Green  Pencil

Kamis, 23 Mei 2013

FF Sweet Innocence *3

Judul: Sweet Innocence
Genre: Romance
Part: 1-19
Cast:
IU/ Lee JiEun
Lee Donghae / Super Junior
Choi Seunghyun/ TOP Big Bang
Jessica jung/ Jung sooyeon SNSD
(Lee) Shindong/ Super Junior

#lee dongchul: saudara kembar lee donghae (hanya di FF ini^^)

Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will)

Part *3

Jieun berlari mengambil pialanya yang terlempar di tengah jalan, Melihat seseorang tiba2 yang melintas beberapa meter dari depan mobilnya, sang sopir membanting setir dan terdengar decitan rem yang sangat keras.

*buuummmmmmmm braaaaaakk* mobil itu menabrak tiang baliho yang ada di pinggir jalan setelah mobil itu terbalik dan terseret sampai ratusan meter.

(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will))


*bummmm bummmm weeengggg enggg* suara mesin kendaraan milik donghae. Namja itu menyusuri jalanan seoul yang cukup legang.

*wenggggggg* tiba2 mesin motor itu mati.
Donghae memainkan personelen motornya dan mencoba menstarter kembali.
Namja itu memandang jalanan sepi di depannya kemudian tertegun.
''kenapa perasaanku tidak enak, apa dongchul ingin aku menonton permainan pianonya? Aku melupakan itu, maafkan aku, dongchul ah'', guman donghae.

Namja itu merogoh ponselnya dan mencoba menghubungi dongchul. Donghae memutuskan panggilan teleponnya saat tidak terdengar jawaban dari ponsel dongchul.



Tidak jauh dari mobil yang terbalik itu, Jieun berdiri terpaku, matanya terbelalak saat mengingat hal naas pada mobil itu.

Jieun memeluk pialanya erat.
''apa ini? Apa yang terjadi?'', ucapnya seraya memejamkan matanya.

Yeoja itu tidak menyadari bahwa dirinya adalah titik awal penyebab kecelakaan itu.
Tiba2, Jieun teringat kecelakaan yang menimpa dirinya waktu dulu hingga merenggut nyawa ayah ibunya dan juga membuat shindong cacat seumur hidup.

''aaaaaaaaa!!!'', teriak jieun histeris.

''appa!! Eomma!!'', ucapnya seraya memejamkan matanya.

*brukkkkk* jieun pingsan di pinggir jalan.



Di tempat lain, donghae mencoba menyalakan mesin motornya kembali.

*brumm brumm* donghae melajukan motornya lagi menyusuri jalanan itu. Ia memutuskan pergi ke kantor SM Ent, namun ditengah perjalanan tiba2 seorang wanita berdiri melambaikan tangan di tepi jalan.
''jom dowajuseyo!!'', seru wanita itu.
Donghae yang sudah melaju melewati wanita melirik dari kaca spion motornya.

Donghae memutuskan untuk berhenti dan menoleh ke belakang.
''wanita itu masih ada di sana, berarti yang kulihat bukan hantu'', gumannya.
''ajumma!! Apa yang bisa kubantu untukmu?'', tanya donghae.

Wanita itu berlari menghampiri motor donghae seraya terengah.
''antar aku ke rumah sakit! Tolonglah!'', kata wanita itu.
''mweo? Aku harus segera menemui seseorang. Bagaimana jika kau menunggu taksi?'', tanya donghae.
''aku sudah menunggunya sejak 2 jam yang lalu, herannya aku tidak melihat satu taksipun melintas di tempat ini''.


Donghae mengantar wanita itu ke rumah sakit seoul. Ajumma itu tersenyum saat turun dari kendaraan milik donghae.
''gamsahae!'', kata ajumma itu seraya membungkuk mengucapkan terima kasih.

Donghae begitu sungkan saat ajumma itu mengucapkan terima kasih berkali2.
''ajumma, aku tidak melakukan hal yang berarti'', kata donghae.
''terima kasih banyak atas bantuanmu. Tadi aku sudah kehilangan harapan tapi kau berhenti dan mengantarku ke sini. Suamiku terbaring sakit di tempat ini dan tepat dua jam yang lalu, suamiku menutup mata untuk selamanya''.

Donghae begitu terkejut saat mendengar pernyataan ajumma itu.
''ajumma kau pasti saat terpukul tentang hal ini'', kata donghae.
''untuk segala sesuatu ada masanya. Untuk apapun dibawah langit, ada waktunya'', kata ajumma itu.

