Judul: Seoul Police Story
Genre: Action, Romance, Comedy
Part: 1-16
Cast:
Cha Na Mi (You)
Lee SeungRi (BigBang)
Choi Siwon (Super Junior)
Park Gyuri (Kara)
Ost: Xiah Junsu - Too Love
Part *10
Tidak
disangka, nami bertemu dengan seungri di rumah seorang pemuda yang baru
dikenalnya. Nami bertanya tentang gyuri pada seungri dan menjelaskan
keyakinannya untuk menolong gyuri dengan harapan membuat yeoja itu lebih
tenang pergi ke jepang.
''tapi, kau harus membagi hatimu untuk siwon'', kata seungri.
''gwaenchanayo, aku akan mencobanya'', nami tersenyum sambil menatap seungri.
''kau terlalu baik nami ah! Aku melihatmu sangat luar biasa''.
Nami memandang ke arah langit. Ia melihat bulan yang tampak separuh dengan sebagian tertutup oleh awan.
''kupu2
tidak tahu bagaimana indahnya sayap mereka. Tapi kau bisa melihat
keindahan sayapnya. Demikian juga aku, aku tidak tahu bagaimana baiknya
aku tapi aku mampu melihatnya melalui matamu'', kata nami.
Seungri pov
#nami
terlalu baik, entah apa yang ada di pikiran gadis ini? Bagaimana bisa
ia mengorbankan perasaannya untuk menolong orang lain. Aku mungkin bisa
memberikan semua yang aku miliki, Ya semuanya tapi tidak hatiku#end.
''ada
bagian didalam hidup kita dimana kau tahu dan mengerti sebagian tentang
diriku dan aku juga begitu. itulah ruang tempat kita berbagi,
meneguhkan dan berjalan bersama'', kata nami lagi.
Yeoja
itu menoleh seungri tidak merespon ucapannya, kemudian Nami menyengol
tubuh seungri dengan sikunya hingga membuat namja itu terkejut dari
lamunannya.
''kau melamun?'', tanya nami.
''aniyo! Apa malam ini kau akan kembali ke rumah siwon?'', tanya seungri.
Nami menggeleng, ''belum saatnya! Uhm eonje nan gyuri ssireul mannalsu isseoyo? (kapan aku bisa bertemu dengan gyuri?)''.
''Aku akan mengatur waktu yang terbaik. Apa kau benar2 yakin?'', tanya seungri.
Nami mengangguk, ''seungri ssi, uhm..''.
''mweo??''.
''anio, gwaenchanayo'', kata nami lalu tersenyum.
Nami pov
#Aku
mengagumimu lee seungri. Sejak kau datang di pulau nami, ketika aku
menolongmu saat kau tenggelam. Kau tahu, apa yang membuatku kuat? Ketika
aku bisa melihatmu duduk disampingku. Perasaanku benar2 kacau
sekarang#end.
Seungri beranjak dari beranda rumah
yoochun. Namja itu memanggil yoochun yang ada didalam rumah. Tidak lama
kemudian anak lelaki itu muncul,
''yoochun ah, aku akan pulang'', kata seungri.
''Eung!josimhae seungri hyung. Aku akan mengantarmu'', kata yoochun.
Seungri mengangguk, ''tidak perlu mengantarku, kau jaga minyung dan ibumu''.
''biar aku saja yang mengantar seungri oppa'', kata nami pada yoochun seraya menepuk bahu anak itu.
Nami
dan seungri berjalan beriringan menyusuri gang sempit untuk sampai
dijalan yang agak besar dimana mobil seungri diparkirkan.
''aku tidak menyangka kau begitu memperhatikan yoochun dan keluarganya'', kata nami.
''kau benar2 seorang pahlawan tapi kenapa kau tidak pernah bercerita padaku?'', tanya nami lagi.
Seungri
tersenyum, ''kadang kau tidak perlu tahu siapa sosok dibalik topeng
seorang pahlawan. Dimana ketika tangan kananmu memberi, tangan kirimu
tidak perlu tahu''.
''kau benar seungri ah. Kau memberikan
kebaikan bagi orang lain tanpa mempedulikan apa yang kau rasakan
sendiri. berikan tanganmu!'', kata nami.
Seungri
mengulurkan tangan dan membuka telapak tangannya. Nami mengepalkan
tangannya kemudian diletakkan diatas telapak tangan namja itu.
''ini kado ucapan terima kasihku. Oh ini sangat banyak, kau harus membuka kedua telapak tanganmu'', kata nami.
Seungri tertawa kemudian membuka kedua telapak tangannya.
''ternyata ini juga masih kurang!!''.
''gomaweo cha nami!''.
Nami mengantar seungri sampai di dekat mobilnya. Saat Seungri hendak masuk ke dalam mobilnya, Ia mendekati nami lagi.
*cup* Seungri mencium pipi nami.
''aku mencintaimu'', kata seungri.
(Ost: Xiah Junsu - Too Love)
Nami
hanya bisa berdiri mematung. Seungri hanya tersenyum saat melihat
ekspresi nami yang begitu terkejut. Kemudian Ia masuk ke dalam mobilnya
dan melaju dari tempat itu.
''mweo? Mweol haeyo?'', nami tersadar sendiri dari lamunannya.
Ditengoknya mobil seungri sudah tidak ada disana.
=Malam hari, Rumah yoochun=
Nami duduk di teras bersama dengan yoochun sedangkan minyung ada didalam rumah bermain dengan ibunya.
Minyung menghampiri ibunya dengan membawa sebuah kotak yang ia bungkus dengan kertas warna keemasan.
''ini untuk ibu'', kata minyung.
Ibunya menoleh kemudian memandang kotak itu,
''emas? Ini emas?'', tanya ibu minyung datar.
Ajumma itu mengambil kotak pemberian minyung kemudian dibuka perlahan dengan senyuman tersungging dibibirnya.
''emas!!!!'', seru ibu minyung.
Namun senyumannya sirna saat melihat kotak itu kosong, tidak ada satupun benda ada didalamnya.
''tidak ada emas! Kau menipuku?'', teriak ibu minyung.
Minyung memeluk kotak itu kemudian tertunduk sedih.
''ibu, sesungguhnya aku sudah meletakkan sesuatu didalam kotak ini'', ucapnya dengan mata berkaca2.
Ibu minyung hanya terdiam seraya memandang ke atap rumah tanpa memperhatikan anaknya yang terisak sedih.
''eomma!!'', panggil minyung kemudian memberikan kotak itu lagi
''pembohong! Apa yang kau letakkan?'', kata ibu minyung seraya menyampar kotak itu dengan tangannya.
''eomma, aku meletakkan hampir ribuan ciumanku untukmu didalam kotak ini''.
Disaat yang bersamaan, yoochun dan nami melihat kejadian itu. Nami menghampiri minyung kemudian menggendongnya.
''gwaenchana! Uljima chagi!'', kata nami.
Yeoja itu menghapus air mata minyung.
Yoochun menghampiri ibunya kemudian mengambil kotak itu.
''eomma,
bukan emas yang berharga. Tapi sesungguhnya kita mendapat kotak emas
yang berisi cinta tanpa pamrih. Tak ada yang lebih indah dan berharga
selain kasih sayang. Kasih menutupi segala kekurangan!'', kata yoochun.
''Uhm,
minyung ah, terima kasih untuk ribuan ciuman yang kau berikan untuk
ibu. Berapa banyak yang kau berikan untukku?'', tanya yoochun pada
adiknya.
Minyung tersenyum, ''untukmu 500 ciuman dan untuk nami eonni 1000, karena eonni sudah menggendongku''.
''gomaweo minyung ah'', kata nami seraya mencium minyung.
=Rumah siwon=
Namja itu berjalan ke teras rumahnya lalu menengok surat yang ditulisnya untuk nami.
''Nami sudah kembali?'', guman siwon tersenyum lalu masuk ke dalam rumah.
''cha
nami, kau berlari seperti kereta api listrik kyoto-osaka. Ternyata kau
pun juga sampai di rumah sebelum aku!'', ucapnya seraya bergegas ke
kamar nami.
Saat sampai didalam kamar nami, Ia hanya
melihat sebuah tempat tidur kosong dengan selimut yang masih rapi dan
dompet milik gadis itu sudah tidak ada di mejanya.
''aiss, gadis itu hanya mengambil dompetnya saja? Dia benar2 tidak memikirkan aku'', gerutu siwon.
Tidak lama kemudian,
Siwon keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk.
Namja itu kembali pergi ke kamar nami dan kamar itu tetap sama. Tidak ada siapapun disana.
''Aiss, kenapa aku sangat berharap nami kembali? Ah, babo!'', gerutunya.
=rumah yoochun=
Yoochun
memperhatikan nami yang sedang asik memandang langit. Minyung sudah
terlebih dahulu tidur. Rumah yoochun lebih tinggi posisinya daripada
rumah2 yang ada disitu sehingga Langit malam kota seoul nampak jelas
dari sana.
''nuna, jika kau ingin tinggal disini, aku tidak menolaknya. Aku senang ada kau disini'', kata yoochun.
Nami
menoleh, ''aniyo! Rumah ini sudah cukup kecil untuk kau tinggali
bersama ibumu dan minyung. aku cukup malam ini saja, maaf membuatmu
repot''.
''kau sama sekali tidak merepotkan, tinggallah disini''.
Nami hanya tersenyum sambil mengusap rambut yoochun.
Nami mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.
=Rumah siwon=
Terdengar ponsel siwon berdering. Namja itu mengambil ponselnya lalu menengok layar ponsel itu.
*Nami Calling*
Namja itu tersenyum sendiri kemudian bergegas mengangkat panggilan telepon dari nami.
''hyaa nami ah! Kenapa baru menghubungiku sekarang? Kau kemana saja? Segeralah pulang!'', cerocos siwon.
''aku
menghubungimu hanya untuk minta tolong. Besok jangan lupa bawakan
pistolku yang tertinggal di rumah, sampai ketemu besok di kantor'', kata
nami.
''cepat pulang! Kalau kau tidak kembali, aku akan menghitung biaya sewa sebagai hutang''.
*klik* Nami memutuskan sambungan teleponnya.
''astaga! Gadis ini membuat kepalaku pusing'', omel siwon sambil memandang ponselnya.
Siwon memandang sekeliling ruangan itu, ''kenapa aku begitu kesepian tanpa nami? Ah tidak, aku sudah biasa hidup sendiri''.
=Rumah yoochun=
Nami menaruh ponselnya disamping ia duduk.
''nuna, kau seorang polisi?'', tanya yoochun.
Nami mengangguk.
''aku tidak menyangka kau seorang polisi'', kata yoochun lagi.
''apa karena aku terlalu cantik untuk menjadi seorang polisi?'', tanya nami.
Yoochun menggeleng, ''bukan itu, karena kau ceroboh dan sedikit babo''.
''Apa kau tidak ingat kita pernah bertemu di halte bus?''.
''Apa
yang kau maksud seorang polisi wanita yang patah semangat dan meratapi
nasib di halte bus, berharap mujizat datang tanpa melakukan apa2?''.
*pletak*
nami memukul kepala yoochun lalu anak lelaki itu berlari di halaman
rumah. Nami mengejarnya kemudian mencoba menggelitikinya.
''hahaha cukup nuna, kau membuatku geli'', seru yoochun.
''ya biar kau tahu rasa! Aku tidak babo!'', kata nami.
=Rumah seungri=
Gyuri
membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Raut wajah yeoja itu terlihat
senang karena seungri berkata bahwa nami ingin bertemu dengannya.
''nami
ingin bertemu denganku? Apa yang akan ia katakan padaku? Apakah dia
setuju untuk menggantikan posisiku sementara waktu?'', guman gyuri.
Di
kamar seungri, Namja itu berkali2 berganti posisi tidur. Matanya masih
terjaga, tidak bisa tidur. Berbeda dengan gyuri, seungri tampak gelisah.
''apa yang gyuri inginkan secara tidak langsung mempengaruhi perasaanku juga'', guman seungri.
''ahh'', seru seungri sambil menutupi wajahnya dengan bantal.
=rumah siwon=
Siwon juga masih terjaga dan belum bisa tidur. Pikirannya terbayang tentang nami.
''aku hanya khawatir karena nami itu hidup seorang diri di seoul, bukan karena ada apa2'', guman siwon.
Siwon menutup dengan selimut sampai diatas kepalanya.
''kenapa akhir2 ini aku sedikit bisa melupakan gyuri. Siwon ah ayo sadarlah, kau hanya mencintai gyuri!'', kata siwon.
=rumah yoochun=
Mata
nami belum terpejam dan hanya menatap langit2 rumah. Yeoja itu menoleh
dan melihat minyung tidur dengan nyenyak di sampingnya. Nami terbangun
lalu mengambil buku cerita yang ada di dekapan minyung.
''kakak kerang, apa aku bisa menjadi kerang kecil itu?'', tanya minyung yang tiba2 terbangun dari tidurnya.
''kau akan lebih dari kerang kecil ini dan juga kakak kerang. Percayalah, sekarang tidurlah!'', kata nami.
Minyung mengangguk lalu memejamkan matanya.
Nami bersandar pada dinding rumah yoochun.
''aku
akan mencobanya, mungkin yang aku lakukan akan sedikit membantu gyuri.
Tapi bagaimana dengan siwon? Apa dia akan menerimaku? Bagaimana juga
kisah cintaku dengan seungri. aku menyukainya dan seungri juga memiliki
perasaan yang sama'', guman nami.
Keesokan harinya,
Nami bersiap memakai seragam dinasnya.
''kakak kerang, apa kau akan pergi bekerja?'', tanya minyung.
''ne'', jawab nami tersenyum.
''tolong jaga negaraku ya, jangan sampai ada penjahat''.
Nami mengangguk, ''Anggota polisi cha nami siap menjaga negara park minyung!''.
Yoochun tertawa melihat ulah nami.
''nuna, apa yang kau lakukan menunjukkan kau sedikit babo! Kau harus lebih berwibawa'', kata yoochun.
''yakk
jangan menghinaku, bagaimanapun aku mendapat bagian dalam menangani
kasus penculikan yang belum terpecahkan. Kau tahu, aku hampir mati
karena mengusut kasus itu'', kata nami.
''jeongmalyo?''.
''anak komisaris polisi seoul diculik, seumuran dengan minyung. Maka kau harus berhati2 dengan orang asing''.
Minyung mengangguk, ''eung!''.
Nami keluar dari rumah yoochun sambil mengandeng minyung.
=Disebuah taman kanak-kanak=
''kakak burung, terima kasih'', kata minyoung seraya menyunggingkan bibirnya hingga tampak jajaran gigi putih yang rapi.
''mweo? Burung?'', tanya nami.
''sekarang
kau tidak kakak kerang lagi, karena untuk sampai ke kantormu kau harus
terbang, kalau tidak nanti kau bisa terlambat'', kata minyung sambil
menunjuk jam besar yang ada didepan sekolahnya.
''mweo?? Ya, aku harus segera ke kantor. nanti yoochun oppa akan menjemputmu'', kata nami.
Minyung mengangguk lalu masuk ke dalam sekolahnya.
=Rumah seungri=
Seungri dan gyuri sedang menikmati sarapan pagi. Nampak senyum keceriaan di wajah gyuri.
''seungri ah, eonje nami ssi reul mannalgeoya?'', tanya gyuri.
''kau terlihat bersemangat gyuri ah'' , kata gyuri seraya menikmati bimbibab.
''tentu, karena nami akan membantu mengubah nasib hidupku''.
''tidak
ada yang bisa mengubah nasibmu baik itu dirimu ataupun orang lain,
hanya jika Tuhan menghendaki itu terjadi maka hal itu akan terjadi
padamu''.
''ne, aku rasa Tuhan sepaham denganku, betulkan tuan lee seungri?''.
Seungri beranjak dari tempat duduknya.
''aku akan ke kantor, jaga dirimu baik2 di rumah'', kata seungri.
''ne, gomaweo. God bless u'', jawab gyuri.
''uhm, seungri ah, kalau aku bisa melihat lagi aku akan ,membantumu merapikan dasimu. Maafkan aku'', kata gyuri lagi.
''ne, gwaenchanayo''.
=departemen kepolisian=
Semua
anggota polisi sedang melaksanakan apel pagi. Komisaris han memimpin
upacara. Nami berlari lalu menyusup di barisan. Tidak disangka, nami
berdiri di samping siwon.
''kenapa kau terlambat?'', tanya siwon berbisik seraya menutupi kegirangannya karena melihat nami sudah berangkat bekerja.
''aku mengantar anakku dulu'', jawab nami seraya berbisik juga.
''mweo???'', seru siwon hingga membuat semua anggota di jajarannya menoleh.
Siwon menutup mulutnya lalu menatap nami. Gadis itu hanya tersenyum lalu memberi isyarat pada siwon kalau upacara dimulai.
Selesai upacara, Komisaris han berjalan di belakang nami, gadis itu tidak menyadari komandannya ada dibelakangnya.
''nami ah, dimana pistolmu?'', tanya komisaris han sambil memandang pinggang kanan nami.
Nami menoleh, ''uhm itu, anu.. Pistolku dibawa siwon''.
''mweo??''.
''joesonghamnida komisaris, aku lupa meninggalkan pistolku di rumah siwon''.
''bagaimana kau bisa menjaga ketertiban negara kalau kau sendiri tidak tertib? Semua berawal dari dirimu'', seru komisaris han.
Siwon melihat komisaris han sedang memarahi nami.
''komisaris, aku rasa ini kesalahan pertama yang dilakukan nami, tolong maafkan dia'', bela siwon.
Komisaris han terdiam lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
''kau tidak perlu membelaku, nanti kau besar kepala'', kata nami.
''kau ini! Aku menolongmu karena kau benar2 terpojok. Aku takut kau akan kencing di celana'', kata siwon.
''hyaaa!!'', teriak nami sambil memukuli punggung siwon hingga membuat namja itu berlari pergi menjauh darinya.
''hei, inspektur choi siwon, tunggu aku!'', seru nami lalu menyusul siwon.
Hari
ini, departemen kepolisian mengadakan latihan simulasi untuk menangani
kasus terorisme dan cara tepat menyelamatkan sandera. Siwon menunjuk
nami untuk masuk tim penyelamatan sandera.
''kau siap??'', kata siwon.
Nami mengangguk lalu mengacungkan jempolnya.
Siwon berlari ke arah helicopter kemudian mesin berbaling2 itu membumbung ke angkasa.
Tempat latihan berpusat pada gedung kepresidenan korea selatan. Ada berbagai kendaraan bara kuda dan juga beberapa helikopter.
Siwon terjun menggunakan tali dari atas helikopter lalu turun disebuah atap gedung.
Nami
menyusup dari bagian belakang gedung dengan pistol yang berisi peluru
pinball di tangannya. Ketua kelompok yang dinaungi nami memberi isyarat
jari untuk masuk.
Siwon dan rekannya mulai menyusup dari atap gedung dan membekap salah seorang teroris yang memegang senjata laras panjang.
Nami dan anggota kelompoknya berhasil melindungi korban yang disandara dan membawanya keluar.
Anggota polisi kota seoul selesai melakukan simulasi penanggulangan terorisme.
Nami
melepas rompi hitam (untuk seragam densus 88 kalau di Indonesia) dan
meletakkan senjatanya di dekat mobil barakuda. Gadis itu menoleh ke arah
gerbang gedung kepresidenan dan pandangannya tertuju pada pria yang
sedang mengiringi seorang menteri negara.
''aku seperti pernah bertemu pria itu, tapi dimana?'', guman nami.
Flash Back
#''aku bisa membenamkan peluru ini di dahimu!''#
*glek* nami begitu terkejut, matanya terbelalak dan tangannya reflek menutup mulut.
''pria
itu? Ya, pria yang ku temui saat di taman kota. Pria yang membawa putri
komisaris han. Pria itu penculiknya! Astaga'', batin nami.
Nami
berlari ke arah rombongan para menteri negara. Pria itu melihat seorang
polisi berlari ke arahnya dan langsung tersadar bahwa yeoja itu pernah
ditemuinya di taman kota.
''aku hanya perlu beberapa bukti untuk menangkapmu'', kata nami pada pria itu.
Pria itu *bow* pada rombongan menteri negara dan menghampiri nami.
''kau? Gadis yang ada di taman kota waktu itu, kau masih tidak jera mencampuri urusanku?'', tanya pria itu.
''kau
bawa kemana putri komisaris han? Apa maksud tujuanmu menculik anak itu?
Siapa yang menyuruhmu?'', kata nami mencengkram krah baju pria itu.
Sontak namja itu menghempaskan tangan nami dan merapikan jas nya.
''aku
bisa melubangi kepalamu sekarang juga. Kau terlalu ikut campur, jangan
harap hidupmu akan tenang mulai hari ini'', kata pria itu.
''aku tidak takut. Cepat katakan siapa yang menyuruhmu? Apa menteri pertahanan?'', teriak nami.
Pria itu hanya tersenyum penuh misteri lalu pergi meninggalkan nami dan menyusul rombongan menteri negara.
Nami berdiri sambil melihat rombongan itu berlalu darinya. Pria itu terlihat berbisik pada salah seorang diantara menteri itu.
''apa kau baik2 saja?'', tanya siwon melihat nami tampak gelisah.
''ne, gwaenchanayo inspektur choi, apakah kau sedikit curiga dengan,,, uhm aniyo'', kata nami tidak menyelesaikan ucapannya.
''mweo??''.
''aniyo. Uhm, ayo kembali ke kantor''.
Nami mengambil tasnya dan mengecek ponselnya,
''seungri menghubungiku?'', guman nami saat melihat beberapa missed calls dari seungri.
Siwon melongok ke arah layar ponsel nami.
''jadi kau tampak gelisah karena menunggu telepon dari seungri?'', tanya siwon.
''kau cemburu?'', seru nami.
''aiss!! Apa2an kau ini! Cemburu padamu? Lebih baik aku cemburu melihat agnes monica kencan dengan seorang pria''.
''kenapa kau bawa2 agnes monica?''.
Nami menekan tombol ponselnya lalu mencoba menghubungi seungri. Siwon diam2 melirik layar ponsel nami.
''aiss, apa2an gadis ini berpura2 tidak punya uang tapi dia begitu boros memakai pulsanya'', sindir siwon.
Nami melirik ke arah siwon, namja itu hanya tersenyum lalu mengelap keringat di wajahnya dengan handuk kecil.
''yeoboseyo?'', terdengar suara seungri dari ponsel nami.
''kapan aku bisa bertemu dengannya?'', tanya nami.
''dengannya? Nuguya?''.
Nami menoleh ke arah siwon, namja itu masih sibuk dengan handuk kecilnya.
''gyuri'', bisik nami.
=kantor BIN=
Seungri duduk di kursi ruang kerjanya dengan ponsel menempel ditelinga kirinya.
''haha, kau bersama siwon? Kenapa kau berbisik? Siapa yang kau maksud?'', tanya seungri lalu tertawa kecil.
''seungri ah, nongdamhajima (jangan bercanda)'', kata nami.
''siapa yang kau maksud? Jom Malhaseyo(katakan), ajik nan mollaseo (aku masih belum mengerti)''.
=Di tempat nami dan siwon=
''aku
ingin bertemu dengan,,,,'', Nami menoleh ke arah siwon, secara
bersamaan siwon menoleh ke arahnya hingga membuat nami gugup.
''aku ingin bertemu dengan,,,, tikus!!'', teriak nami.
Mendengar nami berkata tikus, siwon dan seungri tertawa di tempat yang berbeda.
''hahahaha'',
Nami ikut tertawa lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Siwon memperhatikan nami yang sedang tertawa lepas. Tertawa nami membuat hatinya begitu lega.
Tiba2 siwon melihat nami seolah2 menjadi sosok park gyuri, lalu berubah menjadi nami lagi.
(Ost: Xiah Junsu - Too Love)
Siwon pov
#ya
cha nami teruslah tertawa. aku senang melihatmu tertawa, aku seperti
melihat gyuri di dalam dirimu. Aku berharap park gyuri adalah kau, nami
ah#end.
Seorang rekan siwon menyenggol lengan namja itu hingga membuat siwon terkejut.
''kita kembali ke kantor'', kata pria itu.
''mweo??'', guman siwon kebingungan melihat semua rekannya tidak ada disana.
Ternyata lamunannya begitu parah sampai2 ia tidak menyadari nami sudah tidak ada disana,
''Jigeum nami ssineun eodi gayo? (kemana nami pergi sekarang?)'', tanya siwon lagi.
''nami sudah naik ke mobil, kau kebanyakan melamun siwon ah''.
Siwon hanya tersenyum kecil lalu berjalan ke arah mobil.
=taman depan departemen kepolisian=
Nami
duduk di kursi taman dengan tangan kanannya memegang segelas minuman
soda. gadis itu memandang ke langit lalu terpejam sejenak.
''aku
merindukan suasana di pulau nami? Rasanya aku tidak percaya brigadir
polisi cha nami dulunya seorang pencari kerang. Tidak sia2 karena aku
memiliki mimpi. Thanks God!'', guman nami.
Nami membuka matanya lalu memandang ke arah rerumputan hijau di sekitarnya.
Pandangan
matanya tertuju pada sebuah kotak kecil berwarna merah yang sudah
usang. Yeoja itu tergerak untuk mengambilnya lalu menaruhnya di telapak
tangan.
Dibukanya perlahan2, lalu melongok ke dalam kotak itu. Dilihatnya sebuah cincin dari emas putih.
''ini sebuah cincin? Siapa yang membuangnya disini?'', guman nami.
Yeoja itu memperhatikan kotak cincin yang sudah usang sekali lagi.
''aku
rasa ini sudah sangat lama, kotak cincin ini begitu kotor. Tidak
mungkin seseorang dengan sengaja membuangnya. Apa mungkin terjatuh dari
sebuah mobil pernikahan, uhm tidak mungkin ini kantor polisi bukan
gedung gereja'', selidik nami.
Di kantin kantor polisi,
Nami duduk di sisi salah satu rekannya yang sudah lebih dulu menikmati makan siang.
''apa anggota polisi disini ada yang akan menikah?'', tanya nami.
seorang wanita rekan kerja nami menggeleng, ''aku rasa tidak ada''.
''apakah ada yang gagal menikah?'', tanya nami lagi.
''ya, apa kau tidak tahu inspektur choi gagal menikah karena kepergian gyuri?'', kata teman nami.
''mweo??''.
''seharusnya
mereka sudah menikah sekarang, tapi karena kecelakaan itu mereka tidak
jadi menikah, apalagi gyuri tiba2 pergi tanpa ada kabarnya. Apa yang
akan kau lakukan jika kau menjadi inspektur choi? Apakah kau akan tetap
menunggu kekasihmu hingga rambutmu memutih?''.
''jangan tanya hal itu padaku. Aku tidak bisa memahami perasaan inspektur choi''.
''kalian
begitu dekat. Inspektur choi terlihat bisa melupakan gyuri, itu karena
ada kau di sisinya. Apa kau tidak menyadarinya?'', kata teman nami
sambil mengarahkan telunjuknya di dada gadis itu.
Nami berjalan keluar dari kantin sambil terus merenungkan percakapannya dengan rekannya itu saat di dalam kantin.
Nami melihat siwon sedang duduk di bangku depan kantor departemen kepolisian.
Yeoja itu mendekati siwon dan duduk di sampingnya.
''uhm siwon ssi, apa kau sedang memikirkan gyuri?'', tanya nami.
''kenapa tiba2 kau bertanya tentang gyuri padaku? Jangan tanyakan hal2 pribadi saat kau sedang berdinas'', jawab siwon.
''apakah cintamu pada gyuri masih tetap sama? Atau sudah berkurang?''.
''sudah cukup!'', kata siwon lalu beranjak dari tempat itu.
''aku harap kau tetap mencintai gyuri sampai akhir. Percayalah, gyuri akan kembali padamu'',
Siwon menoleh ke arah gadis yang sedang tersenyum padanya.
Jam dinas selesai,
Nami bergegas keluar dari departemen kepolisian. Ponsel milik gadis itu berdering,
*seungri calling*
''yeoboseyo?'', jawab nami.
''gyuri ingin bertemu denganmu, aku akan menjemputmu'', kata seungri.
''tidak perlu menjemputku''.
*klik* nami memutuskan sambungan teleponnya.
Tidak disangkanya, siwon sudah ada di depan kantor polisi.
''eomeo!'', pekik nami saat melihat siwon berdiri di samping mobilnya.
Nami berpura2 tidak melihat siwon.
''hyaa cha nami kau mau kemana? Ayo pulang'', seru siwon hingga membuat langkah nami terhenti.
''aku sudah menyewa sebuah rumah, hutangku pasti aku bayar'', kata nami.
Yeoja itu bergegas pergi dari tempat itu, siwon hanya berdiri sambil memandang nami berlalu dari sana.
''sewa rumah? Dimana? Apa dia punya uang?'', guman siwon.
Tanpa
diketahui nami, siwon mengikuti yeoja itu dari kejauhan. Nami berdiri
di sebuah halte bus, tidak lama kemudian bus yang ditumpangi nami
melaju.
=taman kota seoul=
Nami turun di
halte bus taman kota seoul. Yeoja itu bergegas mencari tempat dimana ia
dapat bertemu dengan seungri dan gyuri. Suasana sejuk kota seoul di sore
hari sangatlah terasa, namun bagi nami keringat dingin yang mengalir
membuatnya cukup panas. Ia sangat tegang dan berharap keputusan yang
akan ia ambil adalah tepat.
Siwon menepikan mobilnya dan mulai mengikuti nami.
Di sisi lain taman kota seoul,
Gyuri duduk di samping seungri. Wajahnya tampak berbinar.
''apakah nami akan datang?'', tanya gyuri.
''dia pasti datang'', jawab seungri.
*tap tap tap* Scene tersorot pada langkah kaki nami dan siwon.
(xiah junsu - too love)
@ tobe continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar