan berbakat'', kata jieun.
''apa kau tahu seberapa besar biji bunga matahari?''.
''sangat kecil! Seperti ujung kukuku!''.
''ya benih sekecil itu jika kau merawatnya dengan baik akan menghasilkan ratusan benih lagi. Jika kau percaya, Tuhan akan memakai hidupmu untuk mencetak orang2 berbakat di sana''.
''ya! Memiliki kekuatan benih bunga matahari''.

Shindong berpikir sejenak dan seperti teringat sesuatu.
''tunggu! Aku mendapat benih bunga matahari dari seseorang, tapi dimana aku meletakkannya ya?'', tanya shindong.
''oppa! Kau sudah terkena penyakit pikun?'', goda jieun.
''ya, aku harus mencarinya karena itu pemberian dari orang yang istimewa''.
''apa kau punya kekasih? Itu dari pacarmu? Kenalkan padaku, oppa!''.
''aku akan menyukainya jika dia seorang wanita, sayangnya bukan!''.



=Rumah Donghae=
Seunghyun bersandar didekat jendela kamarnya seraya memandang bulan purnama yang memantulkan sinar terang di atas langit.
''selama aku melihat bulan diatas sana, pengharapanku tentang ibu tidak akan surut. Ibu masih hidup dan aku berharap ibu hidup dengan baik jauh disana walau tanpa aku disampingnya'', guman seunghyun.



=Beberapa hari kemudian, SM Entertainment=
Jieun berdiri menghadap ke gedung besar bertuliskan SM Ent kemudian merapikan pakaiannya dan memasang name tag di dekat kancing jas nya.
''lee jieun, selamat bekerja. Hwaitting!!'', kata jieun.

Yeoja itu melangkahkan kaki masuk ke arah komputer yang digunakan untuk cek daftar hadir. Jieun mengarahkan name tag pada kamera komputer itu.
*clingg.. lee jieun, piano trainer SM Ent*

Seunghyun berjalan masuk ke dalam lobi kantor bersama dengan direktur lee.
''seunghyun ssi??'', panggil jieun.

Namun namja itu terus berjalan tanpa memperhatikan jieun memanggil namanya.
Seunghyun dan direktur lee masuk ke dalam lift. Saat pintu lift hendak tertutup, jieun menekan tombol dan membuat pintu itu terbuka kembali.

Yeoja itu masuk ke dalam lift dan berdiri di dekat seunghyun.
Direktur lee begitu terkejut melihat seorang trainer berani satu lift dengan dirinya.
''annyeong hasimnikka?'', sapa jieun seraya membungkuk ke arah direktur lee hingga membuat pantatnya menyenggol tubuh seunghyun yang berdiri didekatnya.
Direktur lee mengangguk kaku kemudian beberapa saat ia tersenyum.

''apa kau tidak bisa menjaga pantatmu dengan baik?'', tanya seunghyun.
''ahh!! Mianhamnida!'', jawab jieun seraya membungkuk ke arah seunghyun hingga membuat pantatnya menyenggol direktur lee.

''mianhamnida! Ini karena tasku terlalu besar'', kata jieun tersipu.

Seunghyun memandang jieun lalu memperhatikan name tag yang ada di pakaian gadis itu. Jieun berlagak tidak mengenal seunghyun dan tidak bertegur sapa karena gadis itu sebal dengan tingkah seunghyun yang berpura2 tidak mengenalnya.

*tingggg* pintu lift terbuka. Direktur lee dan seunghyun keluar dari lift itu.

Saat pintu lift hendak tertutup, jieun menekan tombol dan memilih keluar dari lift itu.

Direktur lee pergi ke ruang kerjanya dan seunghyun mendampingi ajeossi itu sampai di depan ruang kerja direktur. Seunghyun membungkuk memberi salam lalu berbalik dari tempat itu.

Namja itu melihat jieun berdiri di sana dan yeoja itu mencoba melambai memberi salam.
''annyeong haseyo. Aku lee jieun. Apa kau bisa mengantarku di ruang kerja trainer?'', tanya jieun.

Seunghyun mengangguk lalu menunjukkan sebuah koridor di dalam kantor itu.
''seorang manager mengantarkan pegawainya sampai di ruang kerja, ini benar2 hebat'', batin jieun.

Jieun sesekali menoleh ke arah seunghyun. Namja itu sama sekali tidak mengajaknya berbicara.
''apa kau sudah lupa denganku? Kita berkenalan saat di festival piano'', kata jieun.
''Bekerjalah dengan baik!'', kata seunghyun lalu menunjuk sebuah ruangan bertuliskan trainer.

Jieun mendengus kemudian masuk ke dalam ruangan itu dan melihat deretan meja dengan tulisan nama dan tugas pekerjaannya.

Jieun duduk di tempat yang bertuliskan lee jieun, trainer piano.
''annyeong hasimnikka! Lee jieun imnida. Bangapseumnida'', kata jieun *bow*.

Beberapa trainer yang bekerja satu ruangan dengannya membalas salam dari jieun.
''ini trainer baru yang katanya lulusan sma?'', bisik seorang trainer.
''kau diamlah'', bisik yang lain lagi.

Jieun mengerjakan tugas sebagai seorang trainer dan menangani beberapa calon artis yang sedang menjalani predebut.
''untuk kunci C, kau harus memainkan achord C,F,G. Arasseo?'', kata jieun.
''apa kau trainer baru dengan ijazah sma itu?'', tanya seorang anak didik jieun.
''mweo?''.
''apa kau benar bisa membuatku pintar bermain piano? Aku tidak ingin asal2an. Sebelum menjadi seorang artis, aku harus bisa menguasai piano dengan baik''.
''hyaaaaa!!! Apa kau meremehkan kemampuanku? Jika aku tidak bisa melakukan apa2, management ini tidak akan memilihku!!''.

Jieun menarik krah baju pemuda itu.
''choi minho!! Jika kau meremehkanku, aku bisa mematahkan lehermu!!'', kata jieun.

Pemuda itu menghempaskan tangan jieun.
''Kau membuatku menjadi tidak berminat dengan piano'', kata minho seraya beranjak dari tempat duduknya.
''jankkanman!!'', teriak jieun.

Minho menoleh, ''wae?''.
''kembalilah ke kursimu! Aku memang trainer dengan ijazah sma tapi percayalah padaku, aku bisa membantumu menjadi seorang pianis berbakat''.

Minho kembali ke tempat duduknya lalu jieun mulai mengajari namja itu tentang permainan musik piano.


Seunghyun melihat jieun sedang melatih minho dari luar ruangan yang dibatasi oleh kaca.



=Jam Makan Siang=
Jieun keluar dari ruang latihan lalu pergi ke ruang kerja trainer.
''apa tempat trainer vokal dan alat musik berbeda?'', tanya jieun pada seorang trainer yang ada di ruangan itu.
Yeoja itu mengangguk, ''ne!''.
''kau mengenal sooyeon? Kenapa aku tidak melihatnya?'', tanya jieun lagi.
''sooyeon mengalami kecelakaan, dia masih di rumah sakit. Kau mengenal sooyeon?'', tanya rekan sesama trainer jieun.
''kecelakaan? Kasihan sekali, padahal dia orang yang sangat baik''.

Jieun keluar dari ruang kerjanya. Tidak lama kemudian seorang ajeossi menghampirinya.
''kau lee jieun?'', tanya ajeossi itu.
''ne?'', jawab jieun.
''ikut aku!''.
Jieun pergi mengikuti ajeossi itu keluar dari kantor.

''direktur, ini lee jieun, trainer baru di kantor kita'', kata ajeossi itu.
''annyeong hasimnikka direktur'', sapa jieun.

Yeoja itu memandang wajah direktur.
''mweo??'', ucapnya saat teringat dirinya menyerobot masuk lift yang dinaiki oleh direktur dan seunghyun.

''direktur, mianhamnida. Tadi pagi tidak seharusnya saya satu lift dengan anda'', kata jieun.
''gwaenchanayo! Kita pergi makan siang untuk merayakan hari pertama kau bekerja di sini'', kata direktur lee.
''tidak perlu repot2 direktur''.

''aku harus waspada, kenapa direktur mengajakku makan siang? Jangan2 dia ingin mengencaniku'', batin jieun.

Yeoja itu menggelengkan kepalanya saat supir pribadi direktur lee membukakan pintu mobil untuknya.
''kau masuk saja'', kata seunghyun yang tiba2 muncul.
''eung?'', kata jieun seraya masuk ke dalam mobil.

Yeoja itu duduk di dekat direktur lee sedangkan seunghyun berada di samping supir.


Tidak lama kemudian, mereka berhenti di depan restoran bulgogi terkenal di korea. Jieun turun dari mobil lalu melihat gambar menu makanan yang ada di restoran itu.

Kemudian, Jieun memandang seporsi bulgogi yang ada di mejanya.
''direktur, gamsa hamnida. aku hanya pegawai rendah, tidak pantas makan satu meja dengan direktur seperti anda'', kata jieun.
''ini di korea, kau tidak hanya menemukan hal ini di kantorku saja. Direktur dan pegawai berada di meja yang sama itu hal yang biasa. Direktur dan pegawainya ada dalam satu garis lurus. Managementku tidak berjalan tanpa kalian'', kata direktur lee.

Seunghyun menuangkan segelas soju untuk direktur lee. Jieun mengulurkan gelas minumannya berharap seunghyun mau menuangkan minuman untuknya.

Setelah beberapa saat jieun mengulurkan gelas kosongnya itu, seunghyun tidak kunjung menuangkan minuman untuknya.
''seunghyun ssi, kau tidak menuangkan soju untukku?'', bisik jieun.

Seunghyun memberikan sebotol soju pada jieun.
''kau bisa menuangkan sendiri'', kata seunghyun.

Jieun mengambil sebotol soju itu lalu meneguknya sampai habis. Seunghyun terkejut melihat ulah jieun lalu memandang direktur lee.
''maafkan gadis ini, direktur. Dia selalu mempermalukan dirinya sendiri'', kata seunghyun.
''apa yang kau bicarakan? Apa seorang gadis minum dengan botol itu aneh?'', kata jieun setengah mabuk.

Jieun meletakkan botol sojunya dengan keras diatas meja kemudian menarik piring bulgoginya.
''kau sedang makan dengan direktur. Apa kau tidak punya sikap sopan?'', kata seunghyun.
''sopan? Apa kau memilikinya?'', kata jieun.
''gadis seperti apa kau ini? Atitutmu begitu buruk!''.

Jieun tidak mengindahkan ucapan seunghyun dan terus menikmati bulgoginya.
Jieun beranjak dari tempat duduknya dengan terhuyung2.
''direktur, aku tidak ingin berhutang budi padamu. Jadi, aku akan membayar sendiri bulgogi yang sudah ku makan'', kata jieun kemudian membungkuk memberi salam.
''eodiga?'', seru seunghyun.
Direktur lee meminta seunghyun untuk tidak berteriak pada jieun.

Jieun terhuyung setengah mabuk berjalan ke arah meja kasir. Yeoja itu mengeluarkan dompet dari tasnya.

*kriiinnccingg* uang receh jieun menggelinding ke lantai.

Yeoja itu memungguti uang recehnya itu dengan berjongkok.
''permisi!! Permisi!!'', kata jieun saat mengambil uang recehnya di dekat kaki seorang pembeli.

Direktur lee hanya tersenyum geli melihat ulah jieun kemudian menggeleng kepala karena heran.

Jieun keluar dari restoran itu lalu berdiri di pinggir jalan menunggu sebuah bus yang akan membawanya kembali ke kantor.

Yeoja itu melihat sekelilingnya berputar2 kemudian menepuk pipinya.
''aku harus kembali ke kantor. Ini hari pertamaku bekerja!!'', gumannya.

Tiba2 jieun tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya hingga membuatnya oleng ke arah jalan raya.
*tin tin tin* bunyi klakson mobil yang melaju ke arah jieun.

Dengan sigap, Seunghyun menarik tubuh jieun ke trotoar jalan. Namja itu meraih pinggang jieun.
''kenapa kau tidak bisa menjaga dirimu sendiri?'', tanya seunghyun.
''aku sudah menjaganya dengan baik!'', kata jieun.
''bagaimana jika ada orang yang celaka karena ulahmu tadi?''.

Jieun terdiam, ia tiba2 teringat kejadian saat menunggu sebuah bus ketika pulang dari lomba festival piano klasik dan terjadi kecelakaan tragis.
''celaka karena ulahku?'', ucapnya lirih.
''celaka?? Celaka?? Jika itu benar, aku harap orangnya adalah kau!'', kata jieun lagi kemudian memukul tangan seunghyun yang masih melingkar di pinggangnya.

Seunghyun terhenyak kaget kemudian melepaskan tangannya dari pinggang jieun.

Tidak lama kemudian, sebuah bus berhenti dan jieun masuk ke dalam bus dengan terhuyung. Seunghyun mengikuti jieun naik kedalam bus dan duduk di dekat gadis itu.
''seharusnya kau tidak minum soju sebanyak itu'', kata seunghyun.
''karena kau tidak menuangkan segelas untukku'', jawab jieun.
''kau menyiksa dirimu sendiri! Apa untungnya untukmu?''.
''tidak ada! Malah hal buruk menimpaku. Kau mengikutiku seperti ekor!''.
''mweo?? Aiss!!''.

*ukhhh ukhhhh* jieun menahan mulutnya karena perutnya terasa mual.
''jangan muntah! Tunggu!! Jangan lakukan!!'', teriak seunghyun panik.

*ukhhh ukhhhhh* jieun menahan rasa muntahnya.
''jangan muntah!!'', seru seunghyun.

Jieun membuka resleting tasnya kemudian menuangkan semua barang2nya di pangkuan seunghyun. Jieun muntah di dalam tasnya. Seunghyun berpaling karena merasa jijik dengan ulah jieun.
''aiss!!!'', gerutunya.



=Rumah sakit seoul=
Donghae masuk ke dalam sebuah kamar perawatan dengan membawa buket bunga segar. Donghae memandang sooyeon yang terbaring di atas tempat tidur.
''nona sooyeon sudah siuman, hanya saja dia sekarang masih istirahat'', kata seorang perawat saat melihat donghae masuk ke kamar itu.

Donghae mengangguk, ''ne! Gomapseumnida!''.

Namja itu duduk di dekat ranjang sooyeon.
''apa yang harus aku lakukan jika sooyeon menanyakan sesuatu tentang dongchul?'', batin donghae.

Tidak lama kemudian, Sooyeon membuka matanya lalu memandang ke arah namja yang duduk di samping tempat tidurnya.
''dongchul ah???'', ucap sooyeon lalu beranjak memeluk donghae.

Donghae membalas pelukan yeoja itu, ''gwaenchana, aku ada di sini. Aku baik2 saja'', kata Donghae.

Sooyeon melepas pelukannya lalu memandang donghae dan menyentuh wajah namja itu.
''kau dongchul?'', tanya sooyeon.
''aku lee dongchul'', jawab donghae.

Sooyeon menyentuh pelipis kepalanya lalu memejamkan matanya.
''kau dongchul??'', tanya sooyeon.
''lee dongchul?!...'', ucap yeoja itu lagi.

*bruukkkk* sooyeon jatuh pingsan.

Donghae menekan bel di dekat tempat duduknya, tidak lama kemudian seorang perawat masuk dan segera menangani sooyeon.


Donghae menemui seorang dokter untuk membicarakan masalah sooyeon.
''sooyeon mengalami amnesia ringan'', kata dokter itu.
''amnesia? Bagaimana sooyeon masih bisa mengingat dongchul?'', tanya donghae.
''karena sooyeon hanya mengingat kejadian sebelum ia mengalami kecelakaan bersama dongchul''.
''sooyeon tidak bisa mengingat kejadian lainnya?''.
Dokter itu mengangguk, ''tapi kau jangan khawatir, ini hanya amnesia ringan dan bisa pulih sedikit demi sedikit saat menjalani terapi''.


Donghae kembali ke kamar perawatan sooyeon, perawat itu masih mengecek selang infus kemudian menyelimuti tubuh sooyeon.
''gamsa hamnida'', kata donghae saat melihat perawat itu keluar dari ruangan.

Ponsel di saku donghae berdering.
''yeoboseyo?'', jawab donghae.
''kau melupakan jadwal latihanmu?'', tanya seorang namja dari ponsel donghae.
''bagaimana dengan grandprix mu?'', tanya pria itu lagi.
''aku berhenti''.
''mweo? Kau gila? Hyaa donghae ah!!''.
''apa kau tidak mendengarku? Aku berhenti!!''.
*tut tut tut* donghae memutuskan sambungan teleponnya.



=Kantor SM Ent=
Jieun masuk ke dalam kantor dengan terhuyung. Efek dari sebotol soju yang ia minum belum juga hilang.
''mianhamnida!!'', kata jieun *bow* saat menabrak tubuh seseorang.

''bukankah dia trainer lulusan sma itu? Dia mabuk? astaga kenapa bisa begitu'', kata seorang resepsionis yang ada di lobi kantor seraya berbisik pada teman yang berdiri di sampingnya.
''kau benar! Hebat sekali, baru pertama kali bekerja, dia bisa menggaet manager choi!'', bisik yang lainnya lagi.

Seunghyun mendengar pembicaraan para resepsionis itu kemudian mendekati jieun dan memegang lengan yeoja itu. Seunghyun menarik jieun dan membawanya masuk ke dalam toilet wanita.

*blep blep blep blep* Seunghyun mendorong kepala jieun masuk ke dalam wastafel yang berisi penuh air.
Seunghyun melakukannya berulang2 agar jieun cepat sadar dari efek mabuknya.
''kenapa ada pria kejam sepertimu?'', kata jieun seraya memandang wajahnya di cermin toilet.

Seunghyun tidak menjawab sepatah katapun lalu keluar dari toilet itu. Jieun memandang wajahnya yang masih basah kuyup lalu membersihkannya dengan tisu.
''tasku dimana? Bukankah aku pergi membawa tas? Akhh, apa aku baru saja dicopet?'', gerutunya.



=Ruang Kerja Direktur lee=
Ajeossi itu sedang berbicara dengan seorang pengacara melalui sambungan telepon.
''direktur kenapa anda memasukkan choi seunghyun di dalam hak waris saham perusahaan?'', tanya pengacaranya.
''karena dia berhak mendapatkannya, bahkan seluruh saham perusahaan ini!'', jawab direktur lee.
''apa tidak sebaiknya anda menuliskan juga nama donghae? Dia putramu''.
''mau jadi apa perusahaan ini jika donghae ikut campur dalam masalah saham? Dia hanya memikirkan kesenangannya sendiri. Apa pernah kau dengar seorang pembalap beralih menjadi pengusaha di industri hiburan dan sukses?''.

Di luar ruangan, donghae hendak membuka knop pintu ruang kerja ayahnya saat ia mendengar sebuah percakapan dari dalam ruangan itu.
''donghae tidak tahu apa2 bagaimana caranya mengelola perusahaan. Satu2nya putraku yang bisa ku andalkan adalah dongchul. Sekarang tidak ada lagi yang bisa ku andalkan selain seunghyun'', kata direktur lee yang terdengar sampai diluar ruangannya.
''dulu aku sempat berpikir bahwa dongchul bisa mengelola managemen musik karena dia tahu apa itu musik. Tapi, kenapa Tuhan memanggilnya begitu cepat'', kata direktur lee lagi.


Donghae membuka knop pintu lalu berdiri menatap ayahnya. Tuan lee begitu terkejut kemudian meletakkan gagang teleponnya diatas meja.
''donghae ah?'', sapa direktur lee.
''ayah, aku ingin menjadi bagian dari perusahaanmu. Jika tidak ada dongchul, kau masih bisa mengandalkan aku. Jangan menganggapku seolah tidak mampu melakukan apa2'', kata donghae.
''kau memang tidak akan mampu melakukannya! Sebaiknya kau lakukan saja apa yang menjadi kesenanganmu!''.
''katakan pada semua pegawaimu dan juga ibu, bahwa yang mati itu lee donghae dan bukan lee dongchul'', kata donghae lagi.
''donghae ah, apa maksudmu? Jalani apa yang menjadi kesenanganmu. Aku tidak akan memikirkannya lagi'', kata direktur lee.
''donghae sudah mati!!''.

Donghae keluar dari ruangan direktur lee lalu berjalan ke koridor kantor dengan gontai.
''donghae sudah mati'', ucapnya lirih lalu tersenyum kecut.

Jieun beranjak ke arah ruang latihan dengan membawa setumpuk buku catatan musik.
''ya ampun kenapa seorang trainer harus membawanya sendiri? Aku benar2 bekerja keras'', kata jieun.
''jika aku sudah berhasil, aku tidak akan membebankan pekerjaanku pada juniorku karena mereka akan sangat menderita!'', ucapnya lagi.

*brakkkk* buku2 yang dibawa jieun berjatuhan ke lantai.
Yeoja itu memunggutinya satu persatu. Jieun melihat seorang namja membantunya memunguti buku2 itu.
''gamsa hamnida'', kata jieun saat menerima buku itu kemudian berlalu dari sana.

Jieun menoleh ke belakang dan melihat namja itu yang hanya tampak punggungnya saja.
''bukankah itu lee dongchul?'', gumannya.

Jieun menghentikan langkahnya lalu memanggil namja itu.
''dongchul ssi??'', panggil jieun.
Donghae menoleh, ''ne? Aku lee dongchul! Waeyo?''.

(Ost: 4minutes- Volume Up)

@tobe continueGenre: Romance
Part: 1-19
Cast:
IU/ Lee JiEun
Lee Donghae (Super Junior)
TOP/ Choi Seunghyun (BigBang)
Jung Sooyeon/ Jessica (Snsd)
#lee dongchul: saudara kembar lee donghae (hanya di FF ini^^)

Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will)

Part *4

Hari ini pemakaman dongchul. Namja itu meninggal karena kecelakaan.
Nyonya lee begitu terpukul dengan kematian dongchul dan menangis sendu di pelukan suaminya.

Donghae berdiri tidak jauh dari pusara saudara kembarnya itu.
''aku akan membuat diriku saat ini menjadi seperti dongchul. Untuk ibu dan juga sooyeon'', kata donghae dalam hati.
(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will))

Seunghyun memandang donghae kemudian melepas kacamata hitamnya.
''apa kau bisa bertahan hidup tanpa dongchul disampingmu, donghae ah? Apa kau akan seperti seorang buta yang kehilangan tongkatnya?'', batin seunghyun.

Upacara pemakaman dongchul selesai, donghae memilih untuk tetap tinggal di sana beberapa waktu sedangkan semua rombongan berjalan keluar dari area pemakaman itu.
''apa kau akan meluapkan kesedihanmu saat tidak ada orang di dekatmu?'', tanya seunghyun.
''tidak! Air mataku terlalu berharga. Dongchul pun tidak menginginkannya. Sebaiknya kau pulang dan temani ayah ibuku'', kata donghae.
Seunghyun hanya mengangguk kemudian meninggalkan tempat itu.

Donghae memandang pusara dongchul yang masih basah dengan taburan bunga yang masih segar.
''maafkan aku, dongchul ah!'', kata donghae kemudian meneteskan air matanya.
''kau jauh lebih baik dariku, kenapa kau pergi lebih dulu? Apa kau bahagia di sana, meninggalkan semua orang yang mencintaimu?'', kata donghae lagi.

Entah sudah berapa lama donghae terduduk di pusara dongchul serta menangisi kematian saudara kembarnya itu.

Seorang pria setengah baya berjalan melewatinya kemudian menaruh buket bunga di sebuah pusara tidak jauh dari pusara dongchul.
''apa kau menangisi kepergiaan orang yang kau cintai?'', tanya ajeossi itu kemudian berjalan mendekat ke arah donghae.

Donghae menoleh kemudian berpaling seraya menghapus air matanya.
''maafkan aku, sehingga kau melihat hal yang begitu memalukan bagi seorang pria'', kata donghae.
''tidak! Yang kau lakukan tidak salah tapi jika kau melakukannya terus menerus, itu adalah salah'', kata ajeossi itu seraya duduk di dekat donghae.

Ajeossi itu membaca tulisan nama di nisan dongchul.
''lee dongchul? Apakah ini anak direktur SM Ent itu? Yang meninggal karena kecelakaan?'', tanya ajeossi itu.
''kenapa paman bisa mengenalnya?'', tanya donghae.
''semua televisi dan media massa menyiarkannya''.
''Uhm, apa paman mengunjungi makam seseorang?''.

Ajeossi itu mengangguk kemudian memandang ke arah pusara dengan sebuah buket bunga diatasnya.
''seseorang yang sangat berarti'', kata ajeossi itu.
''hatimu pasti kacau sama seperti yang aku rasakan sekarang ini'', kata donghae.
''hatimu kacau karena kematian seseorang?'', tanya ajeossi itu.
''mweo? Kenapa kau balik bertanya?''.
''Uhm, ada seorang ayah, dia hidup dengan anak satu2nya setelah istrinya meninggal karena pendarahan saat melahirkan anak itu. Anak itu bernama kim jaejin. Tapi ayah itu kehilangan jaejin karena sakit yang tidak tersembuhkan. Kematian jaejin membuatnya terpukul dan kehilangan harapan. Ia tidak mau dihibur, seakan semua jalan hidupnya yang harus ia jalani secara normal, tidak berarti lagi''.

Ajeossi itu memandang lapang arena pemakaman itu seraya tetap duduk di dekat donghae.
''suatu malam, dalam kesedihannya, sang ayah tertidur dan bermimpi. Ia seperti berada di surga dan melihat sekelompok malaikat tanpa sayap dengan wajah sukacita sambil membawa lilin menyala, namun satu hal yang mengganggu pemandangan itu, ia melihat seorang anak kecil dengan membawa lilin yang tidak menyala. Ia mendekati anak itu dan betapa terkejutnya saat melihat anak itu adalah kim jaejin, anaknya yang sudah tiada'', kata ajeossi itu.
''sang ayah dengan keheranan bertanya, *mengapa hanya lilin milikmu saja yang tidak menyala, nak?*, anak itupun menjawab *ayah, aku sudah seringkali menyalakan lilin ini lagi, tetapi, setiapkali tetesan airmata ayah jatuh dan memadamkan lilin ini*'', kata ajeossi itu lagi.

Donghae memandang ajeossi itu dan ajeossi itu membalas dengan menyunggingkan senyumnya.
''lakukan sesuatu yang baik untuk tetap membuat lilin sodaramu menyala di surga. Kita yang masih ada di dunia ini memiliki tugas untuk tetap menjalani hidup dengan baik!'', kata ajeossi itu kemudian beranjak meninggalkan donghae.
''ceritamu sangat menguatkan tapi mungkin itu hanya kau dapati di dalam sebuah buku. Kenyataannya tidak semudah itu'', kata donghae.
Pria itu menoleh kemudian tersenyum dan melambaikan salam perpisahan.

Donghae memandang ajeossi itu sudah berjalan begitu jauh. Namja itu beranjak dan melewati pusara dengan buket bunga yang ditaruh oleh ajeossi itu.
*Kim Jae Jin. Rest in peace Januari 2012*

Donghae menoleh ke arah jalan keluar pemakaman mencoba mencari sosok ajeossi itu namun pria itu tidak terlihat lagi.



=Malam hari, Rumah Jieun=
Jieun duduk di teras rumahnya seraya memandang bulan yang tampak bundar di langit yang gelap. Ia memperhatikan terang yang dipantulkan oleh bulan itu. Jieun berpaling memandang taman bunga matahari yang selalu dirawat oleh shindong.
''kakak pasti merawatmu dengan baik'', guman jieun seolah berbicara dengan bunga2 kesayangan kakaknya itu.

Jieun menoleh ke arah pintu saat mendengar suara hentakan tongkat penyangga milik kakaknya. Namja itu mendekat kemudian duduk di dekat jieun.
''shindong oppa?'', sapa jieun.
''kau pasti cemas dengan hari pertama kerjamu besok'', kata shindong.
''apa yang aku dapat sekarang ini sepertinya tidak berarti jika tidak ada ayah dan ibu disini. Aku seperti sendirian karena ada saat dimana aku merasa kehilangan kasih ayah dan ibu''.
''ayah dan ibu memang tidak ada bersama kita. Sudah tidak bisa kita sentuh dengan kedua tangan kita dan tidak bisa kita peluk. Tapi kau harus tahu bahwa kasihnya selalu ada untuk kita. Seperti Tuhan menciptakan matahari untuk menemani siang dan bulan untuk menemani malam''.
''apa malam ini kau melihat bulan?'', tanya shindong lagi.

Yeoja itu memandang ke langit kemudian mengangguk.
''ya! Apa itu berarti kasihnya ada bersama kita?'', tanya jieun.
''kau benar!'', jawab shindong.
''uhm, oppa! Apa kau yakin aku akan menjadi seorang yang berhasil? Setidaknya untuk eomma (nyonya sila-red) dan kau!''.

Nyonya sila memperhatikan keduanya dari balik tirai jendela.
''sampai kapanpun orang tua tidak akan tergantikan oleh siapapun walaupun aku sudah berusaha keras untuk menggantikan posisinya'', batin nyonya sila kemudian menutup tirai jendela itu lagi.

Shindong mengangguk kemudian mengusap rambut jieun.
''tidak ada yang mustahil! Percaya saja dan kerjakan bagianmu dengan baik'', kata shindong.
''tapi aku tidak percaya diri. Orang sekecil diriku harus menghadapi perusahaan raksasa seperti SM Entertainment. Disana akan banyak orang pandai dan berbakat'', kata jieun.
''apa kau tahu seberapa besar biji bunga matahari?''.
''sangat kecil! Seperti ujung kukuku!''.
''ya benih sekecil itu jika kau merawatnya dengan baik akan menghasilkan ratusan benih lagi. Jika kau percaya, Tuhan akan memakai hidupmu untuk mencetak orang2 berbakat di sana''.
''ya! Memiliki kekuatan benih bunga matahari''.

Shindong berpikir sejenak dan seperti teringat sesuatu.
''tunggu! Aku mendapat benih bunga matahari dari seseorang, tapi dimana aku meletakkannya ya?'', tanya shindong.
''oppa! Kau sudah terkena penyakit pikun?'', goda jieun.
''ya, aku harus mencarinya karena itu pemberian dari orang yang istimewa''.
''apa kau punya kekasih? Itu dari pacarmu? Kenalkan padaku, oppa!''.
''aku akan menyukainya jika dia seorang wanita, sayangnya bukan!''.



=Rumah Donghae=
Seunghyun bersandar didekat jendela kamarnya seraya memandang bulan purnama yang memantulkan sinar terang di atas langit.
''selama aku melihat bulan diatas sana, pengharapanku tentang ibu tidak akan surut. Ibu masih hidup dan aku berharap ibu hidup dengan baik jauh disana walau tanpa aku disampingnya'', guman seunghyun.



=Beberapa hari kemudian, SM Entertainment=
Jieun berdiri menghadap ke gedung besar bertuliskan SM Ent kemudian merapikan pakaiannya dan memasang name tag di dekat kancing jas nya.
''lee jieun, selamat bekerja. Hwaitting!!'', kata jieun.

Yeoja itu melangkahkan kaki masuk ke arah komputer yang digunakan untuk cek daftar hadir. Jieun mengarahkan name tag pada kamera komputer itu.
*clingg.. lee jieun, piano trainer SM Ent*

Seunghyun berjalan masuk ke dalam lobi kantor bersama dengan direktur lee.
''seunghyun ssi??'', panggil jieun.

Namun namja itu terus berjalan tanpa memperhatikan jieun memanggil namanya.
Seunghyun dan direktur lee masuk ke dalam lift. Saat pintu lift hendak tertutup, jieun menekan tombol dan membuat pintu itu terbuka kembali.

Yeoja itu masuk ke dalam lift dan berdiri di dekat seunghyun.
Direktur lee begitu terkejut melihat seorang trainer berani satu lift dengan dirinya.
''annyeong hasimnikka?'', sapa jieun seraya membungkuk ke arah direktur lee hingga membuat pantatnya menyenggol tubuh seunghyun yang berdiri didekatnya.
Direktur lee mengangguk kaku kemudian beberapa saat ia tersenyum.

''apa kau tidak bisa menjaga pantatmu dengan baik?'', tanya seunghyun.
''ahh!! Mianhamnida!'', jawab jieun seraya membungkuk ke arah seunghyun hingga membuat pantatnya menyenggol direktur lee.

''mianhamnida! Ini karena tasku terlalu besar'', kata jieun tersipu.

Seunghyun memandang jieun lalu memperhatikan name tag yang ada di pakaian gadis itu. Jieun berlagak tidak mengenal seunghyun dan tidak bertegur sapa karena gadis itu sebal dengan tingkah seunghyun yang berpura2 tidak mengenalnya.

*tingggg* pintu lift terbuka. Direktur lee dan seunghyun keluar dari lift itu.

Saat pintu lift hendak tertutup, jieun menekan tombol dan memilih keluar dari lift itu.

Direktur lee pergi ke ruang kerjanya dan seunghyun mendampingi ajeossi itu sampai di depan ruang kerja direktur. Seunghyun membungkuk memberi salam lalu berbalik dari tempat itu.

Namja itu melihat jieun berdiri di sana dan yeoja itu mencoba melambai memberi salam.
''annyeong haseyo. Aku lee jieun. Apa kau bisa mengantarku di ruang kerja trainer?'', tanya jieun.

Seunghyun mengangguk lalu menunjukkan sebuah koridor di dalam kantor itu.
''seorang manager mengantarkan pegawainya sampai di ruang kerja, ini benar2 hebat'', batin jieun.

Jieun sesekali menoleh ke arah seunghyun. Namja itu sama sekali tidak mengajaknya berbicara.
''apa kau sudah lupa denganku? Kita berkenalan saat di festival piano'', kata jieun.
''Bekerjalah dengan baik!'', kata seunghyun lalu menunjuk sebuah ruangan bertuliskan trainer.

Jieun mendengus kemudian masuk ke dalam ruangan itu dan melihat deretan meja dengan tulisan nama dan tugas pekerjaannya.

Jieun duduk di tempat yang bertuliskan lee jieun, trainer piano.
''annyeong hasimnikka! Lee jieun imnida. Bangapseumnida'', kata jieun *bow*.

Beberapa trainer yang bekerja satu ruangan dengannya membalas salam dari jieun.
''ini trainer baru yang katanya lulusan sma?'', bisik seorang trainer.
''kau diamlah'', bisik yang lain lagi.

Jieun mengerjakan tugas sebagai seorang trainer dan menangani beberapa calon artis yang sedang menjalani predebut.
''untuk kunci C, kau harus memainkan achord C,F,G. Arasseo?'', kata jieun.
''apa kau trainer baru dengan ijazah sma itu?'', tanya seorang anak didik jieun.
''mweo?''.
''apa kau benar bisa membuatku pintar bermain piano? Aku tidak ingin asal2an. Sebelum menjadi seorang artis, aku harus bisa menguasai piano dengan baik''.
''hyaaaaa!!! Apa kau meremehkan kemampuanku? Jika aku tidak bisa melakukan apa2, management ini tidak akan memilihku!!''.

Jieun menarik krah baju pemuda itu.
''choi minho!! Jika kau meremehkanku, aku bisa mematahkan lehermu!!'', kata jieun.

Pemuda itu menghempaskan tangan jieun.
''Kau membuatku menjadi tidak berminat dengan piano'', kata minho seraya beranjak dari tempat duduknya.
''jankkanman!!'', teriak jieun.

Minho menoleh, ''wae?''.
''kembalilah ke kursimu! Aku memang trainer dengan ijazah sma tapi percayalah padaku, aku bisa membantumu menjadi seorang pianis berbakat''.

Minho kembali ke tempat duduknya lalu jieun mulai mengajari namja itu tentang permainan musik piano.


Seunghyun melihat jieun sedang melatih minho dari luar ruangan yang dibatasi oleh kaca.



=Jam Makan Siang=
Jieun keluar dari ruang latihan lalu pergi ke ruang kerja trainer.
''apa tempat trainer vokal dan alat musik berbeda?'', tanya jieun pada seorang trainer yang ada di ruangan itu.
Yeoja itu mengangguk, ''ne!''.
''kau mengenal sooyeon? Kenapa aku tidak melihatnya?'', tanya jieun lagi.
''sooyeon mengalami kecelakaan, dia masih di rumah sakit. Kau mengenal sooyeon?'', tanya rekan sesama trainer jieun.
''kecelakaan? Kasihan sekali, padahal dia orang yang sangat baik''.

Jieun keluar dari ruang kerjanya. Tidak lama kemudian seorang ajeossi menghampirinya.
''kau lee jieun?'', tanya ajeossi itu.
''ne?'', jawab jieun.
''ikut aku!''.
Jieun pergi mengikuti ajeossi itu keluar dari kantor.

''direktur, ini lee jieun, trainer baru di kantor kita'', kata ajeossi itu.
''annyeong hasimnikka direktur'', sapa jieun.

Yeoja itu memandang wajah direktur.
''mweo??'', ucapnya saat teringat dirinya menyerobot masuk lift yang dinaiki oleh direktur dan seunghyun.

''direktur, mianhamnida. Tadi pagi tidak seharusnya saya satu lift dengan anda'', kata jieun.
''gwaenchanayo! Kita pergi makan siang untuk merayakan hari pertama kau bekerja di sini'', kata direktur lee.
''tidak perlu repot2 direktur''.

''aku harus waspada, kenapa direktur mengajakku makan siang? Jangan2 dia ingin mengencaniku'', batin jieun.

Yeoja itu menggelengkan kepalanya saat supir pribadi direktur lee membukakan pintu mobil untuknya.
''kau masuk saja'', kata seunghyun yang tiba2 muncul.
''eung?'', kata jieun seraya masuk ke dalam mobil.

Yeoja itu duduk di dekat direktur lee sedangkan seunghyun berada di samping supir.


Tidak lama kemudian, mereka berhenti di depan restoran bulgogi terkenal di korea. Jieun turun dari mobil lalu melihat gambar menu makanan yang ada di restoran itu.

Kemudian, Jieun memandang seporsi bulgogi yang ada di mejanya.
''direktur, gamsa hamnida. aku hanya pegawai rendah, tidak pantas makan satu meja dengan direktur seperti anda'', kata jieun.
''ini di korea, kau tidak hanya menemukan hal ini di kantorku saja. Direktur dan pegawai berada di meja yang sama itu hal yang biasa. Direktur dan pegawainya ada dalam satu garis lurus. Managementku tidak berjalan tanpa kalian'', kata direktur lee.

Seunghyun menuangkan segelas soju untuk direktur lee. Jieun mengulurkan gelas minumannya berharap seunghyun mau menuangkan minuman untuknya.

Setelah beberapa saat jieun mengulurkan gelas kosongnya itu, seunghyun tidak kunjung menuangkan minuman untuknya.
''seunghyun ssi, kau tidak menuangkan soju untukku?'', bisik jieun.

Seunghyun memberikan sebotol soju pada jieun.
''kau bisa menuangkan sendiri'', kata seunghyun.

Jieun mengambil sebotol soju itu lalu meneguknya sampai habis. Seunghyun terkejut melihat ulah jieun lalu memandang direktur lee.
''maafkan gadis ini, direktur. Dia selalu mempermalukan dirinya sendiri'', kata seunghyun.
''apa yang kau bicarakan? Apa seorang gadis minum dengan botol itu aneh?'', kata jieun setengah mabuk.

Jieun meletakkan botol sojunya dengan keras diatas meja kemudian menarik piring bulgoginya.
''kau sedang makan dengan direktur. Apa kau tidak punya sikap sopan?'', kata seunghyun.
''sopan? Apa kau memilikinya?'', kata jieun.
''gadis seperti apa kau ini? Atitutmu begitu buruk!''.

Jieun tidak mengindahkan ucapan seunghyun dan terus menikmati bulgoginya.
Jieun beranjak dari tempat duduknya dengan terhuyung2.
''direktur, aku tidak ingin berhutang budi padamu. Jadi, aku akan membayar sendiri bulgogi yang sudah ku makan'', kata jieun kemudian membungkuk memberi salam.
''eodiga?'', seru seunghyun.
Direktur lee meminta seunghyun untuk tidak berteriak pada jieun.

Jieun terhuyung setengah mabuk berjalan ke arah meja kasir. Yeoja itu mengeluarkan dompet dari tasnya.

*kriiinnccingg* uang receh jieun menggelinding ke lantai.

Yeoja itu memungguti uang recehnya itu dengan berjongkok.
''permisi!! Permisi!!'', kata jieun saat mengambil uang recehnya di dekat kaki seorang pembeli.

Direktur lee hanya tersenyum geli melihat ulah jieun kemudian menggeleng kepala karena heran.

Jieun keluar dari restoran itu lalu berdiri di pinggir jalan menunggu sebuah bus yang akan membawanya kembali ke kantor.

Yeoja itu melihat sekelilingnya berputar2 kemudian menepuk pipinya.
''aku harus kembali ke kantor. Ini hari pertamaku bekerja!!'', gumannya.

Tiba2 jieun tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya hingga membuatnya oleng ke arah jalan raya.
*tin tin tin* bunyi klakson mobil yang melaju ke arah jieun.

Dengan sigap, Seunghyun menarik tubuh jieun ke trotoar jalan. Namja itu meraih pinggang jieun.
''kenapa kau tidak bisa menjaga dirimu sendiri?'', tanya seunghyun.
''aku sudah menjaganya dengan baik!'', kata jieun.
''bagaimana jika ada orang yang celaka karena ulahmu tadi?''.

Jieun terdiam, ia tiba2 teringat kejadian saat menunggu sebuah bus ketika pulang dari lomba festival piano klasik dan terjadi kecelakaan tragis.
''celaka karena ulahku?'', ucapnya lirih.
''celaka?? Celaka?? Jika itu benar, aku harap orangnya adalah kau!'', kata jieun lagi kemudian memukul tangan seunghyun yang masih melingkar di pinggangnya.

Seunghyun terhenyak kaget kemudian melepaskan tangannya dari pinggang jieun.

Tidak lama kemudian, sebuah bus berhenti dan jieun masuk ke dalam bus dengan terhuyung. Seunghyun mengikuti jieun naik kedalam bus dan duduk di dekat gadis itu.
''seharusnya kau tidak minum soju sebanyak itu'', kata seunghyun.
''karena kau tidak menuangkan segelas untukku'', jawab jieun.
''kau menyiksa dirimu sendiri! Apa untungnya untukmu?''.
''tidak ada! Malah hal buruk menimpaku. Kau mengikutiku seperti ekor!''.
''mweo?? Aiss!!''.

*ukhhh ukhhhh* jieun menahan mulutnya karena perutnya terasa mual.
''jangan muntah! Tunggu!! Jangan lakukan!!'', teriak seunghyun panik.

*ukhhh ukhhhhh* jieun menahan rasa muntahnya.
''jangan muntah!!'', seru seunghyun.

Jieun membuka resleting tasnya kemudian menuangkan semua barang2nya di pangkuan seunghyun. Jieun muntah di dalam tasnya. Seunghyun berpaling karena merasa jijik dengan ulah jieun.
''aiss!!!'', gerutunya.



=Rumah sakit seoul=
Donghae masuk ke dalam sebuah kamar perawatan dengan membawa buket bunga segar. Donghae memandang sooyeon yang terbaring di atas tempat tidur.
''nona sooyeon sudah siuman, hanya saja dia sekarang masih istirahat'', kata seorang perawat saat melihat donghae masuk ke kamar itu.

Donghae mengangguk, ''ne! Gomapseumnida!''.

Namja itu duduk di dekat ranjang sooyeon.
''apa yang harus aku lakukan jika sooyeon menanyakan sesuatu tentang dongchul?'', batin donghae.

Tidak lama kemudian, Sooyeon membuka matanya lalu memandang ke arah namja yang duduk di samping tempat tidurnya.
''dongchul ah???'', ucap sooyeon lalu beranjak memeluk donghae.

Donghae membalas pelukan yeoja itu, ''gwaenchana, aku ada di sini. Aku baik2 saja'', kata Donghae.

Sooyeon melepas pelukannya lalu memandang donghae dan menyentuh wajah namja itu.
''kau dongchul?'', tanya sooyeon.
''aku lee dongchul'', jawab donghae.

Sooyeon menyentuh pelipis kepalanya lalu memejamkan matanya.
''kau dongchul??'', tanya sooyeon.
''lee dongchul?!...'', ucap yeoja itu lagi.

*bruukkkk* sooyeon jatuh pingsan.

Donghae menekan bel di dekat tempat duduknya, tidak lama kemudian seorang perawat masuk dan segera menangani sooyeon.


Donghae menemui seorang dokter untuk membicarakan masalah sooyeon.
''sooyeon mengalami amnesia ringan'', kata dokter itu.
''amnesia? Bagaimana sooyeon masih bisa mengingat dongchul?'', tanya donghae.
''karena sooyeon hanya mengingat kejadian sebelum ia mengalami kecelakaan bersama dongchul''.
''sooyeon tidak bisa mengingat kejadian lainnya?''.
Dokter itu mengangguk, ''tapi kau jangan khawatir, ini hanya amnesia ringan dan bisa pulih sedikit demi sedikit saat menjalani terapi''.


Donghae kembali ke kamar perawatan sooyeon, perawat itu masih mengecek selang infus kemudian menyelimuti tubuh sooyeon.
''gamsa hamnida'', kata donghae saat melihat perawat itu keluar dari ruangan.

Ponsel di saku donghae berdering.
''yeoboseyo?'', jawab donghae.
''kau melupakan jadwal latihanmu?'', tanya seorang namja dari ponsel donghae.
''bagaimana dengan grandprix mu?'', tanya pria itu lagi.
''aku berhenti''.
''mweo? Kau gila? Hyaa donghae ah!!''.
''apa kau tidak mendengarku? Aku berhenti!!''.
*tut tut tut* donghae memutuskan sambungan teleponnya.



=Kantor SM Ent=
Jieun masuk ke dalam kantor dengan terhuyung. Efek dari sebotol soju yang ia minum belum juga hilang.
''mianhamnida!!'', kata jieun *bow* saat menabrak tubuh seseorang.

''bukankah dia trainer lulusan sma itu? Dia mabuk? astaga kenapa bisa begitu'', kata seorang resepsionis yang ada di lobi kantor seraya berbisik pada teman yang berdiri di sampingnya.
''kau benar! Hebat sekali, baru pertama kali bekerja, dia bisa menggaet manager choi!'', bisik yang lainnya lagi.

Seunghyun mendengar pembicaraan para resepsionis itu kemudian mendekati jieun dan memegang lengan yeoja itu. Seunghyun menarik jieun dan membawanya masuk ke dalam toilet wanita.

*blep blep blep blep* Seunghyun mendorong kepala jieun masuk ke dalam wastafel yang berisi penuh air.
Seunghyun melakukannya berulang2 agar jieun cepat sadar dari efek mabuknya.
''kenapa ada pria kejam sepertimu?'', kata jieun seraya memandang wajahnya di cermin toilet.

Seunghyun tidak menjawab sepatah katapun lalu keluar dari toilet itu. Jieun memandang wajahnya yang masih basah kuyup lalu membersihkannya dengan tisu.
''tasku dimana? Bukankah aku pergi membawa tas? Akhh, apa aku baru saja dicopet?'', gerutunya.



=Ruang Kerja Direktur lee=
Ajeossi itu sedang berbicara dengan seorang pengacara melalui sambungan telepon.
''direktur kenapa anda memasukkan choi seunghyun di dalam hak waris saham perusahaan?'', tanya pengacaranya.
''karena dia berhak mendapatkannya, bahkan seluruh saham perusahaan ini!'', jawab direktur lee.
''apa tidak sebaiknya anda menuliskan juga nama donghae? Dia putramu''.
''mau jadi apa perusahaan ini jika donghae ikut campur dalam masalah saham? Dia hanya memikirkan kesenangannya sendiri. Apa pernah kau dengar seorang pembalap beralih menjadi pengusaha di industri hiburan dan sukses?''.

Di luar ruangan, donghae hendak membuka knop pintu ruang kerja ayahnya saat ia mendengar sebuah percakapan dari dalam ruangan itu.
''donghae tidak tahu apa2 bagaimana caranya mengelola perusahaan. Satu2nya putraku yang bisa ku andalkan adalah dongchul. Sekarang tidak ada lagi yang bisa ku andalkan selain seunghyun'', kata direktur lee yang terdengar sampai diluar ruangannya.
''dulu aku sempat berpikir bahwa dongchul bisa mengelola managemen musik karena dia tahu apa itu musik. Tapi, kenapa Tuhan memanggilnya begitu cepat'', kata direktur lee lagi.


Donghae membuka knop pintu lalu berdiri menatap ayahnya. Tuan lee begitu terkejut kemudian meletakkan gagang teleponnya diatas meja.
''donghae ah?'', sapa direktur lee.
''ayah, aku ingin menjadi bagian dari perusahaanmu. Jika tidak ada dongchul, kau masih bisa mengandalkan aku. Jangan menganggapku seolah tidak mampu melakukan apa2'', kata donghae.
''kau memang tidak akan mampu melakukannya! Sebaiknya kau lakukan saja apa yang menjadi kesenanganmu!''.
''katakan pada semua pegawaimu dan juga ibu, bahwa yang mati itu lee donghae dan bukan lee dongchul'', kata donghae lagi.
''donghae ah, apa maksudmu? Jalani apa yang menjadi kesenanganmu. Aku tidak akan memikirkannya lagi'', kata direktur lee.
''donghae sudah mati!!''.

Donghae keluar dari ruangan direktur lee lalu berjalan ke koridor kantor dengan gontai.
''donghae sudah mati'', ucapnya lirih lalu tersenyum kecut.

Jieun beranjak ke arah ruang latihan dengan membawa setumpuk buku catatan musik.
''ya ampun kenapa seorang trainer harus membawanya sendiri? Aku benar2 bekerja keras'', kata jieun.
''jika aku sudah berhasil, aku tidak akan membebankan pekerjaanku pada juniorku karena mereka akan sangat menderita!'', ucapnya lagi.

*brakkkk* buku2 yang dibawa jieun berjatuhan ke lantai.
Yeoja itu memunggutinya satu persatu. Jieun melihat seorang namja membantunya memunguti buku2 itu.
''gamsa hamnida'', kata jieun saat menerima buku itu kemudian berlalu dari sana.

Jieun menoleh ke belakang dan melihat namja itu yang hanya tampak punggungnya saja.
''bukankah itu lee dongchul?'', gumannya.

Jieun menghentikan langkahnya lalu memanggil namja itu.
''dongchul ssi??'', panggil jieun.
Donghae menoleh, ''ne? Aku lee dongchul! Waeyo?''.

(Ost: 4minutes- Volume Up)

@tobe continue

FF Sweet Innocence *3

Judul: Sweet Innocence
Genre: Romance
Part: 1-19
Cast:
IU/ Lee JiEun
Lee Donghae / Super Junior
Choi Seunghyun/ TOP Big Bang
Jessica jung/ Jung sooyeon SNSD
(Lee) Shindong/ Super Junior

#lee dongchul: saudara kembar lee donghae (hanya di FF ini^^)

Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will)

Part *3

Jieun berlari mengambil pialanya yang terlempar di tengah jalan, Melihat seseorang tiba2 yang melintas beberapa meter dari depan mobilnya, sang sopir membanting setir dan terdengar decitan rem yang sangat keras.

*buuummmmmmmm braaaaaakk* mobil itu menabrak tiang baliho yang ada di pinggir jalan setelah mobil itu terbalik dan terseret sampai ratusan meter.

(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will))


*bummmm bummmm weeengggg enggg* suara mesin kendaraan milik donghae. Namja itu menyusuri jalanan seoul yang cukup legang.

*wenggggggg* tiba2 mesin motor itu mati.
Donghae memainkan personelen motornya dan mencoba menstarter kembali.
Namja itu memandang jalanan sepi di depannya kemudian tertegun.
''kenapa perasaanku tidak enak, apa dongchul ingin aku menonton permainan pianonya? Aku melupakan itu, maafkan aku, dongchul ah'', guman donghae.

Namja itu merogoh ponselnya dan mencoba menghubungi dongchul. Donghae memutuskan panggilan teleponnya saat tidak terdengar jawaban dari ponsel dongchul.



Tidak jauh dari mobil yang terbalik itu, Jieun berdiri terpaku, matanya terbelalak saat mengingat hal naas pada mobil itu.

Jieun memeluk pialanya erat.
''apa ini? Apa yang terjadi?'', ucapnya seraya memejamkan matanya.

Yeoja itu tidak menyadari bahwa dirinya adalah titik awal penyebab kecelakaan itu.
Tiba2, Jieun teringat kecelakaan yang menimpa dirinya waktu dulu hingga merenggut nyawa ayah ibunya dan juga membuat shindong cacat seumur hidup.

''aaaaaaaaa!!!'', teriak jieun histeris.

''appa!! Eomma!!'', ucapnya seraya memejamkan matanya.

*brukkkkk* jieun pingsan di pinggir jalan.



Di tempat lain, donghae mencoba menyalakan mesin motornya kembali.

*brumm brumm* donghae melajukan motornya lagi menyusuri jalanan itu. Ia memutuskan pergi ke kantor SM Ent, namun ditengah perjalanan tiba2 seorang wanita berdiri melambaikan tangan di tepi jalan.
''jom dowajuseyo!!'', seru wanita itu.
Donghae yang sudah melaju melewati wanita melirik dari kaca spion motornya.

Donghae memutuskan untuk berhenti dan menoleh ke belakang.
''wanita itu masih ada di sana, berarti yang kulihat bukan hantu'', gumannya.
''ajumma!! Apa yang bisa kubantu untukmu?'', tanya donghae.

Wanita itu berlari menghampiri motor donghae seraya terengah.
''antar aku ke rumah sakit! Tolonglah!'', kata wanita itu.
''mweo? Aku harus segera menemui seseorang. Bagaimana jika kau menunggu taksi?'', tanya donghae.
''aku sudah menunggunya sejak 2 jam yang lalu, herannya aku tidak melihat satu taksipun melintas di tempat ini''.


Donghae mengantar wanita itu ke rumah sakit seoul. Ajumma itu tersenyum saat turun dari kendaraan milik donghae.
''gamsahae!'', kata ajumma itu seraya membungkuk mengucapkan terima kasih.

Donghae begitu sungkan saat ajumma itu mengucapkan terima kasih berkali2.
''ajumma, aku tidak melakukan hal yang berarti'', kata donghae.
''terima kasih banyak atas bantuanmu. Tadi aku sudah kehilangan harapan tapi kau berhenti dan mengantarku ke sini. Suamiku terbaring sakit di tempat ini dan tepat dua jam yang lalu, suamiku menutup mata untuk selamanya''.

Donghae begitu terkejut saat mendengar pernyataan ajumma itu.
''ajumma kau pasti saat terpukul tentang hal ini'', kata donghae.
''untuk segala sesuatu ada masanya. Untuk apapun dibawah langit, ada waktunya'', kata ajumma itu.

Donghae berhenti sejenak seraya memandang ajumma itu masuk ke dalam rumah sakit.

*liu liu liu* terdengar sirine mobil ambulance masuk ke halaman rumah sakit. Donghae menoleh ke arah ambulance itu kemudian sejenak melajukan motornya.

''hati2!!'', kata seorang perawat saat sebuah geladak turun dari mobil ambulance itu.
Dongchul yang sudah bersimbah darah terbaring diatasnya dengan sebuah selang oksigen darurat.



=Rumah Jieun=
''mweo jieun pingsan??'', kata shindong yang terlibat perbincangan di telepon.
''ya! Seorang gadis dengan nama lee jieun, kami temukan pingsan di dekat lokasi kecelakaan'', terdengar seorang pria berbicara dari ponsel itu.

Shindong meletakkan gagang telepon itu pada tempatnya kemudian memandang seorang ajumma yang berdiri tidak yang darinya.
''eomma!! Jieun di rumah sakit'', kata shindong.



=Rumah sakit seoul=
Dongchul terbaring di ranjang rumah sakit. Namja itu terluka parah karena benturan yang dialaminya dan sooyeon juga dibaringkan di dekat dongchul. Beberapa dokter dan perawat menangani dongchul dan sooyeon.

Tuan dan nyonya lee masuk ke dalam UGD lalu menangis histeris memandang tubuh putranya.
''dongchul ah, kenapa ini bisa terjadi?'', isak nyonya lee.

Seorang perawat menyuruh tuan dan nyonya lee keluar dari ruang UGD.
''aku sangat khawatir pada kondisi dongchul'', kata nyonya lee seraya memeluk suaminya.
''kau tenanglah!'', kata tuan lee.

Ajeossi itu menuntun nyonya lee untuk duduk di sebuah bangku di depan ruang UGD.


Seunghyun menyusuri koridor rumah sakit dan melihat orang tua dongchul ada di sana.
''paman! Bagaimana keadaan dongchul?'', tanya seunghyun.
Tuan lee hanya menggeleng pasrah.

''ini semua gara2 kau!! Kenapa kau harus tinggal di rumah kami!!'', kata nyonya lee seraya memukul dada seunghyun.

Namja itu terdiam dan membiarkan nyonya lee terus memukulnya.
''kau selalu membuat sial seunghyun ah! Aku benar2 membencimu!'', kata nyonya lee lagi.
''kau jangan menyalahkan seunghyun! Apa yang menjadi kesalahannya?'', tanya tuan lee pada istrinya.

Nyonya lee berhenti memukul seunghyun lalu duduk di kursi dekat pintu ruang UGD.
''kenapa kau membelanya? Seharusnya kau membiarkan seunghyun pergi dari rumah kita'', kata nyonya lee.



=Kantor SM Ent=
Donghae masuk ke kantor SM Ent. Ia melihat seorang petugas kebersihan sedang berdiri tidak jauh darinya.
''dongchul ssi??'', seru lelaki itu terhenyak kaget saat donghae menghampirinya.
''apa ini mimpi! Apa kau hantu??'', ucapnya panik.

''hentikan! Jangan menggigau!'', kata donghae.
''dimana dongchul?'', tanyanya lagi.

Lelaki itu terdiam kemudian memandang donghae dengan seksama.
''apa kau donghae?'', tanya lelaki itu.
Donghae mengangguk.

''beberapa saat yang lalu aku melihat manager choi pergi tergesa2. Apa kau tidak mengetahui apa yang menimpa dongchul dan sooyeon?''.
''wae?''.
''aku mendengar bahwa dongchul dan sooyeon mengalami kecelakaan''.
''mweo??''.



=Keesokan harinya=
Di kamar rawat lain, pada rumah sakit yang sama. Jieun terbaring di tempat tidur dan perlahan membuka matanya. Ia melihat samar2 sebuah ruangan bercat putih. Jieun melihat ibu dan kakaknya duduk di samping tempat tidurnya.
''jieun ah, kau sudah sadar?'', tanya nyonya sila, ibu angkat jieun.
''eomma??'', kata jieun seraya memeluk ibunya.
Gadis itu menangis, ''aku teringat ayah dan ibu. Kecelakaan itu membuatku trauma, aku tidak bisa melihatnya lagi. Aku benar2 takut''.
''jangan khawatir karena kau disini bersama sekarang. Kau aman''.


Nyonya sila keluar dari kamar rawat jieun. Ia berjalan menyusuri koridor rumah sakit seraya merapatkan baju hangatnya.
Seunghyun yang bersandar di dinding dekat ruang UGD melihat nyonya sila dari kejauhan.
Seunghyun mencoba mengingat sosok wanita yang dilihatnya itu. Memori otaknya tergali sedikit demi sedikit.
''eomma??'', ucapnya lirih.

Seunghyun mencoba mengejar ajumma itu. Nyonya lee begitu terkejut melihat sekelebat seunghyun berlari melewatinya.
''aku membencinya!!'', kata nyonya lee.
Tuan lee hanya menggenggam tangan istrinya dan menenangkannya.


Nyonya sila berjalan ke arah taman di depan rumah sakit. Ajumma itu duduk seraya memandang taman bunga yang hanya diterangi oleh sinar lampu.

''seunghyun ah?'', ucap nyonya sila lirih.

Ajumma itu teringat kecelakaan yang menimpanya sewaktu dulu.
''seandainya kau masih hidup, kau pasti menjadi seorang pria yang luar biasa. Jaga ayahmu di surga, jika kau melihat ibu di sini. Ibu berkata *aku mengasihimu seunghyun ah*'', batin nyonya sila seraya meneteskan air mata.

Ajumma itu buru2 menghapus air mata yang mengalir membasahi kedua pipinya.

Seunghyun berlari ke arah taman dan mencari nyonya sila.
''ibu sudah meninggal! Kenapa aku ini? Seunghyun ah, jangan anggap ibumu masih hidup'', batin seunghyun.

''aku tidak bisa melupakan kejadian yang membuatku menjadi yatim piatu'', guman seunghyun.

Flash back
#seunghyun melihat jasad ayahnya terbaring di ranjang rumah sakit. Pihak kepolisian memastikan tidak ada korban yang di temukan lagi.
''uri eomma eodimnikka? (ibuku dimana?)'', kata seunghyun kecil seraya menarik tangan seorang polisi.
''mobil itu hanya ada kau dan ayahmu'', kata polisi itu.
''tidak! Dimana ibuku??''.

Seunghyun kecil terduduk di sudut ruangan itu dan melihat seorang yeoja kecil menangisi jenasah orang tuanya.
''eomma? Appa??'', ucap gadis kecil itu.#end.

Seunghyun pov
*sejak saat itu, aku tidak pernah melihat gadis kecil itu lagi. Nasibnya sama denganku, kehilangan dua orang yang paling dicintai. Apa dia menjadi seorang yang malang sepertiku? Aku teringat saat gadis itu berkata-pria tidak boleh menangis- tapi saat itu aku benar2 menangis dihadapannya dan tidak bisa kuhentikan. Saat ini aku berharap ibu masih hidup. Aku tidak melihat jenazahnya dan itu lebih baik karena aku masih memiliki harapan bahwa ibu masih hidup*end.


Donghae menyusuri koridor rumah sakit. Namja itu mencari ruang UGD kemudian melihat ayah dan ibunya di sana.
''bagaimana kondisi dongchul dan sooyeon?'', tanya donghae panik.
''kau lihat bagaimana kecelakaan itu bisa merenggut keselamatan seseorang sewaktu2? sekarang hal itu menimpa saudaramu?'', tanya nyonya lee.
''kenapa bicaramu melantur?'', tanya tuan lee pada istrinya.
''mulai sekarang kau harus berhenti menjadi pembalap!! Aku tidak ingin kau bernasib sama seperti dongchul''.
Donghae memeluk ibunya, ''maafkan aku karena selalu membuat ibu cemas''.


Di dalam kamar perawatan jieun,
''oppa, dimana pialaku?'', tanya jieun.
''pialamu baik2 saja!'', kata shindong seraya menunjuk sebuah piala yang ada di dekat meja.
''oppa, apa kau tahu korban kecelakaan itu selamat atau tidak?''.
''aku hanya memikirkanmu, jieun ah. Aku berjanji, jika kau sudah pulih kita akan menjenguk bersama. Aku harap mereka selamat''.
''mereka?''.
''aku belum memastikan dengan benar. Aku hanya tahu dari seorang polisi, katanya korban kecelakaan itu ada dua orang. kecelakaan itu terjadi karena sang sopir ingin menghindari sesuatu''.
''Oh, kita tidak tahu apa yang terjadi di jalan raya. Kita harus berhati2. Uhm, kenapa ibu lama sekali?'', tanya jieun seraya menoleh ke arah pintu.



=Taman rumah sakit seoul=
Nyonya sila merasa hatinya sudah kembali tenang. Ia berniat kembali ke kamar jieun.
Ajumma itu memandang jalan yang berada belakang bangku yang diduduki seunghyun.
Nyonya sila hanya melihat punggung seunghyun kemudian berjalan melewatinya.

Namja itu melihat ke arah lain, kenangan lamanya kembali muncul saat tuan lee mengadopsinya ketika berada di sebuah panti asuhan. Walau ia diadopsi sejak kecil oleh keluarga lee, seunghyun enggan menyebut tuan dan nyonya lee sebagai ayah dan ibunya. Hal itu membuat nyonya lee semakin tidak menyukai seunghyun karena ia merasa namja itu tidak menghargainya.

''boleh aku duduk di dekatmu?'', seorang ajumma berdiri di belakang bangku seunghyun.
Namja itu menoleh dan melihat seorang wanita dengan rambut yang sudah memutih berdiri di sana. Seunghyun mengangguk kemudian mempersilahkan wanita separuh baya itu duduk di sampingnya.
''apa yang kau pikirkan?'', tanya ajumma itu.
''oh gwaenchanayo. Aku hanya sedang merenungkan hidup, saudaraku terbaring lemah di ruang operasi. Ini adalah hal yang sulit ku terima, ini membuatku begitu tertekan. Uhm, ajumma apa yang kau lakukan disini?'', kata seunghyun.
''menikmati matahari''.

Seunghyun mengernyitkan dahinya saat mendengar jawaban wanita itu.
''ajumma, kau tidak akan bisa melihat matahari di malam hari'', kata seunghyun.
''aku tidak berkata melihat matahari. jika besok pagi kau tidak melihat sinar matahari, itu tidak berarti kita kehilangan matahari. Matahari tetap ada diatas sana, hanya sekumpulan awan menutupi langit diatasmu dan membuat hari2 kita mendung dan gelap. Jika malam ini kau melihat didalam gelap, bukan berarti matahari menghilang dari peredarannya, ia tetap ada disana dibelahan bumi lain dan kita hanya perlu menunggu matahari di fajar yang baru untuk melihat sinarnya'', kata wanita itu.
''jika kau merasa harimu gelap dan berkabut, jangan menyerah karena itu bukan akhir dari segalanya. Matahari sukacita tetap ada di dalam hatimu, hanya segumpal awan kedukaan sedang menyelubungi hatimu. Kau hanya perlu melupakan awan itu agar matahari sukacita bersinar lagi. Ingatlah, ketika disini mendung dan gelap, dibelahan bumi lain masih ada terang dan terik dari matahari yang sama. Kau hanya perlu terus berjalan dan jangan berhenti hingga sampai di tempat yang cerah berpengharapan'', kata wanita itu lagi kemudian tersenyum memandang seunghyun.
''tapi saat ini aku benar2 dalam masa sulit. Bertahun2 aku hidup dengan seseorang yang begitu membenciku'', kata seunghyun.
''jika engkau bertemu seseorang yang kau pikir tidak baik, bukan berarti tidak ada kebaikan dalam dirinya. Walaupun ada sekumpulan awan kemarahan, salah pengertian dan kekosongan menyelimuti hatinya. Doakanlah dan harapkanlah supaya awan gelap itu berlalu dari hatinya''.
''bagaimana dengan saudaraku itu? Dan saudaraku yang lain, saat ini mereka sangat putus asa dan hal yang ku benci adalah aku tidak bisa melakukan apapun selain dengan duduk diam di sini''.
''jika engkau melihat saudaramu dalam keputus-asaan dan kesedihan yang mendalam, temani dan dampingilah dia. Tugasmu adalah menjadi sahabat di kala gelap sampai fajar pengharapan terbit dalam hatinya''.


Tidak lama kemudian, dokter yang menangani dongchul keluar dari ruang UGD. Nyonya lee berlari mendekati dokter itu.
''dokter, bagaimana kondisi dongchul?'', tanya nyonya lee.

Dokter itu menghela nafas panjang, ''lukanya terlalu parah, benturan akibat kecelakaan itu membuat pendarahan di bagian kepalanya. Maafkan kami, Kami tidak bisa menyelamatkan nyawa putramu''.
''tidakkkkkk!!!!'', nyonya lee berteriak histeris.

''apa kau ingin katakan dongchul meninggal?'', tanya donghae.
Dokter itu mengangguk, ''maafkan kami''.

Donghae mencengkram krah baju dokter itu, ''kembali masuk dan buat dongchul kembali hidup! Bukankah kau seorang dokter?''.
''dokter tidak bisa menghidupkan orang yang sudah mati'', jawab dokter itu.
''apa yang bisa kulakukan untuk membuat dongchul tetap hidup? Jantungku atau apa yang aku miliki?''.
Dokter itu memandang donghae kemudian menggeleng.

Tuan lee mencoba menyikapi hal itu secara bijaksana walau hatinya tidak karuan mendengar berita bahwa dongchul meninggal.
''bagaimana dengan sooyeon?'', tanya tuan lee.

Donghae melepas cengkraman tangannya lalu tertunduk menghadap ke dinding.

''Kami dapat mengatasi luka sooyeon. Tidak ada luka yang berarti pada gadis itu. Jangan khawatir'', kata dokter itu.


Donghae berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan linglung.
*plukkk* jaket yang dibawanya terjatuh di lantai.

''hei, kau menjatuhkan jaketmu'', kata seorang namja saat melihat jaket yang dibawa donghae terjatuh.

Donghae menoleh dan melihat shindong berdiri di sana dengan tongkatnya.
''mweo? Bukankah kita pernah bertemu sebelum ini?'', tanya shindong saat mengenali sosok donghae.

Donghae terdiam kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan shindong.

Shindong memungut jaket milik donghae kemudian berjalan cepat dengan tongkatnya untuk mengejar donghae.
''apa ada hal buruk menimpamu?'', tanya shindong.
''sepertinya lebih buruk dari apa yang aku alami. Adikku di rawat di rumah sakit ini, bagaimana denganmu?'', tanya shindong lagi.
''aku kehilangan separuh yang berharga dalam hidupku. Hatiku benar2 hancur!'', kata donghae.
''mweo?''.
''jaga adikmu dengan baik. Agar ia sembuh dan melihatmu disampingnya''.
''terima kasih. Tuhan bisa menyembuhkan hati yang hancur. Datang padaNya dan berdoalah. Berdoa itu gratis dan banyak manfaatnya''.
Donghae tersenyum dan shindong mengembalikan jaket itu pada donghae.
''jika aku meminta untuk membuatnya kembali hidup, apa Tuhan akan mengabulkannya?'', tanya donghae.
''Jangan meminta pada Tuhan apa yang menurutmu baik, tapi mintalah apa yang terbaik dari Tuhan untuk diperbuatNya dalam hidupmu''.



=Tempat Pemakaman Dongchul=
Donghae dan seunghyun memakai pakaian serba hitam karena perkabungan meninggalnya lee dongchul, saudara kembar donghae.
Seunghyun melihat pusara dongchul, namja itu menahan diri untuk tidak menangis. Hanya dongchul yang benar2 tulus menerima seunghyun di dalam keluarga lee.

**jika engkau merasa mataharimu terlalu terik bersinar dan terlalu menyengat. Ingatlah mereka yang sedang dilanda mendung dan berkabut hidupnya. Bagikanlah sinarmu untuk menghangatkan mereka**
Seunghyun teringat ucapan wanita setengah baya yang duduk bersama dirinya di taman rumah sakit. Ia memandang keluarga lee yang begitu terpukul atas meninggalnya dongchul.

Donghae begitu terpukul dengan meninggalnya dongchul. Tidak terpikir oleh donghae bahwa dongchul akan meninggalkannya secepat itu. Senyuman saudara kembarnya itu tidak bisa ia lupakan.
Donghae melihat ibunya menangis tersedu di dekat pusara dongchul.
''ibu sangat terpukul. Hal yang berharga milik ibu sekarang sudah tidak ada lagi. Tapi, aku tidak bisa berlama2 melihat ibu berduka'', batin donghae.

''aku akan membuat diriku saat ini menjadi seperti dongchul. Untuk ibu dan juga sooyeon'', kata donghae dalam hati

(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will))

@ tobe continue

FF Sweet Innocence *2

Judul: Sweet Innocence
Genre: Romance
Part: 1-19
Cast:
IU/ Lee JiEun
Lee Donghae (Super Junior)
TOP/ Choi Seunghyun (BigBang)
Jessica Jung / Jung Sooyeon (Snsd)
#lee dongchul: saudara kembar lee donghae (hanya di FF ini^^)

Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will)

Part *2
Seunghyun memberi kesempatan jieun untuk mengikuti festival piano karena permintaan sooyeon.

''dongchul ssi!!'', panggil jieun.
Dongchul menoleh ke arah jieun.

''apa yang ingin kau katakan padanya?'', bisik seunghyun seraya menahan lengan jieun.
(Ost: Snsd- Tell me your wish)

''dongchul ssi?'', panggil jieun lagi.

Jieun hendak berjalan ke arah dongchul namun seunghyun dengan sigap menahan lengan yeoja itu.
''apa kau tidak menyadari satu hal? Rahasia besar, kau akan terkejut mendengarnya!'', kata jieun setengah berteriak karena lobi sudah semakin padat oleh peserta festival.

Jieun melepas cengkraman tangan seunghyun lalu menghampiri dongchul dan sooyeon.
''sebenarnya,,,'', jieun menghentikan ucapannya berniat membuat seunghyun kelabakan.

Tiba2 seunghyun merangkul jieun erat hingga membuat yeoja itu memukul tangan seunghyun yang melilit lehernya.
''dia mau mengatakan kalau kami berpacaran. Sebelum gadis ini mengatakannya, lebih baik aku mengatakan yang sebenarnya. Aku tidak mau dikatakan nepotisme, jadi status jieun aku rahasiakan'', cerocos seunghyun seraya merangkul jieun semakin erat.
''akkhhh!! Aku butuh bernafas!!'', kata jieun.

Seunghyun melepas rangkulan tangannya dari leher jieun. Yeoja itu memandang namja yang sedang tersenyum ke arahnya.
''dasar pria licik!!'', batin jieun.

''kalian pacaran? Tapi aku kira jieun ingin mengatakan sesuatu'', kata dongchul.
''kenapa kau rahasiakan ini dari kami?'', tanya sooyeon.
''kau lihat kan ulahnya begitu memalukan! semua orang bisa menertawakanku karena menyukai gadis ini. Mereka pasti bertanya padaku *kenapa kau menyukainya? Apa kau perlu memakai kacamata minus agar kau sadar seperti apa gadis yang kau sukai?*'', kata seunghyun.
''Aiss!! Apa yang kau katakan hah?'', seru jieun.

Dongchul dan sooyeon tertawa melihat ekspresi seunghyun dan jieun.

''tunggu sebentar! Aku tidak ingin mengatakan apapun pada dongchul selain hanya untuk meminta hak sepatuku yang dilepas olehnya'', kata jieun.
''maksudmu ini?'', tanya dongchul seraya menunjukkan sebuah hak sepatu di genggaman tangannya.
Jieun mengangguk, ''ne, masseumnida (ya benar)''.

Jieun menoleh ke arah seunghyun dengan tatapan sinis lalu pergi ke meja panitia menyelesaikan administrasi pendaftaran.
''sial!! Kenapa kau menggali lubangmu sendiri seunghyun ah. Aku sangat panik saat mendengarnya berkata *rahasia besar*'', batin seunghyun seraya mengusap rambutnya yang tidak gatal.


Jieun menghampiri meja panitia dan menulis formulir pendaftaran atas namanya.
''gamsa hamnida!'', kata jieun saat seorang panitia menerima berkas formulirnya.

Jieun menoleh ke arah seunghyun. Yeoja itu mengusap hidungnya dengan ibu jarinya.
''aiss, apa2an gadis itu? Dia ingin menertawakanku? Babo!'', gerutu seunghyun kemudian menunjukkan kepalan tangannya ke arah jieun.

''mweoya? Ahh, aku takuuuttt'', ejek jieun.
''sial!!'', gerutu seunghyun.



=Di sebuah toko bunga=
Shindong dengan tongkat menyangga di lengan kirinya masuk ke sebuah toko bunga membeli benih bunga matahari untuk ditanam di taman rumahnya. Shindong tidak bisa bermain drum karena kaki kirinya patah dan tidak bisa digerakkan lagi.

Tidak lama kemudian, shindong keluar dari toko seraya membawa kantong berisi benih bunga matahari. Lampu pejalan kaki berwarna merah dan shindong berdiri di tepi jalan raya menanti lampu itu berubah menjadi warna hijau.

Rombongan pelajar smp yang sedang bercanda dan saling dorong, tanpa sengaja membuat salah seorang dari mereka menyenggol tubuh shindong.
*grubyaaakkk* Namja itu terjatuh tepat di badan jalan.
*cittttttttt* sebuah sepeda motornya berhenti mendadak tepat di dekat shindong.

Shindong mencoba berdiri namun ia kesulitan menegakkan tubuhnya. Si pengendara sepeda motor menghampiri shindong dan membantunya berdiri.

''lain kali berhati2lah saat menyeberang jalan'', kata namja itu yang tidak lain adalah donghae.
(dunia FF itu begitu sempit ya-wkwk)

Shindong sibuk mencari kantong berisi benih bunga matahari yang terjatuh dari genggaman tangannya.

*sllaaaatttt* kantong benih bunga matahari itu terlindas ban mobil yang melaju karena kantung itu terlempar jauh dan mendarat di tengah badan jalan.

''ahhh??'', ucap shindong dengan perasaan kecewa.
''kenapa kau begitu menyesal hanya karena melihat kantung itu terlindas mobil?'', tanya donghae heran.
''karena benih itu berharga mahal''.
''seberapa mahal dibanding dengan nyawamu?''.

Shindong melangkah tertatih dengan tongkatnya kemudian bersandar di dekat sebuah toko bunga.
''itu benih apa?'', tanya donghae.
''bunga matahari'', jawab shindong.

Donghae masuk ke toko bunga lalu membeli sekantung benih bunga matahari.
Di luar toko, donghae memberikan kantung itu pada shindong.
''ini! Aku tidak menganggapmu orang miskin, jadi terimalah seolah kita berteman dekat'', kata donghae.
''aku bisa membelinya sendiri'', kata shindong.
''terimalah! Sudah kukatakan anggap saja kita teman dekat''.

Shindong menerima kantung berisi benih bunga matahari itu. Donghae beranjak ke arah box penjual minuman lalu mengambil dua kaleng minuman ringan.
''gomaweo'', kata shindong saat donghae memberikan sekaleng minuman ringan untuknya.
''apa kau seorang pembalap?'', tanya shindong saat melihat pakaian yang dipakai donghae.
''ya! Aku baru pulang berlatih untuk grandprix. Tapi aku takut ibuku akan masuk rumah sakit lagi karena penyakit jantungnya kumat'', kata donghae.
''kau beruntung karena masih bisa melakukan apa yang menjadi keinginanmu, kau lihat aku? Aku cacat. Aku hanya bisa melihat drum ku tanpa aku bisa memainkannya''.
''tapi tidak ada yang meremehkanmu dengan keadaanmu sekarang kan? Kedua orang tuaku selalu memandang apa yang aku lakukan sekarang tidak berarti''.

Shindong meneguk minuman kaleng itu kemudian memandang kendaraan yang berlalu lalang di jalanan itu.
''ada empat binatang menemani seorang nahkota berlayar jauh dengan kapalnya. Hewan itu adalah ayam, harimau, gajah dan tikus. Ayam berkata *aku selalu memberikan telurku untuk nahkota, berkat aku, dia dapat makan enak dan bergizi*'', cerita shindong.
''kau ingin menyamakan aku dengan binatang?'', tanya donghae.
''aniyo! Aku tidak mengatakan seperti itu padamu. Dengarkan aku!''.

''Setelah si ayam berkata hal itu, gajahpun menimpali *aku kuat dan aku selalu membantu nahkoda kita untuk mengangkat barang2 berat*. Mendengar ayam dan harimau saling beradu kehebatan, harimau tidak mau kalah, dia berkata *aku selalu melindungi nahkota kita dari bajak laut*. Dari keempat binatang itu, hanya tikus yang terdiam. Ketiga binatang itu bertanya *hei tikus, apa gunanya kau disini? Lebih baik kau terjun ke laut, mengakhiri hidupmu!*'', kata shindong melanjutkan ceritanya.
''tidak ada hal yang berarti dari ceritamu'', kata donghae.
''Suatu hari kapal itu terantuk batu karang dan bocor. semua yang ada didalam kapal begitu panik. tikus berpikir sejenak dan berkata *mungkin ini saatnya aku dapat berguna*, lalu tikus itu mulai bergerak dan masuk ke sela2 kayu untuk menemukan sumber kebocoran itu dan akhirnya kapal itu dapat diselamatkan''.
''Tuhan memberikan talenta masing2 pada kita. Tidak ada orang bodoh, yang ada hanyalah orang yang tidak sadar akan bakat yang diberikan Tuhan kepada kita. Semua ada untuk saling melengkapi agar hidup menjadi lebih baik. Jangan khawatir, kau sedang dipakai Tuhan untuk rencanaNya yang luar biasa'', kata shindong lagi seraya menepuk bahu donghae.



=Kantor SM Ent=
Jieun duduk di bangku peserta, sesekali ia mengepalkan tangannya untuk mengurangi rasa gugup.
Tidak lama kemudian, yeoja itu beranjak dari bangku peserta festival kemudian berjalan mendekati sooyeon.
''nona sooyeon, perutku sangat lapar, aku begitu gugup , tiba2 aku merasa perutku keroncongan'', kata jieun.
''mweo?'', kata sooyeon terkejut.
''aku ingin pergi makan sebentar saja!''.
Sooyeon mengangguk dan dongchul hanya tersenyum menahan tawanya.

Seunghyun memandang jieun yang berlari cepat keluar dari arena festival musik klasik.
Beberapa waktu kemudian, Sooyeon melambai ke arah seunghyun dan meminta namja itu untuk menghampirinya.

Seunghyun menghampiri sooyeon dan dongchul.
''kenapa kau biarkan pacarmu makan sendirian?'', tanya dongchul.
''nuguya?'', kata seunghyun.
''jieun! Lee jieun!''.
''susul gadis itu dan temani dia makan. Aku rasa kau akan menjadi pacar yang baik untuknya'', kata sooyeon.

Seunghyun terpaksa mencari jieun keluar dari gedung itu. Ia segan karena sooyeon terus memaksanya.
''kenapa gadis itu merepotkan aku?'', gerutunya seraya mencari sosok jieun.

Seunghyun melihat seorang yeoja duduk di dekat pintu gerbang gedung itu.
''kenapa kau makan di sini?'', tanya seunghyun.
Jieun menoleh ke arah seunghyun, ''kenapa kau berdiri di sini?''.
''kenapa kau berbalik bertanya padaku? Letakkan makananmu dan kembalilah ke dalam bersamaku!''.

Jieun menggeleng dan melanjutkan menikmati mie ramen miliknya.
''aku memesan seporsi mie ramen dengan ponselku, itu berarti aku sudah banyak memakai pulsaku. Aku menunggu di sini sampai mie ramenku datang dan itu sudah memakan banyak waktu, jadi mie ramen ini tidak akan aku sia2kan'', cerocos jieun.
''kau boleh masuk ke dalam atau duduk disini menemaniku makan'', kata jieun lagi.

Seunghyun merapikan jasnya kemudian duduk di dekat jieun.
''apa itu enak?'', tanya seunghyun.
Jieun menyodorkan mie ramennya pada seunghyun, ''kau ingin mencicipinya? Makanlah! Anggap saja kita sudah berteman lama''.
Seunghyun memandang mangkuk mie ramen itu dan perlahan mengambil sumpit milik jieun.

*sruputtt* seunghyun menyeruput mienya dan mengunyahnya pelan.
''enak kan? Kau belum pernah makan mie ramen di pinggir jalan?'', tanya jieun.

Seunghyun menggeleng dan mulai menyeruput mie ramen itu lagi.
''ngomong2, kenapa kau menghabiskan mie ramenku?'', seru jieun saat melihat mangkuk itu hanya sisa kuahnya saja.
''ayo kita masuk ke dalam sebelum kau kehilangan kesempatan untuk mengikuti festival'', kata seunghyun seraya memberikan mangkuk kosong itu pada jieun.
''aiss!! Pria tidak tahu diri!'', gerutu jieun seraya menyengir.


Peserta festival satu persatu menunjukkan aksinya diatas panggung. Panitia festival memanggil nama jieun. Yeoja itu beranjak dari tempat duduknya lalu naik ke atas panggung.
''annyeong hasimnikka. Lee jieun imnida'', kata jieun seraya membungkuk memberi salam ke arah juri.
Jieun memandang tuts piano yang ada di depannya.
''ini untuk ayah dan ibu'', batin jieun.

Yeoja itu mulai menekan tuts demi tuts memainkan lagu Kim Taeyeon If Ost hong gil dong.
Seunghyun tidak menyangka jieun bermain piano sehebat itu. Alunan musiknya menggambarkan perasaan yang mendalam.
''dia benar2 bermain dengan hatinya'', batin seunghyun.

Dongchul dan sooyeon juga menikmati alunan piano yang jieun mainkan.
''jika jieun menjadi trainer di sini, aku rasa dia tidak akan mengecewakan. Tapi jika jieun lolos, kau kalah dongchul ah'', kata sooyeon.
''jieun pantas mendapat posisi itu. Dia lebih baik dariku'', kata dongchul.
''kau belum bermain. Aku yakin kau lebih baik darinya''.

Jieun menyelesaikan aksinya dengan riuh tepuk tangan dari peserta yang ikut menikmati alunan pianonya, termasuk seunghyun.

Dongchul beranjak dari tempat duduknya.
''aku ingin ke kamar kecil'', kata dongchul.
''tapi sebentar lagi namamu dipanggil'', kata sooyeon.
''aku sangat gugup. Aku ingin buang air kecil''.


Tidak lama kemudian, panitia memanggil nama lee dongchul namun namja itu tidak kunjung muncul. Sooyeon menoleh ke sekeliling mencari dongchul dengan resah.
''dongchul sigga eodiga? (dongchul pergi kemana?)'', tanya seunghyun.
''dongchul hanya berkata ingin ke kamar kecil, tapi kenapa dia tidak juga kembali?'', kata sooyeon.

Dongchul duduk di dalam mobilnya yang ada di parkiran basement kantor itu.
''Jika aku mengikuti festival ini, pasti semua juri tidak lagi memandang kemampuan jieun. Mereka memilihku karena aku anak direktur. Jieun punya kemampuan untuk membawa SM Ent ke tingkat yang lebih baik'', batin dongchul.

Ponsel di dekat dongchul berdering
*sooyeon calling*

Di lobi kantor,
''ayo dongchul ah, angkat teleponnya!'', ucap sooyeon seraya terus menempelkan ponsel di telinga kirinya.

*tut tut tut* tidak ada respon dari nomor ponsel dongchul.

Setelah beberapa waktu, Panitia terpaksa mendiskualifikasi dongchul karena desakan dari peserta lain yang menunggunya terlalu lama.
''bagaimana jika direktur tahu kita tidak memilih dongchul?'', bisik salah seorang juri.
''syarat meloloskan dongchul hanya dia harus ikut festival ini, kalau tidak muncul di stage bagaimana bisa kita memberikan posisi trainer itu padanya? SM Ent akan dipandang nepotisme'', bisik juri yang lain.

Jieun menoleh kesekeliling penasaran dengan hilangnya sosok dongchul yang awalnya begitu antusias mengikuti festival piano itu.
''Dongchul tidak boleh curang dengan tidak mengikuti festival piano ini. Sooyeon ssi jangan khawatir, sebagai balas budi karena kau memberiku kesempatan, aku akan membantumu mencarinya'', kata jieun.
''kenapa lagakmu seperti pahlawan, lebih baik kembali ke kursimu. Aku akan mencarinya'', kata seunghyun.
''aku tidak ingin menang hanya karena seorang pianis profesional seperti dongchul tidak menjadi rivalku, arasseo??!!!''.
''sooyeon ssi, kemana dongchul tadi akan pergi?''.
''ke toilet. Aku akan mencarinya'', kata sooyeon.
''tidak, kau harus tetap di sini dan menyaksikan festival ini berlangsung'', kata seunghyun.

Jieun mencari tempat yang bertuliskan toilet. Yeoja itu masuk ke dalam toilet pria. Tidak lama kemudian, jieun lari terbirit2 keluar dari toilet itu.
''hwaaaaaaaa!!!'', teriak jieun tergopoh2.

Seunghyun yang ternyata ikut mencari dongchul terkejut saat melihat jieun terbirit2 keluar dari toilet.
''kau kenapa? Apa kau menemukan dongchul'', tanya seunghyun.
''tidak! Aku melihat monster ular raksasa'', jawab jieun.

Jieun berlari keluar kantor namun seunghyun menahan lengan gadis itu.
''kenapa kau begitu menyibukkan diri untuk pria yang baru pertama kau kenal?'', tanya seunghyun.
''ya karena.. Uhm karena dia membantu melepas hak sepatuku. Sekedar aksi balas budi!'', jawab jieun.

Jieun pov
#benar kata seunghyun kenapa aku menyibukkan diriku hanya karena dongchul? Seorang pria yang baru pertama kali ku kenal. Aku tidak mengerti perasaan itu mengalir begitu saja, aku menghargai sikap baik seseorang dan aku berusaha membalas kebaikannya#end.

Jieun menoleh sekeliling halaman gedung itu berharap ia melihat dongchul di sana.
''anggap saja ini bagian dari keberuntunganmu! Kembali ke bangkumu sekarang'', kata seunghyun.
''aku tidak ingin berhasil hanya karena keberuntungan, tapi aku ingin berhasil karena prestasi'', kata jieun.
''kenapa kau keras kepala? Jika dongchul tidak menginginkan juara festival ini, biarkan dia memilih jalannya sendiri''.
Jieun terdiam kemudian menyusul seunghyun berjalan ke dalam gedung itu lagi.


Dongchul tidak kunjung kembali sampai peserta terakhir menunjukkan aksinya.

Tidak lama kemudian, Tim juri memutuskan untuk mengumumkan juara festival dan peraih gelar juara 1 sebagai seorang trainer di SM Ent.
''kami menimbang, mengingat, memutuskan bahwa juara 1 festival piano klasik tahun 2012 periode musim panas adalah lee jieun'', kata panitia itu.

Jieun terkejut dan berdiri dari bangkunya.
''itu aku? Aku menang??'', seru jieun seraya berjingkrak2.
''aku tidak percaya ini! Ya Tuhan! Apa ini benar2 terjadi?'', kata jieun lagi karena tidak bisa membendung kegembiraannya.

Jieun naik ke atas stage lalu menerima sebuah piala dan surat kontrak menjadi trainer SM Ent.

''apa kau ingin menyampaikan sesuatu?'', tanya seorang panitia festival saat jieun masih diatas panggung.
Jieun mengangguk, ''terima kasih untuk semua orang yang Tuhan pakai untuk membawaku berdiri di tempat ini dengan sebuah piala dan selembar kontrak kerja. Untuk kalian yang saat ini gagal, jangan menyerah karena masih ada jalan'', kata jieun.

Acara Festival musik klasik itu usai, jieun keluar dari gedung SM Ent seraya memeluk piala kejuaraannya erat.
''apa kau masih berpikir kau menang karena tidak ada lawan sebaik dongchul menjadi rivalmu disini?'', tanya seunghyun yang tiba2 muncul di belakang jieun.

Yeoja itu terhenyak kemudian menoleh ke arah seunghyun dan tersenyum.
''Aku ingin menceritakan satu hal padamu! Ada sekelompok katak berjalan melewati hutan, mereka tidak melihat ada sebuah lubang besar yang membuat mereka terperosok. Mereka langsung menyerah saat melihat lubang itu begitu dalam dan mereka berpikir tidak akan sanggup melompat ke atas. Tapi, ada satu katak yang terus melompat walau semua temannya berkata *menyerahlah! Kau melakukan hal yang sia2!*. Seekor katak itu tidak menghiraukan ucapan katak2 yang lain, ia terus melompat dan melompat. Akhirnya, katak itu berhasil keluar dan menengok teman2nya didasar lubang, ia berkata *terima kasih karena sudah menyemangatiku. Aku percaya kalian melakukan hal sama sepertiku*'', kata jieun.
''kau tahu? Kenapa katak itu bisa keluar dari lubang? Karena dia tuli! Katak itu tuli! Lidah kita memiliki kekuatan untuk membangkitkan atau memadamkan semangat. Maka, berbicaralah positif pada setiap orang yang kau jumpai agar semua ucapanmu menjadi kata yang dapat membangkitkan semangat, kau mengerti tuan choi seunghyun?'', kata jieun lagi.

Seunghyun tertegun dalam hatinya ia mengagumi prinsip hidup jieun.
''oya aku hampir lupa. Kau pasti menyesal karena mengakuiku sebagai pacarmu. Kau cenderung khawatir pada hal yang belum terjadi. Uhm sampai jumpa lagi, tuan choi. Senang bertemu denganmu!'', kata jieun tersenyum kemudian membungkuk memberi salam.



=Malam Hari=
Jieun berjalan menyusuri jalanan kota seoul seraya membopong piala besarnya itu.
''ibu dan kakak pasti sangat bangga padaku'', gumannya.
''ini piala pertamamu lee jieun!!!!'', serunya seraya mengangkat piala itu tinggi2.

Jieun memandang langit yang gelap dan hanya diterangi oleh beberapa kerlip bintang yang tampak diatas sana.
''appa! Eomma!! Piala ini juga untuk kalian!!'', kata jieun seraya terus melompat.

Jieun melompat seraya terus mendongak ke langit.
''apa lompatanku ini bisa membawaku terbang ke surga?'', ucapnya.

Tidak lama kemudian jieun berhenti melompat dan menghirup nafas dalam2.
''kenapa aku bodoh? Aku tidak perlu melompat untuk terbang ke surga, karena ayah ibuku ada di hatiku selamanya'', kata jieun kemudian tersenyum.



=Di dalam sebuah mobil=
Dongchul menyetir seraya sesekali menoleh ke arah sooyeon yang duduk di sebelahnya.
''kau marah padaku?'', tanya dongchul.
''aku sangat berharap kita bekerja sama membesarkan nama SM Ent, kenapa kau lakukan ini? Apa yang sebenarnya ada dipikiranmu?'', kata sooyeon.
''aku tidak siap bertanding, itu saja. Festival periode musim gugur mendatang, aku akan mengikutinya dengan sungguh2''.
''kau selalu membohongiku, dongchul ah! Tidak ada waktu untuk berdiam, kesempatan menunggumu sekarang, sukses itu sudah ada di depan pintu''.
''musim gugur tahun ini benar2 akan ku lakukan. Aku berjanji!''.

Dongchul melajukan mobilnya dengan kencang di jalanan yang tidak begitu ramai kendaraan hanya beberapa kendaraan besar yang melaju berlawan arah.

Jieun berdiri di depan sebuah halte bus. Yeoja itu memandang piala yang ada di dekapannya itu lalu mengangkat piala itu tinggi2 dan melompat. Tidak disangka jieun berdiri pada pijakan yang salah hingga membuat tubuhnya oleng dan pialanya terlempar ke badan jalan.

*klotakkkkk* piala itu menggelinging ke tengah jalan.

''tidak!!'', seru jieun seraya berlari ke arah piala itu tanpa memperhatikan sebuah mobil melaju ke arahnya.

Melihat seorang tiba2 melintas beberapa meter di depan mobilnya, sang sopir membanting setir dan terdengar decitan rem yang sangat keras.

Mobil itu terbalik hingga beberapa kali dan terseret sampai ratusan meter.
*buuummmmmmmm braaaaaakk* mobil itu menabrak tiang baliho yang ada di pinggir jalan.

(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will))

@ tobe continue

FF Sweet Innocence *1

Judul: Sweet Innocence
Genre: Romance
Part: 1-19
Cast:
IU/ Lee JiEun
Lee Donghae (Super Junior)
TOP/ Choi Seunghyun (BigBang)
Jessica jung/ Jung sooyeon (SNSD)
Shindong (Super Junior)
Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will)

Part *1

Donghae pov
#aku mempunyai saudara kembar, namanya lee dongchul. Kami berdua memiliki sifat yang berbeda. Dongchul yang cenderung melankolis menggeluti hobi bermain piano. Aku merasa dongchul akan menjadi seorang pianis terkenal karena ia begitu jago memainkan tuts hitam dan putih. Tapi aku berbeda, aku seorang pembalap motor. Aku mengikuti hampir di setiap turnamen yang ada dan aku juara. Kadang, ibuku begitu khawatir dengan apa yang aku lakukan tapi itu tidak membuatku berhenti,
Sewaktu kecil ibuku bertanya : ''jangan menjadikan arena balap sebagai tempat untuk mencari makan tapi ikutilah bisnis ayahmu''.
Aku jawab: ''ayah seorang bisnisman tapi aku seorang pembalap, ladangku ada di arena balap''.
Dongchul selalu tertawa saat aku mempertahankan argumenku#end.

Dongchul pov
#aku berbeda dengan saudara kembarku, donghae. Aku seorang pianis dan aku kuliah di bidang seni musik dengan konsentrasi piano klasik. Kebahagiaanku adalah saat kekasihku mau bernyanyi untukku dan aku mengiringinya dengan pianoku. Jung sooyeon, gadis yang aku cintai.
''sooyeon ah, jika kita menikah, aku akan memberikan piano ku yang paling berharga, piano yang aku beli dengan harga 10 ribu dolar saat usiaku 10 tahun'', kataku.
''kau dan pianomu berharga untukku dongchul ah. Aku ingin memiliki keduanya'', kata sooyeon#end.


Jauh dari keluarga namja kembar yang mempunyai hobi yang berbeda. Ada sebuah keluarga yang juga mencintai musik.

Flash back
#Seorang yeoja kecil berlari masuk ke dalam mobil seraya menggenggam harmonica nya, tidak lama kemudian seorang namja gendut duduk di sebelahnya.
''oppa, kemanapun kita pergi, aku tidak melupakan harmonicaku'', kata gadis itu.
''dan aku tidak melupakan stik drumku'', kata namja gendut itu seraya menunjukkan sepasang stik drum di dekat tempat duduknya.
''jieun ah, kenapa kau menyukai harmonica? Apa kau tidak menyukai piano?'', tanya seorang ajumma yang duduk di kursi depan mobil itu.
''eomma, jariku begitu pendek, aku tidak bisa menekan tuts piano dengan baik'', kata gadis kecil yang bernama jieun itu.
''siapa yang paling ayah cintai? Piano atau ibu?'', tanya jieun pada ayahnya yang sibuk menyetir.
''piano adalah jiwa ayah dan ibumu ada bagian dari jiwa ayah. Kau tahu, seorang pria dan wanita yang sudah menikah akan menjadi satu jiwa'', kata tuan lee, ayah jieun.
''ayah tidak bertanya padaku?'', tanya namja gendut itu.
''shindong ah, teruslah bermain drum''.

Keluarga kecil itu menghentikan mobilnya di sebuah danau di pinggiran daerah kota seoul.
Tuan lee mengambil alat pancingnya kemudian berjalan ke tepian danau, sedang istrinya membentangkan alas duduk dan mengeluarkan makanan dari sebuah keranjang. Jieun mengikuti ayahnya pergi memancing.
Gadis kecil itu menunggingkan tubuhnya dan mencoba menyentuh air danau itu dengan jarinya.
''ayah, air didanau ini kenapa semakin sedikit saja?'', tanya jieun.
''Jika hujan turun, air akan memenuhi danau ini lagi. Air sangat penting untuk kehidupan, tanpa air kita semua akan mati'', kata tuan lee.
''Ayah!! Bagaimana jika nanti kita hidup di tengah danau, atau mungkin di lautan yang luas?''.
''mweo?''.
''kata ayah, tanpa air, kita akan mati! Kita harus hidup dikelilingi oleh air karena aku tidak mau mati!''.
Tuan lee tertawa kemudian berdiri dan melemparkan mata kailnya ke dalam danau.
''Ayah, lihat ikan kecil itu!! Dia sepertinya gelisah, dia pasti khawatir jika danau ini akan kering'', kata jieun seraya menunjuk ikan kecil yang berenang di bawah permukaan air.
''katakan pada ikan itu untuk jangan gelisah karena dia dikelilingi oleh air'', kata tuan lee.
Jieun mengangguk,
''kita kadang mengalami situasi sama seperti ikan kecil itu, berenang ke sana kemari mencari kehidupan dan kebahagiaan. Padahal, dia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang mengelilinginya sampai2 ia sendiri tidak menyadarinya'', kata tuan lee lagi. #end.



=Masa kini, Jieun pov=
#ayah ibuku seorang pianis korea, aku dan kakak laki2ku mencintai musik. Aku tumbuh menjadi gadis yang sangat mencintai musik piano. Aku ingin seperti ayah ibuku. Ayah ibuku yang sudah berada di pangkuan Bapa di surga karena kecelakaan waktu itu#end.

Flash back lagi ya^^
#mobil keluarga lee melaju dengan kecepatan. Tiba2, Sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arah mobil keluarga lee.
*ciiiiitttttt* tuan lee menginjak rem mobil dengan sekuat tenaganya untuk menghidari mobil yang melewati jalur dengan kecepatan tinggi itu.
''Waaaaa!!'', teriak seisi mobil itu saat melihat kilatan lampu mobil tepat dihadapannya.

*braaakkkkkkk* kedua mobil itu bertabrakan.

*liu liu liu* Bunyi sirine mobil patroli polisi yang mengevakuasi korban kecelakaan dua mobil itu.
Setelah beberapa menit, Seorang polisi berhasil mengevakuasi jieun kecil dari puing2 mobil.
''appa! Eomma! Neomu apha!'', rintihnya saat digendong oleh polisi itu.

Seorang polisi berhasil mengevakuasi shindong yang terjepit diantara kursi mobil.



Di sebuah rumah sakit, jieun menangis mencari ayah dan ibunya. Gadis kecil itu hanya mengalami luka ringan dan tidak didapati luka yang serius.

''mobil itu rusak parah bagian depan, kami belum bisa mengevakuasi dua korban yang masih terjepit di badan mobil'', kata seorang pria berpakaian polisi.

Tubuh shindong di baringkan diatas ranjang rumah sakit.
''kakinya mengalami patah tulang. Aku akan melakukan pemeriksaan ulang, aku harap tidak ada luka yang serius'', kata dokter rumah sakit itu.

Jieun menghampiri dokter yang sedang berbicara dengan polisi itu. Ia menarik pakain putih dokter itu hingga membuat sang dokter menoleh ke arahnya.
''dokter, apa shindong oppa baik2 saja?'', tanya jieun.
''kakakmu sekarang baik2 saja. Jangan khawatir!'', kata dokter itu seraya mengusap rambut panjang jieun.
Gadis kecil itu tersenyum kemudian mengangguk. Seperti gadis kecil lainnya yang masih polos, jieun duduk di bangku rumah sakit seraya mengayunkan kakinya.

Kemudian, Jieun melihat ke arah lain ruangan UGD rumah sakit itu. Dilihatnya seorang namja kecil menangis di sudut ruangan itu.
''kenapa kau menangis? Laki2 tidak boleh menangis. Hapus air matamu, sebelum para pria dewasa itu mengejekmu!'', kata jieun lalu duduk di samping namja kecil itu.
''jangan khawatir! Semua baik2 saja!'', kata jieun lagi menirukan perkataan dokter itu.
Namja kecil itu hanya terdiam dengan air mata yang masih membasahi pipinya.
''kau mau permen?'', tanya jieun kemudian merogoh kantong celananya.
Jieun menyodorkan permen2nya kepada namja kecil itu.
''ayolah!'', kata jieun.

Namja kecil itu memandang butiran permen yang ada di tangan jieun. Perlahan, tangannya bergerak mencoba meraih permen2 itu.
''jamkkanman!! Aku akan memberikan permen ini, asalkan kau juga memberiku sesuatu'', kata jieun.

Namja kecil itu melepas sepatu sebelah kiri yang ia kenakan karena sepatu kanannya terlepas saat kecelakaan itu terjadi. Ia memberikan sepatunya itu kepada jieun. Jieunpun tersenyum senang kemudian memberikan semua permennya.
''masitda?'', tanya jieun seraya menjinjing sepatu kiri milik namja kecil itu saat melihatnya memakan sebutir permen .

*kreeetttt* terbuka pintu ruangan itu terbuka.
''satu korban sudah dievakuasi'', kata seorang polisi yang menangani kasus itu saat masuk ke dalam ruang UGD.

''appa!!!'', seru namja kecil itu seraya berlari ke arah seorang ajeossi yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan banyak bercak darah di sekujur tubuhnya.

''dia sudah tewas!'', kata dokter pada polisi itu.
''ayahku tidak boleh mati! Kenapa kau katakan ayahku mati!!!'', teriak namja kecil itu#End.



=Masa kini=
Jieun yang sudah tumbuh dewasa itu memakai kemeja putih dan jas hitam lalu keluar dari kamarnya.
''ibu, apa aku sudah terlihat rapi?'', tanya jieun.

Seorang ajumma sedang menonton tv itu menoleh dan memperhatikan putrinya.
''kau sangat cantik! Tapi tunggu, kenapa kau berpakaian begitu rapi?'', tanya ajumma itu.

''jieun akan ikut festival piano klasik. Aku rasa ibu tidak tahu hal itu'', kata seorang namja menghampiri mereka dengan kaki terpincang.

''oppa!! Ini kejutan untuk ibu, kenapa kau membocorkan rencanaku'', protes jieun.
Ajumma itu tertawa, ''jeongmalyo? Kalau begitu, bawa piala juara 1 untuk ibu dan juga kakakmu''.
''eomma, juara 1nya tidak hanya mendapat piala tapi bekerja sebagai trainer di perusahaan musik terkenal korea'', kata shindong.
''eomma, kau berkata padaku, percuma jika bakatku hanya dinikmati untuk diri sendiri. Musik bukan untuk orang mati, tapi musik untuk jiwa yang hidup. Jadilah berkat bagi orang lain!'', kata jieun kemudian tersenyum.
''nasib baik tidak pernah salah memilih orang. Ia akan memilih orang yang aktif menjemputnya. Aku rasa orang itu adalah kau lee jieun!'', kata ajumma itu.



=Sebuah Rumah kota Seoul=
Seorang namja tidur dengan lelapnya di tempat tidurnya,
Saat ponselnya berdering, ia meraba letak ponselnya seraya masih memejamkan matanya.
''yeoboseyo?'', jawab namja itu.
''donghae ah, apa kau bisa datang ke perusahaan ayah? Ada festival piano klasik'', kata seorang namja yang terdengar dari ponsel donghae.
''ne! Aku akan datang dan melihatmu bermain piano''.

Namja itu menyibakkan selimutnya lalu beranjak pergi ke kamar mandi.

Tidak lama kemudian, donghae sudah berdiri di depan cermin dengan pakaian balapnya. Donghae mengambil setelan jas lalu dimasukkan ke dalam tas ranselnya.

Donghae keluar dari kamarnya dan pergi ke ruang makan.
''eomma??'', kata donghae saat melihat ibunya sedang menyiapkan roti bakar dan segelas susu.
''sebelum pergi, kau harus menghabiskan roti dan segelas susu ini'', kata nyonya lee.
''ibu masih menganggapku seperti anak kecil?''.
''di mataku kau masih seperti anak kecil, sebelum kau benar2 memiliki pekerjaan yang jelas''.
''apa ayah sudah ke kantor?''.
''ya, ayahmu pergi ke kantor bersama seunghyun''.

Donghae mengunyah roti isi daging buatan ibunya hingga pipinya tampak menggelembung. Namja itu bergegas menghabiskan segelas susu di atas meja.
''aku pergi'', kata donghae kemudian meraih jaket kulitnya.



=Kantor Managemen SM Ent=
Direktur lee berjalan dengan beberapa staf kantor, termasuk namja tampan dengan setelan jas rapi dan tampak maskulin.
Namja itu membuka pintu ruang rapat untuk direktur lee.
''direktur, aku akan mengurusi festival piano klasik. Apa dongchul benar2 ingin masuk SM ent sebagai triner melalui festival ini?'', tanya seunghyun, namja tampan itu.
''ya, aku tidak tahu apa yang dongchul pikirkan, tanpa ikut festival, aku bisa memberikan posisi trainer itu padanya'', kata direktur lee.
''bagaimana jika ada peserta yang lebih baik dari dongchul?''.
''sooyeon sudah lebih dulu masuk menjadi trainer, aku rasa dongchul akan berjuang keras untuk menjadi nomor 1''.
''bagaimana jika itu tidak cukup dan masih ada yang lebih baik darinya?''.
''kau harus membuat dongchul menjadi trainer melalui festival ini, arasseo?''.



=Halte Bus=
Jieun berlari mengejar bus yang baru saja melaju dari sebuah halte bus. Yeoja itu ketinggalan bus karena tertidur di kursi halte.
''tunggu aku!!'', teriak jieun seraya melambaikan tangan, berharap supir bus itu melihatnya dari kaca spion.

*klotak* hak sepatu jieun sebelah kiri patah, yeoja itu terjatuh dan melihat bus yang sudah melaju semakin jauh dan tidak terlihat lagi.
''aku tidak boleh terlambat, karena ini modalku untuk sukses! Aku harus memberikan kesan yang baik, melayakkan diri!'', kata jieun kemudian mengangguk mantap.

Yeoja itu melihat seorang ajeossi pengantar mie lewat dengan sepeda motor butut.
''ajeossi, jamkkanman!'', seru jieun lalu berlari mengejar motor itu dengan terpincang karena hak sepatunya patah.

''paman, apa kau bisa mengantarku ke kantor SM ent?'', tanya jieun.
''tapi aku harus mengantar pesanan mie ini'', jawab ajeossi itu.
''ajeossi, dowa juseyo! Aku harus ikut festival''.

Jieun merengek dan terus memohon, berharap ajeossi itu mau mengantarnya ke kantor SM ent.
''jika aku mengantarku, mie pesananku akan dingin!'', kata ajeossi itu.

Ajeossi itu melajukan motornya lalu pergi dari tempat itu.
''Ajeossi!!!'', panggil jieun.

Jieun tidak menyerah lalu melambaikan tangannya ke arah sepeda motor yang sedang melaju ke arahnya. Ia sepertinya tidak menghiraukan laju sepeda motor yang begitu cepat itu.

*Ciiiiittttt* motor itu berhenti mendadak sampai terdengar decitan antara gesekan ban dengan jalan.

Si pengendara motor itu membuka kaca helmnya.
''babo!'', teriak namja itu.
''mianhamnida!!'', kata jieun *bow*
''kalau kau ingin cari mati jangan dijalanan seperti ini. Aku bisa masuk penjara karenamu''.
''aku tidak cari mati! Ajeossi, apa kau bisa mengantarku ke kantor SM ent? Aku ingin mengikuti festival piano klasik di sana''.
''kau memanggilku dengan sebutan apa?''.
''ajeossi?''.

Namja itu melepas helmnya lalu menunjuk ke arah wajahnya.
''seperti ini kau sebut ajeossi?'', tanya namja itu.
Jieun tertawa, ''mianhamnida! Kau terlihat seperti ajeossi dengan helm itu''.

Namja itu menekan starter sepeda motornya.
''jankkanman!!'', seru jieun seraya menahan stang motor itu.
''dowa juseyo!!'', kata jieun lagi.
''aku ingin mengantarmu tapi saat kau mengataiku ajeossi, aku jadi tidak berminat'', kata namja itu.
''maafkan aku!''.
''kau menyerah saja! Bukankah festival itu akan diadakan lagi tahun depan?''.
''ketika kau berkata *menyerahlah!*, aky akan menjawab *harus mencobany lagi!*''.
''kau tidak mungkin berhasil!''.
''aku pasti bisa!''.

Namja itu memandang gadis yang berdiri di dekat sepeda motornya.
''aku akan mengantarmu! Naiklah!'', kata namja itu.
Jieun mengangguk senang, ''gomaweo ajeossi!!''.

Namja itu melajukan sepeda motornya dengan kencang hingga membuat jieun yang duduk di belakang ketakutan.
''ajeossi! Apakah kau bisa mengendarai motor dengan baik? Apa kau lolos tes membuat sim?'', tanya jieun.
Namja itu terdiam dan terus melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.



=Kantor SM ent=
Seunghyun keluar dari ruang rapat lalu pergi ke tempat festival yang ada di lobi kantor SM ent.
Seunghyun melihat dongchul dan sooyeon masuk ke lobi kantor lalu namja itu menghampiri mereka.
''kau siap untuk festival?'', tanya seunghyun.
''ne! Eung, apa yang direktur katakan padamu? Apa dia menyuruhmu untuk meluluskan aku walau prestasiku buruk?'', tanya dongchul.
''dongchul ah, jangan menuduh ayahmu seperti itu, aku rasa direktur cukup bijaksana untuk hal ini'', kata sooyeon.
''jika prestasiku buruk jangan buat aku menjadi juara, aku ingin melewati setiap tahap dengan baik dan benar'', kata dongchul.

Seunghyun mengangguk lalu menunjukkan sebuah deretan tempat duduk yang bertuliskan peserta festival piano klasik.
''mulailah dari sana! Aku yakin kau akan melakukannya dengan baik dari awal!'', kata seunghyun kemudian tersenyum.


Sooyeon pov
#aku jung sooyeon, seorang trainer bagian olah vokal di SM ent. Hal yang membuatku menjadi begitu beruntung adalah aku mempunyai kekasih bernama lee dongchul, putra direktur SM ent.#end.



Tidak lama kemudian, jieun berdiri di halaman SM ent.
''gamsa hamnida, jika aku menang festival ini, kau akan ku traktir makan. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu, ajeossi!'', kata jieun.
''masuklah ke dalam dan berjuanglah dengan baik'', kata namja itu.
''jamkkanman! Seorang pilot berhasil selamat dari ledakan pesawat karena berhasil mengembangkan parasutnya dengan baik. Aku tanya, siapa yang membuat pilot itu selamat? Parasutnya atau orang yang melipat parasutnya dengan baik?''.
''kenapa kau banyak bicara? Lebih baik kau masuk ke dalam dan mengikuti lomba dengan baik!''.
''yang benar, orang yang melipat parasutnya! Bagaimana seandainya orang itu salah melipat parasut si pilot? Kau tahu, kau adalah *tukang lipat parasutku* terima kasih sudah mengantarku tepat waktu sampai disini! Aku tidak tahu apa yang terjadi jika kau tidak melajukan motormu dengan baik, ya kan?''.

Namja itu memandang jieun yang terus saja berbicara padanya.
''ajeossi! Sekian banyak kebaikan yang ku terima, kau tahu? Salah satunya adalah darimu! Terima kasih!'', kata jieun.
''ya! Ya! Ya! Sekarang, berjuanglah! Hwaitting!!'', kata namja itu.
''Uhm, ajeossi! Selamat menjalani harimu dengan baik! Ok?''.


Jieun melangkah masuk ke lobi kantor SM ent sedangkan namja itu terus memperhatikan gedung besar yang ada di hadapannya itu.
''kenapa banyak orang ingin bekerja di sini? Apa dia pikir dengan bekerja disini, akan menjadikan hidupnya sukses?'', guman namja itu lalu melajukan motornya.


Jieun berdiri di antrian meja administrasi. Tidak lama kemudian, Seunghyun menghampiri meja pendaftaran.
''hei tuan, kau harus antri dibelakang!'', kata Jieun saat melihat seunghyun menyerobot antriannya.

Seunghyun hanya menoleh lalu melihat sepatu milik jieun dengan satu sepatu tanpa hak.
''kenapa melihat sepatuku? Apa kau tidak pernah melihat tren sepatu terbaru?'', tanya jieun.
''sepatu dengan hak patah, kau bilang itu tren?'', tanya seunghyun.
''ya! Kau antrilah di belakang!'', kata jieun saat menyerahkan formulirnya pada panitia.

''lee jieun?'', tanya panitia itu.
''lulusan kirin art high school?'', tanya panitia itu lagi.
''ne? Jeoneun lee jieun imnida!'', jawab jieun.
''apa kau tidak membaca syarat pendaftarannya?''.
''mweo?''.
''peserta festival minimal lulusan universitas. Kau tidak lolos administrasi!! Ah kenapa ada orang sepertimu, kau membuat kami sibuk!''.

Panitia itu menutup map milik yeoja itu dan memberikannya lagi kepada jieun.
''kau tidak lolos!'', kata panitia itu lagi.
''tidak!!'', seru jieun.

Jieun memberikan formulir itu lagi pada panitia.
''tuan, aku memang bukan lulusan universitas, tapi aku akan berusaha untuk festival ini. Kau bisa menilai saat aku bermain piano nanti'', kata jieun.
''banyak lulusan universitas dan banyak juga yang mempunyai prestasi bermain piano. Kami mencari yang terbaik dari yang terbaik'', kata panitia itu.

''apa kau lulusan universitas?'', tanya jieun saat menoleh ke arah seunghyun yang berdiri tidak jauh darinya.
Seunghyun mengangguk, ''ne!''.
''aku lulusan sekolah kirin. Kau tahu? untuk bisa sekolah di sana harus melalui seleksi ketat'', kata jieun lagi.
''datanglah 4 tahun lagi setelah kau lulus universitas'', kata seunghyun.
''aku hanya seorang pekerja paruh waktu di studio musik. Apa dengan uang gajiku bisa membiayai kuliahku selama 4 tahun?''.
''kenapa tidak kau katakan saja bahwa *jangan pernah sekalipun berkeinginan masuk di SM ent*, Kau memberiku pengharapan yang mustahil??'', tanya jieun lagi.
''jika ada orang yang meremehkanmu, bekerjalah dengan keras dan buktikan dengan lembut''.

Jieun mengambil formulirnya lagi kemudian keluar dari lobi kantor dengan terpincang karena ia masih terus saja memakai sepatu dengan hak patah itu.

Jieun berdiri di depan pintu masuk gedung itu, sesekali memainkan tali tas ranselnya.
''aku tidak bisa jika harus menunggu 4 tahun lagi. Shindong oppa akan menertawakanku'', kata jieun dalam hati.

''tidak!! Tidak!!'', seru jieun seraya menggelengkan kepalanya hingga membuat banyak orang menoleh padanya.
''aku sudah melatih kemampuanku setiap hari di studio musik, hidupku adalah untuk musik!'', kata jieun.

Yeoja itu masuk ke dalam lobi kantor dan berdiri di jalur antrian.



=Di sebuah arena balap motor=
Donghae duduk di jok sepeda motornya lalu memandang arena balap yang ada di hadapannya.
''kau tetap ingin mengikuti turnamen?'', tanya seorang namja dengan pakaian sama seperti donghae.
''ne! Uhm, minho ah apa keluargamu melarangmu terjun di dunia balap?'', tanya donghae.
''aku dari keluarga pembalap, tidak ada halangan untukku. Apa kau memikirkan orang tuamu yang terus menentangmu?''.
''ya! Setiap pagi aku masih saja mendengar ibuku berkata *berhentilah! Ikutlah bisnis ayahmu!*''.
''aku rasa orang tuamu khawatir jika kau cidera, dunia balap bisa merenggut nyawamu sewaktu2. Kau tahu Marcocelli? Dia tewas di arena balap!''.
''tapi ini duniaku! Aku memilih arena balap sebagai bagian dari hidup. Jadi, aku akan melaluinya dengan segala resiko yang ada''.



=Kantor SM ent=
Jieun sudah berdiri diantrian terdepan dan menyerahkan formulirnya, sepertinya panitia tidak menyadari bahwa jieun sudah mengajukan diri untuk kedua kalinya.

Seunghyun sedang duduk di dekat dongchul dan terlihat membicarakan sesuatu.

''Lee jieun?? Ahh kau lagi!! kau tidak lolos!!'', kata panitia itu.
''tapi tuan! Aku ingin ikut!'', kata jieun.
''apa kau pikir yang terbaik bermain piano hanya kau di sini? Daripada memilihmu, aku lebih baik memilih dongchul'', kata panitia itu seraya menunjuk ke arah dongchul.
''namja itu??'', kata jieun.

Yeoja itu mengira dongchul adalah namja yang berdebat tentang hak sepatunya.
Jieun menghampiri seunghyun lalu menginjak kaki namja itu dengan hak sepatunya.
Seunghyun berteriak kesakitan lalu berdiri dan mencengkram krah baju yeoja itu.
''apa yang kau lakukan? Kau ingin membuat masalah denganku!'', kata seunghyun.

Jieun menginjak kaki seunghyun lagi dengan sekuat tenaganya.
''bisa2nya panitia itu membandingkan aku denganmu! Seberapa hebat kau bermain piano, apa lebih baik dari seorang lulusan sekolah kirin?''.

Seunghyun meringis menahan sakit.
''piano apa? kau gila?'', tanya seunghyun.
''kau dongchul?''.

Seunghyun terbengong lalu tersenyum, ''ternyata kau benar2 tidak waras!''.

Dongchul mendengar namanya disebut oleh yeoja yang tidak dikenalnya.
''aku dongchul! Lee dongchul!'', kata dongchul seraya berdiri dari bangkunya.
''mweo? Kau dongchul?? Lalu kau siapa?'', tanya jieun seraya menunjuk ke arah seunghyun.
''choi seunghyun! Manager HRD SM Ent'',kata seunghyun seraya menunjukkan tanda pengenalnya.
''mweo? Manager??'', seru Jieun begitu terkejut saat mendengar pernyataan seunghyun.
''aku sebenarnya ingin meloloskanmu ikut festival. Atitude mu yang buruk membuatku tidak berminat lagi'', kata seunghyun.
''kenapa semua orang berkata seperti itu padaku? Pria yang mengantarku tadi dan juga dirimu'', kata jieun.
''anak kecil sepertimu seharusnya mendaftar sekolah taman kanak2 bukan festival musik seperti ini''.

Jieun melepas sepatu masih ada hak tingginya lalu mencoba menarik hak sepatu itu.
''jangan meremehkan aku'', kata jieun lirih seraya terus memutar hak sepatunya agar terlepas.

Dongchul menghampiri jieun lalu mengambil sepatu itu.
''kau melampiaskan kemarahanmu pada sepatu ini?'', tanya dongchul.
''aku harus pulang, tidak mungkin aku pulang dengan sepatu seperti ini''.

Jieun menunjukkan tinggi sepatu yang berbeda kanan dan kirinya.
Dongchul tertawa, ''ya benar!''.

Dongchul menarik hak sepatu jieun sekuat tenaga.
''seperti ini yang kau mau?'', tanya dongchul saat berhasil melepas hak sepatu milik jieun.
''ya seperti itu! gomaweoyo ajeossi!!'', kata jieun kemudian memakai sepatunya lagi.


Sooyeon melihat dongchul sedang sibuk berbicara dengan yeoja asing. Sooyeon mendekati seunghyun yang berdiri di dekat pintu bersama dengan beberapa panitia festival.
''siapa gadis yang sedang berbicara dengan dongchul?'', tanya sooyeon.
''dia hanyalah seorang gadis frustasi'', kata seunghyun.
''seunghyun ah, kau jangan bercanda''.

Seunghyun memandang gadis cantik yang berdiri di hadapannya itu.

''Dongchul beruntung bisa memilikimu sooyeon ah dan aku mungkin selamanya hanya bisa mengagumimu dalam hati'', batin seunghyun.

''Uhm dia peserta festival, tapi gadis itu tidak lolos administrasi karena menggunakan ijazah SMA'', kata seunghyun.
''kenapa hanya karena berijazah SMA, kita tidak memberinya kesempatan untk mencoba? Bagaimana kalau dia benar2 berbakat?'', tanya sooyeon.
''karena itu aturan, sooyeon ah! Kau tahu bagaimana kerasnya presdir lee?''.
''bukankah kau sempat menolakku seunghyun ah? Karena saat itu aku belum lulus kuliah?''.
''karena kau berbakat. Olah vokalmu sangat bagus''.
''apa kau tahu gadis itu tidak berbakat? Kau belum pernah melihatnya bermain piano''.

Seunghyun dan sooyeon menghampiri jieun dan dongchul yang sedang bercanda tentang sepatu yeoja itu. Seunghyun menarik lengan jieun.
''kau ikut denganku!'', kata seunghyun.
''kau ingin membawaku kemana?'', tanya jieun seraya menahan langkahnya.
''bukankah kau ingin ikut festival ini?''.
''mweo? Kau ijinkan aku ikut festival?''.
Seunghyun mengangguk, ''aku memberimu satu kali kesempatan''.
''Uhm, gamsa hamnida!!'', seru jieun kegirangan.
''berterima kasihlah pada sooyeon'', kata seunghyun.
''mweo? sooyeon? Nuguya?''.

''Dia Jung sooyeon!'', kata dongchul seraya mengenalkan sooyeon pada jieun.
''Gamsa hamnida sooyeon ssi'', kata jieun *bow*.
''sooyeon baik padamu kan? Karena itu, aku sangat menyukainya. Dia pacarku!'',kata dongchul.

Raut muka seunghyun berubah seketika, namja itu hanya menunduk lalu memalingkan muka ke arah lain. Dongchul tampak tidak malu2 mengenalkan kekasihnya di hadapan orang yang baru saja dikenalnya.

''namja tampan ini ternyata sudah punya pacar. Pacarnya cantik dan baik hati! Bermata besar, berkulit putih, wajahnya mungil! Uhm, idaman pria korea!'', batin jieun.

Dongchul mengulurkan tangannya.
''lee dongchul, rivalmu di festival piano klasik SM Ent'', kata dongchul.
''lee jieun'', kata jieun saat menjabat tangan dongchul.

Jieun memperhatikan wajah dongchul, perasaan kecewa tampak pada wajahnya saat mengetahui namja yang bersikap hangat padanya sudah memiliki pacar.
Jieun memperhatikan wajah dongchul dengan seksama dan teringat namja yang mengantarnya sampai di kantor SM Ent.
''dongchul ssi, gamsa hamnida, tanpamu aku tidak akan sampai disini tepat waktu. Tapi lain kali, berhati2lah di jalan, kau membuatku seperti terkena serangan jantung!'', kata jieun seraya tersenyum.

Dongchul dan sooyeon saling memandang lalu tersenyum.
''ini pasti ulah donghae'', kata mereka berdua.

Jieun mengikuti seunghyun ke meja panitia dan menyerahkan formulir pendaftarannya.
''lakukan yang terbaik, jangan mempermalukan sooyeon yang sudah memberimu kesempatan'', kata seunghyun.
''bagaimana jika bukan sooyeon yang meminta hal itu padamu?'', tanya jieun.
''aku tidak akan memberimu kesempatan untuk ikut festival. Kau ingat, hanya karena sooyeon aku memberimu kesempatan!''.
''jeongmalyo? Apa kau menyukai sooyeon?''.

Jieun tersenyum dengan tatapan yang membuat seunghyun tidak nyaman.

''dongchul ssi!!'', panggil jieun.

Dongchul menoleh ke arah jieun.
''apa yang ingin kau katakan padanya?'', bisik seunghyun seraya menahan lengan jieun.

(Ost: Snsd- Tell me your wish)

@tobe continue