Donghae berhenti sejenak seraya memandang ajumma itu masuk ke dalam rumah sakit.

*liu liu liu* terdengar sirine mobil ambulance masuk ke halaman rumah sakit. Donghae menoleh ke arah ambulance itu kemudian sejenak melajukan motornya.

''hati2!!'', kata seorang perawat saat sebuah geladak turun dari mobil ambulance itu.
Dongchul yang sudah bersimbah darah terbaring diatasnya dengan sebuah selang oksigen darurat.



=Rumah Jieun=
''mweo jieun pingsan??'', kata shindong yang terlibat perbincangan di telepon.
''ya! Seorang gadis dengan nama lee jieun, kami temukan pingsan di dekat lokasi kecelakaan'', terdengar seorang pria berbicara dari ponsel itu.

Shindong meletakkan gagang telepon itu pada tempatnya kemudian memandang seorang ajumma yang berdiri tidak yang darinya.
''eomma!! Jieun di rumah sakit'', kata shindong.



=Rumah sakit seoul=
Dongchul terbaring di ranjang rumah sakit. Namja itu terluka parah karena benturan yang dialaminya dan sooyeon juga dibaringkan di dekat dongchul. Beberapa dokter dan perawat menangani dongchul dan sooyeon.

Tuan dan nyonya lee masuk ke dalam UGD lalu menangis histeris memandang tubuh putranya.
''dongchul ah, kenapa ini bisa terjadi?'', isak nyonya lee.

Seorang perawat menyuruh tuan dan nyonya lee keluar dari ruang UGD.
''aku sangat khawatir pada kondisi dongchul'', kata nyonya lee seraya memeluk suaminya.
''kau tenanglah!'', kata tuan lee.

Ajeossi itu menuntun nyonya lee untuk duduk di sebuah bangku di depan ruang UGD.


Seunghyun menyusuri koridor rumah sakit dan melihat orang tua dongchul ada di sana.
''paman! Bagaimana keadaan dongchul?'', tanya seunghyun.
Tuan lee hanya menggeleng pasrah.

''ini semua gara2 kau!! Kenapa kau harus tinggal di rumah kami!!'', kata nyonya lee seraya memukul dada seunghyun.

Namja itu terdiam dan membiarkan nyonya lee terus memukulnya.
''kau selalu membuat sial seunghyun ah! Aku benar2 membencimu!'', kata nyonya lee lagi.
''kau jangan menyalahkan seunghyun! Apa yang menjadi kesalahannya?'', tanya tuan lee pada istrinya.

Nyonya lee berhenti memukul seunghyun lalu duduk di kursi dekat pintu ruang UGD.
''kenapa kau membelanya? Seharusnya kau membiarkan seunghyun pergi dari rumah kita'', kata nyonya lee.



=Kantor SM Ent=
Donghae masuk ke kantor SM Ent. Ia melihat seorang petugas kebersihan sedang berdiri tidak jauh darinya.
''dongchul ssi??'', seru lelaki itu terhenyak kaget saat donghae menghampirinya.
''apa ini mimpi! Apa kau hantu??'', ucapnya panik.

''hentikan! Jangan menggigau!'', kata donghae.
''dimana dongchul?'', tanyanya lagi.

Lelaki itu terdiam kemudian memandang donghae dengan seksama.
''apa kau donghae?'', tanya lelaki itu.
Donghae mengangguk.

''beberapa saat yang lalu aku melihat manager choi pergi tergesa2. Apa kau tidak mengetahui apa yang menimpa dongchul dan sooyeon?''.
''wae?''.
''aku mendengar bahwa dongchul dan sooyeon mengalami kecelakaan''.
''mweo??''.



=Keesokan harinya=
Di kamar rawat lain, pada rumah sakit yang sama. Jieun terbaring di tempat tidur dan perlahan membuka matanya. Ia melihat samar2 sebuah ruangan bercat putih. Jieun melihat ibu dan kakaknya duduk di samping tempat tidurnya.
''jieun ah, kau sudah sadar?'', tanya nyonya sila, ibu angkat jieun.
''eomma??'', kata jieun seraya memeluk ibunya.
Gadis itu menangis, ''aku teringat ayah dan ibu. Kecelakaan itu membuatku trauma, aku tidak bisa melihatnya lagi. Aku benar2 takut''.
''jangan khawatir karena kau disini bersama sekarang. Kau aman''.


Nyonya sila keluar dari kamar rawat jieun. Ia berjalan menyusuri koridor rumah sakit seraya merapatkan baju hangatnya.
Seunghyun yang bersandar di dinding dekat ruang UGD melihat nyonya sila dari kejauhan.
Seunghyun mencoba mengingat sosok wanita yang dilihatnya itu. Memori otaknya tergali sedikit demi sedikit.
''eomma??'', ucapnya lirih.

Seunghyun mencoba mengejar ajumma itu. Nyonya lee begitu terkejut melihat sekelebat seunghyun berlari melewatinya.
''aku membencinya!!'', kata nyonya lee.
Tuan lee hanya menggenggam tangan istrinya dan menenangkannya.


Nyonya sila berjalan ke arah taman di depan rumah sakit. Ajumma itu duduk seraya memandang taman bunga yang hanya diterangi oleh sinar lampu.

''seunghyun ah?'', ucap nyonya sila lirih.

Ajumma itu teringat kecelakaan yang menimpanya sewaktu dulu.
''seandainya kau masih hidup, kau pasti menjadi seorang pria yang luar biasa. Jaga ayahmu di surga, jika kau melihat ibu di sini. Ibu berkata *aku mengasihimu seunghyun ah*'', batin nyonya sila seraya meneteskan air mata.

Ajumma itu buru2 menghapus air mata yang mengalir membasahi kedua pipinya.

Seunghyun berlari ke arah taman dan mencari nyonya sila.
''ibu sudah meninggal! Kenapa aku ini? Seunghyun ah, jangan anggap ibumu masih hidup'', batin seunghyun.

''aku tidak bisa melupakan kejadian yang membuatku menjadi yatim piatu'', guman seunghyun.

Flash back
#seunghyun melihat jasad ayahnya terbaring di ranjang rumah sakit. Pihak kepolisian memastikan tidak ada korban yang di temukan lagi.
''uri eomma eodimnikka? (ibuku dimana?)'', kata seunghyun kecil seraya menarik tangan seorang polisi.
''mobil itu hanya ada kau dan ayahmu'', kata polisi itu.
''tidak! Dimana ibuku??''.

Seunghyun kecil terduduk di sudut ruangan itu dan melihat seorang yeoja kecil menangisi jenasah orang tuanya.
''eomma? Appa??'', ucap gadis kecil itu.#end.

Seunghyun pov
*sejak saat itu, aku tidak pernah melihat gadis kecil itu lagi. Nasibnya sama denganku, kehilangan dua orang yang paling dicintai. Apa dia menjadi seorang yang malang sepertiku? Aku teringat saat gadis itu berkata-pria tidak boleh menangis- tapi saat itu aku benar2 menangis dihadapannya dan tidak bisa kuhentikan. Saat ini aku berharap ibu masih hidup. Aku tidak melihat jenazahnya dan itu lebih baik karena aku masih memiliki harapan bahwa ibu masih hidup*end.


Donghae menyusuri koridor rumah sakit. Namja itu mencari ruang UGD kemudian melihat ayah dan ibunya di sana.
''bagaimana kondisi dongchul dan sooyeon?'', tanya donghae panik.
''kau lihat bagaimana kecelakaan itu bisa merenggut keselamatan seseorang sewaktu2? sekarang hal itu menimpa saudaramu?'', tanya nyonya lee.
''kenapa bicaramu melantur?'', tanya tuan lee pada istrinya.
''mulai sekarang kau harus berhenti menjadi pembalap!! Aku tidak ingin kau bernasib sama seperti dongchul''.
Donghae memeluk ibunya, ''maafkan aku karena selalu membuat ibu cemas''.


Di dalam kamar perawatan jieun,
''oppa, dimana pialaku?'', tanya jieun.
''pialamu baik2 saja!'', kata shindong seraya menunjuk sebuah piala yang ada di dekat meja.
''oppa, apa kau tahu korban kecelakaan itu selamat atau tidak?''.
''aku hanya memikirkanmu, jieun ah. Aku berjanji, jika kau sudah pulih kita akan menjenguk bersama. Aku harap mereka selamat''.
''mereka?''.
''aku belum memastikan dengan benar. Aku hanya tahu dari seorang polisi, katanya korban kecelakaan itu ada dua orang. kecelakaan itu terjadi karena sang sopir ingin menghindari sesuatu''.
''Oh, kita tidak tahu apa yang terjadi di jalan raya. Kita harus berhati2. Uhm, kenapa ibu lama sekali?'', tanya jieun seraya menoleh ke arah pintu.



=Taman rumah sakit seoul=
Nyonya sila merasa hatinya sudah kembali tenang. Ia berniat kembali ke kamar jieun.
Ajumma itu memandang jalan yang berada belakang bangku yang diduduki seunghyun.
Nyonya sila hanya melihat punggung seunghyun kemudian berjalan melewatinya.

Namja itu melihat ke arah lain, kenangan lamanya kembali muncul saat tuan lee mengadopsinya ketika berada di sebuah panti asuhan. Walau ia diadopsi sejak kecil oleh keluarga lee, seunghyun enggan menyebut tuan dan nyonya lee sebagai ayah dan ibunya. Hal itu membuat nyonya lee semakin tidak menyukai seunghyun karena ia merasa namja itu tidak menghargainya.

''boleh aku duduk di dekatmu?'', seorang ajumma berdiri di belakang bangku seunghyun.
Namja itu menoleh dan melihat seorang wanita dengan rambut yang sudah memutih berdiri di sana. Seunghyun mengangguk kemudian mempersilahkan wanita separuh baya itu duduk di sampingnya.
''apa yang kau pikirkan?'', tanya ajumma itu.
''oh gwaenchanayo. Aku hanya sedang merenungkan hidup, saudaraku terbaring lemah di ruang operasi. Ini adalah hal yang sulit ku terima, ini membuatku begitu tertekan. Uhm, ajumma apa yang kau lakukan disini?'', kata seunghyun.
''menikmati matahari''.

Seunghyun mengernyitkan dahinya saat mendengar jawaban wanita itu.
''ajumma, kau tidak akan bisa melihat matahari di malam hari'', kata seunghyun.
''aku tidak berkata melihat matahari. jika besok pagi kau tidak melihat sinar matahari, itu tidak berarti kita kehilangan matahari. Matahari tetap ada diatas sana, hanya sekumpulan awan menutupi langit diatasmu dan membuat hari2 kita mendung dan gelap. Jika malam ini kau melihat didalam gelap, bukan berarti matahari menghilang dari peredarannya, ia tetap ada disana dibelahan bumi lain dan kita hanya perlu menunggu matahari di fajar yang baru untuk melihat sinarnya'', kata wanita itu.
''jika kau merasa harimu gelap dan berkabut, jangan menyerah karena itu bukan akhir dari segalanya. Matahari sukacita tetap ada di dalam hatimu, hanya segumpal awan kedukaan sedang menyelubungi hatimu. Kau hanya perlu melupakan awan itu agar matahari sukacita bersinar lagi. Ingatlah, ketika disini mendung dan gelap, dibelahan bumi lain masih ada terang dan terik dari matahari yang sama. Kau hanya perlu terus berjalan dan jangan berhenti hingga sampai di tempat yang cerah berpengharapan'', kata wanita itu lagi kemudian tersenyum memandang seunghyun.
''tapi saat ini aku benar2 dalam masa sulit. Bertahun2 aku hidup dengan seseorang yang begitu membenciku'', kata seunghyun.
''jika engkau bertemu seseorang yang kau pikir tidak baik, bukan berarti tidak ada kebaikan dalam dirinya. Walaupun ada sekumpulan awan kemarahan, salah pengertian dan kekosongan menyelimuti hatinya. Doakanlah dan harapkanlah supaya awan gelap itu berlalu dari hatinya''.
''bagaimana dengan saudaraku itu? Dan saudaraku yang lain, saat ini mereka sangat putus asa dan hal yang ku benci adalah aku tidak bisa melakukan apapun selain dengan duduk diam di sini''.
''jika engkau melihat saudaramu dalam keputus-asaan dan kesedihan yang mendalam, temani dan dampingilah dia. Tugasmu adalah menjadi sahabat di kala gelap sampai fajar pengharapan terbit dalam hatinya''.


Tidak lama kemudian, dokter yang menangani dongchul keluar dari ruang UGD. Nyonya lee berlari mendekati dokter itu.
''dokter, bagaimana kondisi dongchul?'', tanya nyonya lee.

Dokter itu menghela nafas panjang, ''lukanya terlalu parah, benturan akibat kecelakaan itu membuat pendarahan di bagian kepalanya. Maafkan kami, Kami tidak bisa menyelamatkan nyawa putramu''.
''tidakkkkkk!!!!'', nyonya lee berteriak histeris.

''apa kau ingin katakan dongchul meninggal?'', tanya donghae.
Dokter itu mengangguk, ''maafkan kami''.

Donghae mencengkram krah baju dokter itu, ''kembali masuk dan buat dongchul kembali hidup! Bukankah kau seorang dokter?''.
''dokter tidak bisa menghidupkan orang yang sudah mati'', jawab dokter itu.
''apa yang bisa kulakukan untuk membuat dongchul tetap hidup? Jantungku atau apa yang aku miliki?''.
Dokter itu memandang donghae kemudian menggeleng.

Tuan lee mencoba menyikapi hal itu secara bijaksana walau hatinya tidak karuan mendengar berita bahwa dongchul meninggal.
''bagaimana dengan sooyeon?'', tanya tuan lee.

Donghae melepas cengkraman tangannya lalu tertunduk menghadap ke dinding.

''Kami dapat mengatasi luka sooyeon. Tidak ada luka yang berarti pada gadis itu. Jangan khawatir'', kata dokter itu.


Donghae berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan linglung.
*plukkk* jaket yang dibawanya terjatuh di lantai.

''hei, kau menjatuhkan jaketmu'', kata seorang namja saat melihat jaket yang dibawa donghae terjatuh.

Donghae menoleh dan melihat shindong berdiri di sana dengan tongkatnya.
''mweo? Bukankah kita pernah bertemu sebelum ini?'', tanya shindong saat mengenali sosok donghae.

Donghae terdiam kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan shindong.

Shindong memungut jaket milik donghae kemudian berjalan cepat dengan tongkatnya untuk mengejar donghae.
''apa ada hal buruk menimpamu?'', tanya shindong.
''sepertinya lebih buruk dari apa yang aku alami. Adikku di rawat di rumah sakit ini, bagaimana denganmu?'', tanya shindong lagi.
''aku kehilangan separuh yang berharga dalam hidupku. Hatiku benar2 hancur!'', kata donghae.
''mweo?''.
''jaga adikmu dengan baik. Agar ia sembuh dan melihatmu disampingnya''.
''terima kasih. Tuhan bisa menyembuhkan hati yang hancur. Datang padaNya dan berdoalah. Berdoa itu gratis dan banyak manfaatnya''.
Donghae tersenyum dan shindong mengembalikan jaket itu pada donghae.
''jika aku meminta untuk membuatnya kembali hidup, apa Tuhan akan mengabulkannya?'', tanya donghae.
''Jangan meminta pada Tuhan apa yang menurutmu baik, tapi mintalah apa yang terbaik dari Tuhan untuk diperbuatNya dalam hidupmu''.



=Tempat Pemakaman Dongchul=
Donghae dan seunghyun memakai pakaian serba hitam karena perkabungan meninggalnya lee dongchul, saudara kembar donghae.
Seunghyun melihat pusara dongchul, namja itu menahan diri untuk tidak menangis. Hanya dongchul yang benar2 tulus menerima seunghyun di dalam keluarga lee.

**jika engkau merasa mataharimu terlalu terik bersinar dan terlalu menyengat. Ingatlah mereka yang sedang dilanda mendung dan berkabut hidupnya. Bagikanlah sinarmu untuk menghangatkan mereka**
Seunghyun teringat ucapan wanita setengah baya yang duduk bersama dirinya di taman rumah sakit. Ia memandang keluarga lee yang begitu terpukul atas meninggalnya dongchul.

Donghae begitu terpukul dengan meninggalnya dongchul. Tidak terpikir oleh donghae bahwa dongchul akan meninggalkannya secepat itu. Senyuman saudara kembarnya itu tidak bisa ia lupakan.
Donghae melihat ibunya menangis tersedu di dekat pusara dongchul.
''ibu sangat terpukul. Hal yang berharga milik ibu sekarang sudah tidak ada lagi. Tapi, aku tidak bisa berlama2 melihat ibu berduka'', batin donghae.

''aku akan membuat diriku saat ini menjadi seperti dongchul. Untuk ibu dan juga sooyeon'', kata donghae dalam hati

(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will))

@ tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar