Judul: Good Wish Day
Part: One shoot
Genre: Romance
Cast:
Jung Ji Kyung
Yesung (Super Junior)
Ost: Suju KRY - Lets Not
Seorang ibu memandang sedih putrinya yang berumur 20 tahun sedang
terbaring lemah karena leukimia stadium akhir. Menurut dokter, tak ada
harapan lagi untuk bertahan hidup. Meski sang ibu sangat sedih, seperti
layaknya semua orang tua, mereka selalu ingin memberikan yang terbaik
untuk anaknya. Kini harapan itu lenyap karena penyakit yang akan
merenggut hidup anaknya.
''eomma, aku ingin pulang'', kata gadis itu dengan selang infus yang
masih terhubung di pembuluh darahnya dan juga selang oksigen di
hidungnya.
''Aniyo, jikyung ah! Kau tetap disini, jangan khawatir, kau pasti
sembuh!'', kata seorang ajumma, ibu gadis yang bernama jikyung itu.
Tidak lama kemudian, seorang dokter dan perawat masuk ke kamar rumah sakit itu.
''annyeong haseyo, ne ireumiyeyo?'', tanya seorang dokter.
''jung jikyung imnida'', jawab jikyung lemah.
''dokter, kenapa setiap kali kau datang selalu menanyakan namaku?'', tanya jikyung lagi.
''aku hanya memastikan bahwa kau semakin sehat setiap hari''.
Nyonya jung memandang dokter itu berharap mengatakan sesuatu yang baik tentang kondisi jikyung.
''nan jib e gago sipheoyo! (aku ingin pulang ke rumah)'', kata jikyung.
Dokter itu meminta nyonya jung untuk mengikutinya keluar dari kamar.
Di dekat pintu kamar rawat jikyung,
''sebaiknya jikyung dibawa pulang ke rumah. Lakukan apa yang menjadi
keinginannya. Aku tidak bisa melakukan apa2'', kata dokter itu.
''apa putriku tidak bisa sembuh?'', tanya nyonya jung.
''kita hanya bisa menunggu apa yang namanya mujizat?''.
''what is grace, dokter? Kenapa kami hanya menunggu? Sampai kapan??''.
''Melihat kondisi putrimu, dia tidak akan bertahan 1 bulan ke depan''.
Jikyung berdiri di dekat pintu kamarnya dengan selang oksigen yang
dibawa di sebuah tiang. Ia mendengar percakapan dokter dan ibunya.
''eomma??'', gumannya.
''1 bulan lagi? Aku tidak percaya jika Tuhan tidak mengatakan langsung padaku'', batin jikyung.
Nyonya jung masuk ke dalam kamar rawat dan melihat jikyung berdiri
memandang ke arahnya. Nyonya jung memeluk jikyung kemudian menangis
terisak.
''uhm eomma, apa dokter mengijinkanku untuk pulang?'', tanya jikyung.
''apa kau tidak mendengar apa2?'', tanya nyonya jung.
''aku mendengar dokter berkata bahwa aku akan sembuh''.
Nyonya jung terkejut mendengar pernyataan jikyung.
''mweo??'', ucap nyonya jung.
''apa aku salah dengar?'', tanya jikyung.
''Uhm, aniyo!''.
Beberapa waktu berlalu, jikyung dan ibunya tinggal di sebuah rumah
di pinggir pantai. Nyonya jung menjual rumahnya di kota dan memutuskan
menerima saran dokter untuk tinggal di daerah yang tidak terkontaminasi
polusi.
Nyonya jung menggengam erat tangan jikyung dan yeoja itu menoleh ke arah ibunya seraya tersenyum.
''jikyung ah, pernahkah kau berpikir apa yang paling kau impikan dalam hidupmu?'', tanya nyonya jung.
''eomma, aku ingin menjadi petugas pemadam kebakaran. Mereka sangat
gagah berani dan selalu siap menyelamatkan banyak orang. Mereka
pahlawan!'', jawab jikyung.
''mweo?? Kau seorang gadis, apa kau lupa itu?''.
''aniyo! Ibu lihat, nanti aku akan mewujudkan impianku''.
''tidak! Tidak! Ibu percaya, tapi jangan kau lakukan itu''.
''ibu percaya aku bisa melakukannya kan?''.
Nyonya jung memandang jikyung dengan wajah sedih.
Keesokan harinya, jikyung berdiri di sebuah kantor pusat pemadam
kebakaran. Yeoja itu menceritakan keinginannya pada seorang petugas dan
petugas itu menyuruh jikyung menemui pimpinannya.
Jikyung melihat rombongan anggota pemadam kebakaran yang turun dari
sebuah mobil dinas. Yeoja itu menanti seorang yang bernama yesung.
''apa anda bernama yesung?'', tanya jikyung pada seorang pria dengan baju seragam pemadam kebakaran.
''ne! Wae?'', kata namja yang bernama yesung itu.
''annyeong hasimnikka, jung jikyung imnida!''.
''ada apa kau mencariku?''.
''aku ingin menjadi petugas pemadam kebakaran!''
Yesung terkejut melihat seorang gadis meminta dengan sukarela
menjadi anggota pemadam kebakaran. Namja itu memandang jikyung dari
kepala hingga kaki.
''kau ingin menjadi anggota pemadam kebakaran?'', tanya yesung.
''ne! Apa kau mengijinkannya?'', kata jikyung.
Yesung tersenyum kemudian meninggalkan jikyung yang berdiri seorang diri.
''ajeossi!! Ajeossi!!'', panggil jikyung seraya berlari menghampiri yesung.
Namja itu menoleh, ''kau memanggilku apa?''.
''ajeossi!!''.
Yesung meminta dua orang anak buahnya untuk membawa jikyung keluar dari kantornya.
''ajeossi!! Ajeossi!! Tolong aku, sekali ini saja. Aku tidak meminta
sesuatu yang lain. Hanya menjadi pemadam kebakaran, apa itu sulit
bagimu?'', teriak jikyung.
Dua pria bertubuh tegap itu menarik jikyung keluar dari kantor pemadam kebakaran.
''ajeossi!!'', teriak jikyung.
''nona, sebaiknya kau berhenti berteriak sebelum pimpinan kami marah'', kata seorang dari pria bertubuh tegap itu.
Jikyung bersandar pada pintu masuk kantor itu. Keringat dingin mengalir dari dahinya.
*tessss* cairan berwarna merah keluar dari lubang hidungnya. Jikyung segera menghapus darah itu dengan telapak tangannya.
Ponselnya di sakunya berdering *Eomma calling*
''yeoboseyo?'', jawab jikyung.
''jikyung ah, kenapa kau pergi tidak memberitahu ibu?'', tanya nyonya jung dari sambungan teleponnya.
''aniyo eomma, aku hanya ingin pergi jalan2. Geokjonghajima!''.
''bagaimana aku tidak khawatir, kau sedang sakit''.
''aku sudah sembuh ibu, jangan menganggapku menjadi gadis
penyakitan. Aku tidak setragis itu. Apakah ibu bisa mendengar suara
tertawaku?''.
Jikyung tertawa keras dengan ponsel menempel di telinga kirinya.
''ibu, dengarkan?'', tanya jikyung.
Dua orang petugas kebakaran yang membawa jikyung keluar memperhatikan gadis itu dari kejauhan.
''gadis itu benar2 sakit jiwa!'', kata seorang dari pria itu.
''ya benar! Untung saja kita membawanya keluar sebelum yesung marah'', kata seorang yang lain.
Jikyung menunggu di pintu gerbang pemadam kebakaran hingga sore.
Tidak lama kemudian, yesung keluar dari kantor dan berjalan ke arah
mobilnya.
''ajeossi!! Ajeossi!!'', panggil jikyung seraya melambaikan tangan ke arah yesung.
Yesung menoleh ke arah jikyung dengan keheranan melihat gadis yang
ia temui tadi pagi masih menunggunya di sana. Jikyung terus saja
melambai dengan menyunggingkan senyumnya.
Yesung hanya menggeleng kemudian masuk ke dalam mobilnya. Mobil itu melaju melewati jikyung.
''ajeossi!! Ajeossi!!'', panggil jikyung seraya mengejar mobil itu.
Yesung hanya melirik dari spion mobilnya.
''ajeossi!!'', ucap jikyung lirih.
*brukkk* tiba2 jikyung jatuh pingsan di pinggir jalan.
Mendadak Yesung menghentikan mobilnya saat melihat jikyung terjatuh
di jalan. Namja itu menghampiri jikyung kemudian menepuk pipinya.
''hei kau, sadarlah? Apa kau pingsan? Atau berpura2 pingsan?'', tanya yesung.
Jikyung tidak kunjung membuka matanya. Yesung mengusap keringat di
wajah jikyung kemudian membopong gadis itu dan membawanya ke dalam
mobil.
Tidak lama kemudian, yesung membopong jikyung yang masih pingsan ke
dalam rumahnya. Ia membaringkan jikyung di tempat tidur dan mengompres
dahi yeoja itu dengan handuk yang sudah direndam air hangat.
Ponsel di saku jikyung berdering. Yesung menoleh kemudian mencari sumber suara deringan itu.
''yeoboseyo?'', jawab yesung.
''kau siapa? Dimana putriku?'', tanya nyonya jung terdengar dari sambungan telepon itu.
''putrimu??''.
Yesung menoleh ke arah jikyung yang belum juga sadarkan diri.
''apa yang kau lakukan pada jikyung??'', teriak nyonya jung.
''ajumma, gwaenchanayo. Putrimu pingsan di jalan. Aku membawanya ke rumahku'', kata yesung menenangkan nyonya jung.
''apa?? Jikyung pingsan? Bagaimana keadaannya? Apa yang kau katakan itu benar?'', tanya nyonya jung panik.
''ajumma, percayalah padaku. Aku seorang petugas pemadam kebakaran, Yesung imnida!''.
''mweo? Pemadam kebakaran?''.
''ne!''.
Malam harinya, jikyung perlahan membuka matanya. Ia melihat
sekeliling kamar kemudian memandang selimut hangat yang menutupi
tubuhnya. Perlahan, yeoja itu beranjak dari tempat tidur lalu keluar
kamar. Ia melihat yesung sedang menyiapkan menu makan malam.
''ajeossi, gomaweo!'', kata jikyung *deep bow*
''kau tidak perlu berterima kasih padaku. Sebentar lagi ibumu akan
menjemputmu disini. Kau makanlah dengan kenyang setelah itu pulanglah ke
rumah dan berhentilah berkeinginan menjadi seorang petugas pemadam
kebakaran'', kata yesung seraya meletakkan panci berisi sup panas ke
atas meja.
Yesung menyuruh jikyung duduk kemudian memberinya semangkuk nasi.
''ajeossi...'', kata jikyung.
Yesung membanting sumpitnya kemudian memandang jikyung.
''apa kau bisa berhenti memanggilku ajeossi? Apa aku menikah dengan bibimu?'', teriak yesung.
''ajeossi??'', kata jikyung ketakutan.
''ah! Kenapa harus ada kau? Makanlah dengan baik dan lupakan ini''.
Jikyung memandang yesung yang sedang menikmati makanannya.
''ajeossi, aku ingin,,,'', kata jikyung.
''hentikan! Kau tidak akan bisa menjadi yang kau inginkan!'', Lagi2 yesung memotong pembicaraan gadis itu.
''mweo? Aku hanya ingin berkata sup buatanmu enak!''.
*tess* darah dari hidung jikyung menetes di mangkuk nasinya. Yeoja
itu segera menutup hidung dengan telapak tangannya dan berbalik
membelakangi yesung.
''ajeossi, dimana toiletnya?'', tanya jikyung.
''mweo?'', kata yesung.
''toilet!!!''.
''oh toilet. Kau tinggal keluar dari pintu itu kemudian cari toilet
umum, kau bisa bertanya pada pejalan kaki atau petugas patroli''.
Yeoja itu berlari meninggalkan yesung dan mengikuti petunjuk yang dikatakan namja itu.
''mweo?? Aiss!! Babo!!'', guman yesung kemudian menikmati makanannya lagi.
Jikyung berdiri di teras rumah yesung seraya menghapus darah di hidungnya dengan telapak tangannya.
*gludduuukk dludduukk breeessss* hujan tiba2 mengguyur deras.
Jikyung berlari masuk ke dalam rumah saat mendengar bunyi petir dan
kilatan petir.
''ajeossi!!!'', panggil jikyung.
''wae??'', kata yesung.
''apa kau takut??''.
''takut apa?''.
''diluar hujan deras. Kalau kau takut, aku akan menceritakan sesuatu yang biasa ibu ceritakan padaku''.
''apa kau pikir aku orang lemah sepertimu? Bagaimana kau akan
menjadi petugas pemadam kebakaran kalau hidupmu terbiasa dimanja?''.
''aku tidak dimanja! Hanya saja ibuku mengasihiku terlalu berlebihan, itu karena aku sa,,,''.
''mweo??''.
''aniyo! Karena aku kenakan2an'', kata Jikyung seraya tersenyum ke arah yesung.
Ponsel jikyung berdering, *eomma calling*. Yeoja itu beranjak mengambil ponselnya diatas meja.
''jikyung ah, apa kau baik2 saja?'', tanya nyonya jung.
''aku baik2 saja bu, gwaenchanayo'', jawab jikyung.
Yesung meraih ponsel jikyung, ''ajumma, kapan kau akan menjemput putrimu?''.
''Uhm mianhaeyo, aku terjebak macet karena ada pohon tumbang.
Tolong, jaga putriku dengan baik. Katakan padanya, aku mencintainya!'',
kata nyonya jung.
*klik*
Namja itu memandang ke arah jikyung dan yeoja itu mengulurkan tangannya meminta ponselnya kembali.
''apa yang ibuku katakan padamu?'', tanya jikyung.
''ibumu terlambat menjemputmu karena macet dan juga ibumu sangat
mencintaimu'', jawab yesung kemudian memberikan ponsel itu pada jikyung.
''seharusnya kau mengatakan pada ibuku bahwa aku juga sangat
mencintainya. Katakan pada ibuku untuk tidak mengkhawatirkan aku karena
rumahmu cukup nyaman dan aman''.
''pergilah tidur!''.
''aku belum ngantuk''.
''pergi tidur!!''.
Jikyung terkejut dengan teriakan yesung kemudian berlari masuk ke dalam kamar.
Malam semakin larut, jikyung mengintip dari celah pintu kamarnya dan
melihat yesung duduk memandang derasnya air hujan dari jendela rumahnya
yang tertutup kaca besar sehingga keadaan luar rumah itu tampak begitu
jelas.
Yesung memandang rintik air hujan kemudian ia teringat sesuatu hal yang terjadi di masa lampau.
Flash back
#''eomma!! Appa!!'', teriak seorang laki2 berusia 10 tahun saat melihat sebuah rumah dengan kobaran api yang begitu dahsyat#
*tess* air mata yesung mengalir membasahi pipinya.
Jikyung berdiri di belakang yesung kemudian menengok dari arah samping.
''ajeossi, kau menangis?'', tanya jikyung.
Yesung terkejut melihat jikyung ada disana kemudian segera menoleh ke arah lain.
''aku sudah memintamu pergi tidur kan?'', tanya yesung.
''Aku hanya penasaran kenapa kau duduk diam sambil memandang hujan. Kenapa kau menangis?'', jawab jikyung.
''its not your bisnis!''.
''air mata bisa melambangkan rasa kehilangan. Aku pernah melihat air
mata ibuku saat ibu pikir akan kehilangan diriku. Aku menghapus air
mata ibu dan berkata *eomma, uljima* dan sekarang aku ingin
mengatakannya padamu *ajeossi, uljima*''.
''apa setelah itu ibumu berhenti menangis?''.
''ne! Aku biasanya melakukan sesuatu hal berdua. Apa kau ingin mencobanya?''.
Jikyung mengambil sebuah selimut tebal di kamarnya kemudian menghampiri yesung yang masih duduk di dekat jendela.
Jikyung membentangkan selimutnya kemudian menyelimuti tubuhnya dan juga yesung yang duduk disampingnya.
''kau sudah merasa aman?'', tanya jinkyung.
Yesung terdiam dan hanya memandang ke arah jikyung.
''kami selalu menceritakan hal-hal lucu yang pernah kami alami. Ibu
bilang dia takut pikun jadi aku selalu mengingatkannya akan sesuatu yang
istimewa, padahal semuanya istimewa'', kata jikyung.
''apa kita bisa memulainya?'', tanya jikyung lagi.
''ne!'', jawab yesung.
''Kenapa kau memilih menjadi pemadam kebakaran? Apa itu cita2mu sejak kecil?''.
''ne!''.
''Wae?? Uhm, seharusnya kau bertanya padaku hal yang sama''.
''kenapa kau ingin menjadi pemadam kebakaran?''.
''karena aku menganggap pemadam kebakaran itu pahlawan! apa kau tinggal seorang diri di sini?''.
''ne!''.
''dimana keluargamu?''.
''kedua orang tuaku meninggal saat rumah kami kebakaran. Mereka menyelamatkan aku tapi ibu dan ayah tidak tertolong''.
''apa itu yang membuatmu menangis?''.
''melihat kedekatanmu dengan ibumu, itu membuatku iri! ''.
''aniyo! Aku juga iri denganmu?''.
Yesung menoleh dan memandang jikyung yang tersenyum ke arahnya,
''karena kau bisa menjadi pemadam kebakaran sedangkan aku tidak'', kata jikyung lagi.
''apa yang membuatmu takut?'', tanya yesung.
''ketika aku benar2 meninggalkan ibu sendirian''.
''aku tidak percaya kau berani pergi jauh dari ibumu''.
''aku tidak menginginkannya tapi kelak hal itu akan terjadi. Uhm,
ayo kita ganti cerita lucu saja, soalnya aku sedikit canggung satu
selimut dengan seorang pria''.
''kalau begitu, kita sudahi saja!''.
''hajima! Jangan khawatir! Ini tidak berakhir dengan ciuman karena aku menganggapmu sebagai teman''.
''aiss!! Apa2an kau ini!''.
Keesokan harinya, matahari sudah bersinar hingga cahaya menembus
jendela kaca itu. Terdengar seseorang mengetuk rumah yesung. Namja itu
membuka matanya dan melihat jikyung tidur di sampingnya begitu pulas.
Yesung menghempas selimutnya kemudian beranjak membukakan pintu.
''annyeong haseyo, apa kau yesung?'', tanya nyonya jung yang sudah berdiri didepan pintu rumah itu.
''ne! Apa kau ibu jikyung?'', tanya yesung.
''ne! Apa jikyung baik2 saja? Dimana dia?''.
''jikyung masih tidur! Uhm ajumma, anjuseyo!''.
Nyonya jung mengangguk kemudian duduk di sofa ruang tamu rumah itu.
''apa jikyung memintamu untuk menjadi anggota pemadam kebakaran?'', tanya nyonya jung.
Yesung mengangguk.
''aku tahu kau memiliki hati seluas lautan. Tolong, biarkan putriku
memperoleh apa yang ia inginkan. Satu hari saja!'', kata nyonya jung.
''aniyo! Joesonghamnida!'', kata yesung.
''jikyung menderita leukimia stadium akhir. Dia menceritakan
keinginan besarnya untuk menjadi petugas pemadam kebakaran. Jika kau
tidak mengijinkannya, setidaknya ijinkan jikyung ikut menumpang didalam
mobil pemadam kebakaran dan beberapa menit saja, hanya untuk
menyenangkan hatinya''.
''leukimia??''.
''leukimia stadium akhir. Sewaktu2 jikyung akan memejamkan matanya dan tidak bangun lagi''.
Yesung beranjak masuk menemui jikyung. Yeoja itu masih tertidur dengan selimut tebal menutupi tubuhnya.
''jikyung ah, ireona! Ibumu sudah datang!'', kata yesung seraya menyentuh pundak jikyung.
''jikyung ah, ireona'', katanya lagi.
*draggg draggg* jikyung digeladak dan dibawa masuk ke dalam ruang
gawat darurat sebuah rumah sakit. Nyonya jung tampak begitu cemas
memandang pintu ruangan yang tertutup rapat itu.
Yesung menghampiri nyonya jung, ''Kita bisa melakukan hal yang lebih
baik dari itu. Setelah jikyung pulih, tolong persiapkan jikyung untuk
berdinas bersamaku dengan mobil pemadam kebakaran. Jikyung akan menjadi
anggota kehormatan tim kami sepanjang sehari penuh. Ia bisa datang ke
stasiun pemadam kebakaran, makan bersama kami, pergi keluar bersama
mobil kami dan memanggil seluruh armada pemadam kebakaran di kota ini''.
Nyonya jung tertegun dan tidak mampu berkata apapun kecuali hanya meneteskan air mata.
''jangan khawatir! kami bisa umumkan sehari sebelumnya ke seluruh
kota tentang simulasi petugas pemadam kebakaran agar tidak timbul
kepanikan'', kata yesung lagi.
Tiga hari berikutnya, Yesung dan tim pemadam kebakarannya menjemput
jikyung di rumah sakit, tidak melalui pintu biasa tapi melalui tangga
penyelamat dari mobil pemadam kebakaran lewat jendela kamarnya di rumah
sakit.
Jikyung mengganti pakaian rumah sakitnya dengan seragam petugas
pemadam kebakaran lengkap dengan topi dan sepatu boot berwarna oranye.
Yeoja itu terbengong antara heran dan bahagia atas semua yang
dialaminya.
Ia duduk disamping yesung yang bertugas menyetir mobil pemadam
kebakaran itu. Jikyung membunyikan klakson dan menderu cepat ke stasiun
pemadam kebakaran. Ada tiga panggilan emergency untuk tiga armada
pemadam kebakaran lainnya di kota itu. Jikyung diberi tugas untuk
melakukan ketiga panggilan darurat itu, yang serta merta selurut unit
pemadam kebakaran meraung melaju cepat bergabung dengan mobil yang
ditumpanginya.
Mendapatkan perhatian besar dari yesung dan semua anggota tim pemadam kebakaran sangat menyentuh lubuk hatinya,
''Ajeossi, gomaweoyo! Jeongmal gomaweoyo!'', ucap jikyung.
''ne! Aku ingin melihatmu tetap kuat agar kau bisa pergi bersamaku'', kata yesung.
''kau melakukan ini bukan karena kasihan kan?''.
''aniyo! Aku melakukan ini bukan karena kau sakit dan perlu dikasihani tapi keinginanmu untuk tetap hidup dan kuat''.
Yesung selalu mengajak jikyung bertugas dengan armada pemadam
kebakaran yang ia pimpin. Kasih sayang, perhatian dari orang lain dan
kemauan untuk melakukan yang terbaik membuat Jikyung bisa bertahan hidup
sampai tiga bulan berikutnya, lebih dari yang bisa diperkirakan oleh
dokter.
''ini luar biasa!'', kata dokter itu pada jikyung dan ibunya.
Jikyung tersenyum walau wajahnya tampak pucat dan matanya begitu sayu.
Yesung masuk ke ruang perawatan jikyung seraya menaruh bunga di dekat tempat tidur yeoja itu.
''apa kabarmu hari ini, anggota jung jikyung?'', tanya yesung.
''jal jinaeyo, komandan!!'', jawab jikyung tersenyum.
Yesung mendorong kursi roda jikyung melewati taman rumah sakit itu.
Musim semi, bunga sakura memberikan harapan dan semangat. Jikyung
memandang pepohonan itu kemudian menyunggingkan senyumnya.
''ajeossi, aku percaya kau akan menjalani hari2mu dengan semangat.
Menanti waktu Tuhan memanggilmu dengan tugas yang mulia. Kadang aku
ingin memberontak *Tuhan aku ingin berumur panjang* tapi selalu ada
jawaban *kehidupan ada batasan waktu dimana manusia tidak bisa
menolaknya*'', kata jikyung.
''aku akan hidup lebih baik dari ini'', kata yesung.
''ajeossi??''.
''eung??''.
''terima kasih sudah menjadi temanku. Aku tidak pernah memiliki
seorang teman kecuali perawat dan dokter yang merawatku di rumah sakit,
tetapi sekarangTuhan mengirimmu untukku''.
''aku ingin bertanya satu hal, kenapa kau terus saja memanggilku ajeossi? Telingaku sakit mendengarnya''.
''karena kau tampan aku tidak mau menyukaimu, jadi aku menganggapmu seorang pria dengan muka keriput dan rambut beruban''.
''aiss!! Bagaimana jika aku memanggilmu ajumma?''.
''aniyo! Aku tidak pantas dipanggil seperti itu''.
''apa aku seorang pria berumur 26 tahun pantas dipanggil ajeossi?''.
Jikyung memandang wajah yesung kemudian tersenyum.
''kalau aku sehat, aku pasti akan menyukaimu. Suka antara pria dan wanita!'', kata jikyung.
''kenapa tidak tetap kau lakukan sekarang? Suka tidak mengenal sakit atau sehat''.
Yesung berdiri dihadapan jikyung yang duduk di kursi rodanya.
''apa kau pernah melakukan sebuah ciuman?'', tanya yesung.
''aku tidak pernah melakukannya. Apa bibirku akan menjadi basah karenanya?'', kata jikyung.
''kau ingin melakukannya?''.
''ah tidak!?''.
Yesung mengusap rambut poni jikyung hingga membuat yeoja itu gugup. Namja itu mendekatkan wajahnya ke wajah jikyung.
''kau akan melakukannya dengan orang yang kau suka! Sepertinya itu bukan aku'', bisik yesung.
Jikyung membuka matanya kemudian memandang wajah yesung yang hanya beberapa senti dari wajahnya.
''ajeossi, aku hanya menganggapmu teman, berarti ciuman itu tidak terjadi?''.
*cuuuppp* Yesung mencium jikyung dengan penuh kemesraan(?).
Tidak lama kemudian, jikyung dan yesung duduk berdampingan di sebuah bangku taman rumah sakit.
''ayo kita melakukan sebuah permainan!'', kata yesung.
''bagaimana kalau kita bermain tebak2an?'', kata jikyung.
''itu ide bagus!''.
''aku yang memulai! Kau siap? Sijakhaja!''.
Yesung mengepalkan tangannya, ''hwaitting!''.
''aku ada dipinggir air, siang malam aku tidak ada. aku tidak ribut,
aku tidak hening, aku ada ditengah2 udara, aku di kebenaran dan bukan
di kebetulan. Aku selalu ada dalam kegembiraan, aku tidak pernah ada
dalam kesedihan. Siapakah aku?''.
Yesung menjentikkan jari telunjuk di pelipisnya.
''kau jung jikyung! Jawabanku benarkan?'', kata yesung.
*cupp* yesung mencium pipi jikyung.
''Salah!'', protes jikyung.
''kalau begitu kau menciumku karena jawabanku salah! Apa jawabannya?'', kata yesung.
''jawabannya huruf A!''.
Yesung menjentikkan telunjuknya pada pipi kirinya.
*cupp* jikyung mencium pipi yesung kemudian tersipu malu.
Beberapa hari berlalu, kondisi vital jikyung menurun dengan drastis.
Nyonya jung tahu persis akan tugasnya.Tidak boleh terjadi saat
seseorang yang sedang menghadapi ajal dibiarkan sendirian di saat2
terakhir hidupnya. Nyonya jung teringat hari istimewa dimana jikyung
paling menikmati hidupnya bersama dengan yesung dan para petugas pemadam
kebakaran. Nyonya jung segera menelpon yesung untuk datang ke rumah
sakit lengkap dengan atribut pakaian dinasnya.
''kami bisa melakukan hal yang lebih baik dari itu. Kami akan tiba
di rumah sakit dalam waktu lima menit dengan armada kami? Tolong umumkan
lewat microphone ke seluruh bagian rumah sakit, supaya semua orang
tidak panik jika mereka mendengar bunyi sirine dan melihat lampu
emergency mobil kami menyala'', kata yesung melalui sabungan telepon.
''ne!'', kata nyonya jung.
''dapatkah bibi membuka jendela kamar jikyung?''.
Lima menit kemudian, sebuah tangga darurat bersandar di jendela
kamar jikyung yang ada di lantai tiga rumah sakit. Enam belas petugas
pemadam kebakaran memanjat tangga memenuhi ruangan kamar jikyung. Mereka
mengucapkan betapa mereka sangat mencintai gadis itu.
Dalam kondisi nafasnya yang semakin lemah, jikyung mendongak ke arah yesung.
''komandan, apakah aku sungguh seorang petugas pemadam kebakaran sekarang?'', tanya jikyung.
Yesung tak kuasa menahan air matanya, ''ne jikyung ah, kau satu2nya
anggota kehormatan armada pemadam kebakaran di kota ini, dan Tuhan,
pemimpin seluruh armada penyelamatan sedang menggenggam tanganmu''.
''ne, arasseo! Ia sedang menggenggam tanganku sepanjang hari, dan
para malaikat sedang bernyanyi untukku dengan seragam pemadam
kebakaran''.
''gomaweo ajeossi!''.
''eomma, saranghae!''.
Lalu Jikyung menutup mata untuk selamanya.
=End=
Pesan:
mungkinkah yang kita lakukan untuk seseorang terlalu berlebihan?
Rasanya tidak, jika kita tahu betapa berartinya sesuatu hal yang kita
lakukan untuk saat2 terakhir hidup seseorang. masalahnya, kita tak
pernah tahu kapan saat terakhir itu, bisa besok, beberapa hari lagi atau
setahun lagi. Jauh lebih baik kita melakukan setiap hal yang terbaik
sekarang ini, selagi kita yakin mereka masih bersama kita, selagi kita
masih mampu melihat mereka tertawa, tersenyum dengan sorot mata
sukacita.
**FF ini adalah kisah adaptasi dari kisah nyata yang terjadi di phoenix arizona, amerika.
Kisah ini menginspirasi banyak orang dan melahirkan hari istimewa
yang disebut ''good wish day''. Setiap tahun anak2 boleh mengirimkan
surat pengharapan tentang mimpi yang ingin mereka miliki dan dipilih
harapan? impian yang terbaik, kemudian orang2 berusaha mengabulkannya.
Salah satu kisah lainnya yang terinspirasi dari program ini adalah
permintaan seorang anak perempuan yang setiap hari selalu diejek
beberapa temannya karena jalannya pincang. si anak menuliskan surat
perngharapan agar satu hari saja ia boleh mendapat kesempatan pergi ke
sekolah tanpa ada satupun yang mengejeknya. Surat harapan anak ini
langsung dipublikasi di radio, surat kabar dan website. Akhirnya, banyak
anak2 cacat lainnya menawarkan diri menjadi teman dan sahabatnya. Tidak
hanya itu, ia mendapat jutaan surat simpati dari seluruh dunia.**