Judul: The Salt of The Lake
Genre: comedy
Part: One shoot
Cast:
Park Jungsoo / Leeteuk (super junior)
Cho Kyuhyun (Super junior)
Ost: Super junior- Rokugo
Disebuah desa yang sunyi di daerah pinggiran kota seoul, tinggallah
seorang pemuda seorang diri di sebuah gubuk tua. Pemuda itu bernama park
jungsoo. Jungsoo hidup sebatang kara namun ia tidak pernah mengeluh dan
tetap mensyukuri hidup. Jungsoo sering dijuluki si paman bijak karena
petuah2nya yang berarti.
Suatu hari, datanglah seorang pemuda bernama cho kyuhyun. Ia datang
dari kota seoul dan mengunjungi desa itu untuk menemui jungsoo. Kyuhyun
adalah pemuda yang sedang dirundung masalah, langkahnya gontai, mukanya
ruwet, seakan harapan tidak berpihak lagi padanya.
''silyehamnida!! Apa kau bernama park jungsoo?'', tanya kyuhyun.
Sosok itu begitu mengejutkan jungsoo yang sedari tadi asyik sedang
memperbaiki kail pancingnya. Karena keahlian jungsoo memancing, itu yang
membuatnya bertahan hidup untuk makan. Hasil jerih payahnya itu, ia
jual ke pasar tidak jauh dari desanya.
Flash back
#Ketika pulang dari pasar, jungsoo bertemu dengan seorang wanita miskin, ia memberikan semua uangnya.
''siapapun bisa menjadi pena kecil Tuhan, tidak memandang ia kaya
atau miskin. Memberi, tidak harus menunggu menjadi seorang yang kaya
raya'', kata jungsoo.
Sepulang dari pasar, ia rela makan dengan nasi ikan teri bakar.
''enaknya, makan nasi teri bakar serasa makan nasi rendang ala masakan padang *nyami'', kata jungsoo #end.
Jungsoo mengangguk kemudian meletakkan pancingnya.
''aku park jungsoo, orang2 memanggilku si paman bijak'', kata jungsoo.
''ya terus aku harus bilang wow gitu? Eh ngomong2 kenapa kamu mirip
sama leeteuk super junior ya? Tapi bedanya mukamu sedikit kusam dan
acak2an'', kata kyuhyun.
''emang kau pikir kau tidak sama awut2annya denganku? Timpuk sandal, gepeng lu kaya emping!'', kata jungsoo.
Tanpa membuang waktu, kyuhyun menceritakan masalah yang sedang
dihadapinya. Ia merasa dirinya di-Bully oleh anak2 preman yang suka
tongkrong di perempatan tidak jauh dari rumahnya. Setiap pulang ke rumah
melewati perempatan itu, kyuhyun selalu dimintai uang secara paksa.
''daripada diberikan pada preman, mending aku kasih ke fakir miskin kan??'', kata kyuhyun menegaskan ceritanya.
''bayangkan saja, uangku yang dipalak jika dikumpulkan bisa untuk membeli mobil mercedes'', kata kyuhyun lagi.
''berapa lama kau dipalak sama preman2 itu?'', tanya jungsoo.
''hampir 15 tahun!''.
Jungsoo memandang kyuhyun dengan begitu terkejut.
''aku yakin kau akan membantuku terbebas dari masalah ini! Aku sudah
berkonsultasi ke berbagai klinik, termasuk ke klinik tong fang dan
klinik tong seng dan tidak ada hasilnya'', kata kyuhyun.
Jungsoo mengangguk kemudian masuk ke dalam dapur dan mengambil segenggam garam dan segelas air.
''mweo?? Aku jauh2 ke desa ini dan kau memberiku segelas air dengan
garam? Kau pikir aku sakit diabetes?? Ih kamseuupayyy!!'', teriak
kyuhyun dongkol.
''hei kau cho kyuhyun, si anak sotoy! Cobalah kau tabur segenggam
garam ini ke dalam segelas air itu dan aduklah dengan sendok dan bukan
dengan kakimu! Jangan dijilat, cukup dikedepin aja!'', kata jungsoo
bergaya ala farah queen.
Tanpa berpikir panjang lagi, kyuhyun segera mengikuti perintah jungsoo.
''apa deh! Mau dikasih mantera2 atau apapun! Yang penting aku ga di-bully lagi'', kata kyuhyun.
Namja itu mengaduk2 garam yang sudah tercampur dengan air,
''bimsalabim, jadi apa prokprokprok!'', kata kyuhyun bergaya ala pak tarno.
''sudah aku aduk2'', kata kyuhyun.
''nah kalau sudah, silahkan dicicipi! Kalau perlu ditenggak sampai habiS dan katakan bagaimana rasanya? '', kata jungsoo.
''pahit, asinnn!! Ga enakkkkk!!'',
Kyuhyun berkali2 meludah. Eh kaga disangka2 ia meludah di wajah jungsoo.
''semprulll!!'', batin jungsoo seraya mengusap wajahnya.
Si paman bijak itu tersenyum dan tetap tampak karismatik. Jungsoo
kemudian mengajak kyuhyun pergi ke sebuah telaga tidak jauh dari
desanya.
Tidak lama kemudian, sampailah keduanya pada telaga yang luas dan tenang.
Jungsoo menabur segenggam garam yang ia bawa ke dalam telaga. Ia
mengambil sepotong kayu dan mulai membuat gelombang dari adukan yang
menciptakan riak di permukaan telaga.
''sekarang coba ambil air telaga ini dengan telapak tanganmu, katakan bagaimana rasanya?'', kata jungsoo.
Kyuhyun segera mengambil air dari telaga itu dan meneguknya.
''wah segar dan nyaman sekali di tenggorokan'', kata kyuhyun.
''apakah kau merasakan rasa garam didalamnya?'', tanya leeteuk.
''tidak!!''.
*byurrrrr* kyuhyun menceburkan diri ke dalam telaga dan mulai berenang ke sana kesini.
''kamseupay!!'', batin jungsoo.
Dengan kasih dan kebijaksanaannya, jungsoo ikut terjun ke dalam
telaga dan mulai menarik tubuh kyuhyun dengan paksa ke tepian. Ia
mengajak kyuhyun duduk berhadapan, bersimpung didekat telaga.
''anak muda! dengarlah, pahitnya kehidupan itu adalah layaknya
segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu
adalah sama dan memang akan tetap selalu sama'', kata jungsoo.
''tapi kepahitan hidup yang kau rasakan akan sangat tergantung dari
wadah yang kau miliki, yaitu tergantung pada hatimu. Jadi saat kau
merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang
bisa kau lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya dan luaskanlah
hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu'', kata jungsoo lagi.
Kyuhyun mengangguk,
''hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu
adalah tempat kau menampung segalanya. jadi, jangan jadikan hatimu itu
seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap
kepahitan hidup dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan'',
kata jungsoo lagi memberi nasehat pada murid didikannya itu.
''ini jauh lebih luar biasa daripada datang ke klinik tong seng!'', kata kyuhyun lega.
Akhirnya setelah mendapat petuah dari si paman bijak, kyuhyun menyadari kenyataan hidup yang memang penuh jalan yang berliku2.
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama2 belajar dari hal itu.
Belajar memaknai hidup karena ada kalanya kita diatas dan adakalanya
dibawah bagaikan roda pedati.
*end*
Pesan: setiap orang pasti pernah mengalami keterpurukan dalam hidup,
namun keterpurukan itu hendaklah jangan menjadi hambatan untuk mencapai
apa yang kita harapkan. Bangun dan bangkitlah! Karena hidupmu tidak
akan berubah hanya dengan duduk diam.
**ini adalah kisah yang diadaptasi, jadi bukan murni ide author
karena author hanya mengembangkan ceritanya saja. Jika ada kesamaan
tokoh dll harap dimaklumi. Semoga FF yang begitu singkat ini tetap bisa
menjadi berkat bagi reader semuanya**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar