Green  Pencil

Selasa, 27 Agustus 2013

FF Seoul Police Story *11

Judul: Seoul Police Story
Genre: Action, Romance, Comedy
Part: 1-16
Cast:
Cha Na Mi (You)
Lee SeungRi (BigBang)
Choi Siwon (Super Junior)
Park Gyuri (Kara)
Ost: Xiah Junsu - Too Love

Part *11

Di sisi lain taman kota seoul, Gyuri duduk di samping seungri. Wajahnya tampak berbinar seolah ia melihat sesuatu yang indah.
''apakah nami akan datang?'', tanya gyuri.
''dia pasti datang'', jawab seungri.

*tap tap tap* Scene tersorot pada langkah kaki nami dan siwon.
(Ost: xiah junsu - too love)

Gyuri mengangguk, ''apa kau sudah melihat nami?''.
''aniyo! Sebentar lagi''.

Nami melihat seungri duduk dengan gyuri di sebuah bangku taman kota kemudian ia datang menghampiri dua orang itu.

Dari kejauhan, Siwon melihat seorang gadis yang mirip dengan gyuri duduk di sebuah bangku taman. Saat hendak memperhatikan dari dekat, ponsel di sakunya berdering.

''yeoboseyo?'', jawab siwon seraya tetap memperhatikan yeoja itu dari kejauhan.
''inspektur choi, hari ini kau ada jadwal patroli lapangan. Segera kembali ke kantor sekarang'', kata rekan kerja siwon di departemen kepolisian.
''oh, ne. Jankkanman juseyo. Aigoo, kenapa aku bisa lupa?''.

*Glotakk* ponsel siwon terjatuh karena ia menyelipkan di saku celananya dengan terus memperhatikan tempat lain. Siwon meraih ponselnya, ''untung tidak rusak!''.

Namja itu mengusap casing handphonenya kemudian menoleh ke arah bangku itu, namun gyuri sudah tidak ada disana.
''Apa aku salah lihat? itu bukan gyuri. Gyuri tidak melihat, tidak mungkin dia pergi seorang diri'', guman siwon.

Ternyata, Gyuri sedang jongkok meraba rerumputan mencari ponselnya yang terjatuh saat seungri sedang menghampiri nami.
Seungi dan nami berjalan beriringan menemui gyuri. Yeoja itu melihat gyuri sedang mencari sesuatu di rerumputan.
''apakah kau mencari ponselmu?'', tanya nami.

Nami mengambil ponsel gyuri dan memberikannya pada gadis itu lalu membantunya berdiri.
''nami ah gomaweo'', kata gyuri tersenyum.


Disisi lain taman kota, Siwon berdiri di samping mobilnya lalu menoleh ke arah taman kota. Siwon berniat memastikan gadis yang ia anggap sebagai gyuri itu. Namun setelah berjalan beberapa langkah, ia mengurungkan niatnya dan kembali ke mobilnya. Tidak lama kemudian, mobil siwon melaju dari tempat itu.


Nami duduk di samping gyuri sedangkan seungri berdiri tidak jauh dari tempat gyuri dan nami duduk. Seungri terus memperhatikan apa yang dibicarakan oleh dua gadis itu. Ia berusaha memahami gerak bibir gadis itu karena gyuri ingin berbicara empat mata dengan nami.

''nami ah gomaweoyo'', kata gyuri.
''kau sudah mengucapkan terima kasih padaku berkali2 sampai aku tidak bisa menghitungnya dengan jari'', kata nami.
''tolong jaga siwon untukku, jangan biarkan hatinya terluka, arasseoyo?''.
''eung! Aku akan berusaha, aku minta maaf jika nantinya membuat hati siwon berubah. Kita tidak akan tahu bagaimana perasaan orang untuk waktu yang akan datang''.

Mendengar hal itu, gyuri tampak terkejut,
''apa maksudmu? ingatkan tentang aku padanya. Aku akan memberitahumu beberapa hal untuk kau lakukan'', kata gyuri.
''Arasseo, malhaebwa (baiklah, katakan saja)'', kata nami.

Gyuri bercerita panjang lebar memberitahukan hal2 yang tidak diketahui nami sebelumnya dan yang dilakukan yeoja itu pada siwon nantinya.
''ya! Ya! Aku mengerti!'', kata nami.
''nami ah, aku hanya menitipkan hati siwon padamu. Aku harap kau tidak melakukan hal lain yang bisa membuat hati siwon berubah. Apa kau bisa melakukannya untukku?'', kata gyuri.
''ne! Aku akan mencobanya. Mungkin aku tidak sepintar kau, tapi kau bisa percaya pada kemampuanku''.
''aku berusaha secepatnya kembali dari jepang dengan keadaan bisa melihat lagi''.

Nami beranjak lalu melihat seungri dari kejauhan kemudian membungkukkan badannya memberi salam.

Yeoja itu berjalan keluar dari komplek taman kota lalu berdiri di sebuah halte bus.
''aku tidak tahu apa yang terjadi denganku nantinya'', guman nami.

Ponsel nami berdering, *seungri calling*
''yeoboseyo?'', jawab nami.
''kenapa kau pergi tanpa berkata apapun padaku?'', tanya seungri.
''karena tidak ada yang perlu ku katakan padamu. Apa kau ingin aku bertanya *bagaimana kabarmu? Apa kau sudah makan? Bagaimana dengan hubungan kita?*''.

Seungri tertegun, tidak lama kemudian memutuskan sambungan teleponnya.
(Ost Kim si jin - Geudaereul sarang hamnida - ost mr goodbye)

''ketika aku bersama nami sepertinya aku tidak layak disebut sebagai seorang pria. Aku tidak bisa menjaga hatinya. Tidak ada seorang priapun yang merelakan gadis yang ia cintai, mencintai pria lain'', batinnya.

Seungri berlari keluar dari taman kota dan berusaha mencari nami. Ia melihat yeoja itu berdiri di dekat halte bus.
''nami ah, apa yang kau lakukan nantinya tidak akan mempengaruhi perasaanmu kan? Aku takut kau akan terluka'', kata seungri.
''kalau kau takut membuatku terluka, kenapa kau membiarkan ini terjadi padaku?'', tanya nami.
''cinta sejati setulus2nya, itulah yang aku inginkan terjadi dalam hidupku! Aku tidak ingin menganggapmu jahat, jadi pergilah sebelum kau membuatku marah!''.
''Sebuah kesetiaan tidak mudah untuk dibuktikan. Hanya waktu yang mampu membuktikannya. tahun yang panjang dalam kebersamaan yang tiada putus. kesetiaan yang bertahan di tengah segala perubahan dan tak goyah oleh terpaan tragedi hidup''.

Nami memandang seungri, ''aku akan membuktikannya! Sekarang kembalilah pada gyuri, dia membutuhkanmu''.

Seungri mengangguk kemudian berbalik ke arah taman kota. Sebuah bus berhenti di dekat nami, namun yeoja itu tidak masuk ke dalam bus malah berjalan menyusuri jalanan kota seoul.


Beberapa menit berjalan, Nami melihat seorang ajeossi hendak melayangkan tinju pada seorang kakek. Ajeossi itu sedang mencengkram krah baju si kakek. Nami berlari menghampiri mereka agar tidak ada hal buruk menimpa kakek itu.

''Polisi metropolitan kota seoul. Brigadir cha nami!'', seru nami seraya menunjukkan kartu anggotanya.

Ajeossi itu melepaskan cengkramannya dari krah baju kakek itu.
''nona! Bagaimana bisa kakek ini meminta uang dariku'', kata ajeossi itu.
''wae?'', tanya nami pada kakek itu.
''aku membantunya memperbaiki mobil dan wajar saja jika aku meminta uang padanya'', kata kakek itu.

Nami memperhatikan mobil yang terparkir di dekat sana.
''bagaimana bisa kakek ini meminta uang padaku 100 ribu won? Dia hanya menyentuh2 kabel saja, kenapa aku harus membayarnya mahal. Tidak masuk akal!'', protes ajeossi.
''kenapa aku minta 100 ribu won? Karena upah menyentuh kabel sebesar 2000 won dan upah menemukan bagian kabel yang tepat untuk disentuh 98 ribu won, jika kau keberatan dengan biayanya, aku akan mengembalikan kerusakan mobilmu''.
''Uhm ajeossi, hanya menyentuh kabel itu pekerjaan mudah. Tapi menemukan bagian yang tepat untuk disentuh itu adalah pekerjaan sulit. Setidaknya kita belajar menghargai kemampuan orang, tidak semua hal bisa dibayar dengan pujian dan ucapan terima kasih saja'', kata nami.

Ajeossi itu terpaksa memberikan uang 100 ribu pada kakek itu.
''terima kasih nak!'', kata kakek itu.
''Uhm cheonmaneyo harabeoji!'', kata nami.
''aku harus cepat pulang. Aku ingin mengajak istriku jalan2 dengan uang ini''.
''pasti istri anda akan kecewa jika kakek pulang terlambat''.
''aniyo! Istriku mengidap alzeimer, dia tidak mengenaliku lagi''.
''anda tetap merawatnya walau istri anda tidak mengenali anda lagi, itu luar biasa!''.
''istriku memang tidak mengenaliku tapi aku masih mengenalinya! Cinta dibuktikan oleh waktu''.
Nami tertegun kemudian teringat ucapan seungri saat di halte bus dekat taman kota.



=Disisi lain kota seoul=
Siwon bersama rekan kerjanya sedang melakukan patroli lapangan.Ia melihat seorang namja muda sedang dipukuli oleh sekelompok anak laki2 yang masih mengenakan seragam sekolah.

Siwon menghentikan mobil patrolinya lalu menghampiri namja muda itu dan melerai perkelahian mereka yang tidak seimbang.
''hentikan!'', teriak siwon seraya mendorong beberapa pemuda itu.

Pemuda itu terkejut saat melihat pria berseragam polisi melerai mereka.
''apa kesalahan anak ini sehingga kalian memukulnya?'', tanya siwon.
''dia mengambil uang kami! Apakah salah, kami memukulinya biar dia jera?'', jawab salah seorang dari kelompok anak muda itu.
''bohong! Aku tidak mencuri uang mereka. Mereka yang mencuri uangku''.


Siwon membawa namja2 yang berkelahi itu ke kantor polisi terdekat.
''siapa namamu?'', tanya siwon pada anak lelaki yang sudah babak belur wajahnya.
''yochun, park yochun!'', jawab anak muda itu.
''aku tidak mencuri uang mereka, percayalah padaku. Mereka yang mencuri uangku, apa aku salah mengambil uangku kembali?'', kata yoochun lagi.

Siwon menghampiri geng namja muda yang memukuli yoochun itu.
''apapun alasan kalian, yang kalian lakukan itu adalah tindakan kriminal'', kata siwon.

Geng itu tetap mengakui bahwa mereka tidak mencuri uang yoochun.
''aku bisa memasukkanmu ke dalam penjara, itu berarti kau akan dikeluarkan dari sekolahmu'', kata rekan siwon yang lain.

Masing2 dari kelompok geng itu saling memandang dan raut mukanya berubah gelisah.
''katakan pada kami, apa alasanmu?'', kata siwon.
''apa jika kami mengaku semuanya, kami tidak akan masuk penjara?'', kata salah seorang dari geng itu.
''ne! Jika kalian lakukan hal yang sama lagi, kalian akan tinggal didalam penjara dengan waktu yang lama''.
''ya, kami mengambil uangnya!''.

Mendengar geng itu mengakui kenyataan sebenarnya, yoochun tersenyum lega.
Kelompok geng itu keluar dari kantor polisi dan yoochun menghampiri siwon yang akan masuk ke dalam mobil patrolinya.
''lalu siapa yang mengganti uangku?'', tanya yoochun.
''mweoya?'', kata siwon lalu menutup pintu mobilnya.
''Kau tidak meminta uangku kembali. Apa kau bisa mengganti uangku? 8 ribu won'', kata yoochun sambil menengadahkan tangannya.
''kau meminta ganti padaku?''.

Yoochun mengangguk. Siwon mengambil 8 ribu won dari dompetnya lalu memberikannya pada yoochun.

Yoochun menoleh ke seberang jalan, dilihatnya nami sedang asik menyusuri jalanan seoul dengan kedua telapak tangan dimasukkan pada saku celananya.
''nuna! Nuna!'', panggil yoochun dengan suara keras.

Yoochun memanggil nami sekali lagi lalu melambaikan tangan. Nami menoleh ke arah yoochun lalu membalas melambaikan tangan.

Siwon menengok dari dalam mobilnya. Dilihatnya, nami menyeberang dan berjalan ke arahnya.
''nami menemuiku? Tidak ku sangka, dia tahu aku ada didalam mobil'', guman siwon yang mengira nami menemui dirinya.

Siwon keluar dari mobilnya lalu menemui nami.
''mweo? Inspektur choi?'', kata nami terkejut melihat siwon ada di sana.
''Wae? Bukankah kau akan menemuiku?'', tanya siwon.

Nami menggeleng lalu yoochun mendekatinya.
''nuna, namja ini memberiku 8 ribu won'', kata yoochun.
''hey, namja ini punya nama. Kau bisa memanggilnya dengan siwon hyeong, arasseo?'', kata nami.

Yoochun mengangguk, ''gomaweo siwon hyeong''.

Siwon tersenyum lalu menatap nami dan gadis itu membalas senyumannya.
''apa kau pernah menolong seseorang yang sangat berharga untukmu, inspektur choi?'', tanya nami.
''waktu itu saat aku kelas 2 sma. Gyuri pernah diganggu sekelompok anak lelaki, dia dipukuli hingga lebam lalu aku menolongnya dan.. uhmm sudahlah aku akan melanjutkan patroliku'', kata siwon lalu masuk ke dalam mobil.

''tahap pertama sudah dimulai'', batin nami.

Siwon membuka kaca jendela mobilnya.
''siapa anak ini? Kenapa kau bisa mengenalnya?'', tanya siwon.
''dia adikku. Selamat berpatroli inspektur, 813'', jawab nami lalu memberi hormat.

Nami berjalan seraya menggandeng tangan yoochun dan siwon masih mengamati nami dari kejauhan.
''namdongsaeng? nami terbiasa mengaku2 semua orang adalah saudaranya'', kata siwon lalu tersenyum sendiri.

Tidak lama kemudian, mobil patroli namja itu melaju.



=malam hari, rumah seungri=
Perawat pribadi gyuri menyiapkan beberapa helai pakaian dan dimasukkan ke dalam koper. Seungri masuk ke kamar gyuri dan meletakkan sebuah paspor didekat koper milik yeoja itu.
''kapan kau siap berangkat gyuri ah?'', tanya seungri.
''besok. Seungri ah, terima kasih banyak'', jawab gyuri.
''segeralah kembali ke seoul''.

Gyuri mengangguk, ''aku akan kembali dengan mata yang bisa melihat lagi''.
(ost taeyeon snsd- if instrumen)

''ya aku percaya'', kata seungri seraya menepuk bahu gyuri.



=Rumah yoochun=
Minyoung menghampiri nami dengan membawa buku gambarnya.
''eonni, apa gambarku bagus?'', tanya minyoung sambil menunjukkan gambar kue ulang tahun buatannya.
''sangat bagus'', kata nami seraya mengacungkan jempolnya.
''eomma ulang tahun, apa nanti eonni mau membangunkanku pukul 12?''.
''jeongmalyo? Kalau begitu apa kau mau eonni buatkan sup rumput laut?''.

Minyoung mengangguk lalu memeluk nami, ''gomaweo nami eonni''.
''ne, cheonmaneyo''.



=di sebuah supermarket=
Nami masuk ke sebuah supermarket tidak jauh dari tempat tinggal yoochun. Diambilnya beberapa bungkus rumput laut kering, daging sapi dan juga beberapa sayuran.

Nami keluar dari supermarket sambil membawa kantong berisi belanjaan. Ia kemudian mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.

''yeoboseyo seungri ah?'', kata nami.
''Apa kau masih di rumah yoochun?'', tanya seungri.
''ne! Aku ingin bertemu denganmu, apa kau ada waktu?''.
''ne, jamkkanman gidaryeo!''.
*klik*


Nami duduk di bangku depan supermarket sambil memainkan kakinya. Sebuah mobil berhenti di depan supermarket. Nami tersenyum melihat seungri keluar dari mobil itu.
''maaf membuatmu datang menemuiku malam2 seperti ini'', kata nami.
''aniyo! Kau bicara seperti itu seolah kau tidak pernah mengenalku'', kata seungri.
''orang yang ada didekatmu belum tentu kau mengenalnya, mungkin saja kau hanya sekedar tahu kan?''.
''bagaimana denganmu? Apa kau mengenalku?''.

Nami mengangguk. Seungri melihat barang belanjaan milik yeoja itu.
''oh ini aku akan memasak'', kata nami karena seungri melirik ke kantong belanjaannya.
''sepertinya kau sudah mengerti apa yang aku pikirkan'', kata seungri penasaran.
''karena aku melihat kau melirik kantong belanjaanku''.

*glegerrrrr breeeesssss* Hujan tiba2 turun, nami dan seungri saling memandang lalu masuk ke supermarket tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
Seungri membeli dua cup mie ramen dan mengisinya dengan air panas lalu memberikan satu cup pada nami.

''gomaweo'', kata nami lalu membuka plastik sumpit yang ada di mejanya.

Seungri duduk di samping nami dengan meja menghadap ke arah luar dan melihat hujan masih sangat deras.

''saat2 seperti ini, membuatku sangat merindukan kampung halamanku'', kata nami.
''ya, aku ingat saat aku bertemu denganmu, kau menyelamatkan nyawaku di tengah hujan deras dan kau hampir menciumku'', kata seungri lalu menikmati helaian mie yang ada di sumpitnya.
''aku tidak menciummu, aku hanya memberimu nafas buatan. Aiss!!''.
''apa kau ingat kapan ciuman pertamamu?''.
''aku tidak ingat!! Sudahlah sekarang makan mie mu'', seru nami dengan mulut penuh mie.

Seungri menepuk punggung nami hingga membuat yeoja itu tersedak.
''uhuk uhuk!'', nami tersedak sambil menunjuk ke arah mulutnya.

Seungri menyadari isyarat yang diberikan nami untuk membeli minum.

Seungri memberikan sekaleng bir kemudian Nami meneguknya hingga tidak bersisa lalu menepuk dadanya.
''aku harus pulang'', kata nami lalu beranjak membawa kantung belanjaannya.

Seungri bergegas membeli payung lalu menyusul nami. Hujan sangat deras, nami dan seungri berbagi payung. Seungri mencengkram bahu yeoja itu untuk lebih merapat. Nami menoleh ke arah tangan seungri yang ada di bahunya itu.
''Aku tidak ingin kau kehujanan karena bisa membuatmu masuk angin'', kata seungri.
''eung! Gomaweo'', nami mengangguk.


Seungri melangkah ke arah mobilnya dan nami menghentikan langkahnya.
''aku akan jalan kaki saja, rumah yoochun tidak jauh dari sini'', kata nami, *bow*.
''kalau begitu aku akan mengantarmu sampai rumah. Gaja!'', kata seungri.


Seungri dan nami menyusuri gang kecil ke arah rumah yoochun.
''kapan gyuri berangkat ke jepang?'', tanya nami.
''besok, kapan kau kembali ke rumah siwon? Namja itu sangat mengharapkan kau kembali'', kata seungri.

Seungri:
#aku benar2 khawatir, siwon bersikap lebih pada nami, walau namja itu terkesan galak padanya tapi mata siwon aku bisa melihatnya, aku seorang pria sama seperti siwon dan aku sangat mengerti apa yang ada di hatinya. Aku tidak tahu bagaimana nami menyikapi semuanya#end.


''aku tidak tahu apakah akan kembali ke rumah siwon atau tidak. Aku juga tidak tahu apa yang harus aku lakukan setelah ini'', kata nami.
''apapun yang kau anggap baik, aku akan mendukungmu'', kata seungri.
Nami menoleh ke arah seungri lalu namja itu tersenyum padanya.

''apa mencintai pria yang tidak kusuka itu baik menurutmu, seungri ah?'', batin nami.



=Didepan rumah yoochun=
Seungri mengantar nami sampai di teras rumah yoochun.
''seungri ah, apa tidak sebaiknya kau tetap disini menunggu hujan reda?'', tanya nami.

Minyung keluar menyambut kedatangan nami.
''eung, seungri oppa??'', katanya lalu mendekati seungri.

Seungri sedang membersihkan rambutnya yang basah, lalu menyibaknya dengan jari2nya. Mendengar minyung memanggilnya, seungri menoleh lalu tersenyum.
''kau belum tidur?'', tanya seungri.
Minyoung menggeleng, ''aku menunggu kakak kerang pulang''.
''minyung ah, eonni tidak selamanya tinggal disini. Jangan menungguku seperti ini'', kata nami.
Minyung terlihat kecewa kemudian berlari masuk ke dalam rumah.
''minyung masih kecil, kau tidak perlu berbicara seperti itu'', kata seungri.

Nami manyusul minyung masuk ke dalam rumah, dilihatnya gadis kecil itu bersembunyi didalam selimut.
''minyung ah, maafkan aku'', kata nami.

Minyung yang masih terjaga dibawah selimutnya hanya terdiam.
''minyung ah, buka selimutmu. Kau tidak boleh marah padaku sampai matahari terbit'', kata nami lalu beranjak dari tempat tidur minyung.

Minyung mendengar langkah kaki nami semakin jauh lalu membuka selimutnya.
''jika bisa ku lakukan aku ingin menahanmu pergi, eonni'', guman minyung.

Seungri duduk di samping ibu yoochun yang hobi memandang atap rumah lalu tersenyum sendiri. Ibu yoochun tidak memperhatikan siapapun yang berbicara padanya. Kepedihan masa lalu membuatnya benar2 tidak ingin merasakan apapun termasuk kasih sayang.

''Ajumma, kau terlihat semakin sehat. Yoochun dan minyung sangat mengasihmu, kau beruntung. Jangan kau ingat masa lalu yang kau anggap itu pahit, tolong diingat hidup sangat berharga'', kata seungri.
Ibu yoochun menoleh, ''jeongmalyo?''.


Melihat ibunya mau berbicara lagi, yoochun yang berdiri di dekat pintu kemudian menangis.
Saat memalingkan muka untuk menghapus air matanya, nami sudah berdiri di belakang namja muda itu.
Nami tersenyum lalu mengusap rambut yoochun.
''ibuku sudah mau berbicara, apa kau mendengarnya?'', ucap yoochun lirih.

Nami menengok dan melihat seungri sedang duduk di samping ibu yoochun.
''Ajumma, kau punya anak yang pertama yoochun, dia sangat tampan dan pintar. Yang kedua minyung, dia sangat cantik dan memiliki kepribadian yang manis'', kata seungri.

Ibu yoochun menyunggingkan senyumnya, ''aku sudah mempunyai anak?''.
Seungri mengangguk, ''ya, dua anak yang luar biasa!''.


Nami terus memperhatikan seungri yang melakukan pendekatan pada ibu yoochun.
''hidupmu tidak akan berubah hanya dengan memandang langit2 rumah seperti ini. Bintangmu ada didalam diri yoochun dan minyung'', kata seungri.


Malam semakin larut, Seungri duduk di ruang tengah di dekat minyung dan yoochun tidur.
''seungri ah, kau menginaplah disini. Ini sudah sangat malam'', kata nami.
Seungri mengangguk, ''ne! Guraeyo! Tapi kau tidak berharap tidur di dekapanku kan?''.
''Ah, apa yang kau katakan? Aku tidak menginginkannya! Tidurlah diluar!!''.


Nami tidur di sebelah minyung sedangkan seungri tidur di samping yoochun.
''annyeonghi jumuseyo'', kata nami lalu memejamkan matanya.

Tidak lama kemudian, suasana rumah itu menjadi sangat sepi. Semua sudah tertidur kecuali seungri. Namja itu beranjak dari tidurnya dan mendekati nami. Perlahan tangannya terulur untuk membelai wajah nami, namun ketika jarinya sudah dekat di wajah yeoja itu, seungri menarik kembali tangannya.

Seungri membuka pintu rumah yoochun, mengenakan sepatunya kemudian berlalu dari tempat itu.

Keesokan harinya,
Nami terbangun dari tidurnya dan menengok tidak seungri di sana.
''eonni, apa ini sudah pagi? Kau tidak membangunkan aku jam 12?'', kata minyung seraya mengusap matanya yang masih terlihat ngantuk.
''aniyo! Kalau aku membangunkanmu jam 12, kau akan terlambat bangun pagi'', kata nami kemudian mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.



=Rumah siwon=
Ponsel di meja kamar siwon berdering, namja yang masih tertidur pulas itu risih mendengar dering ponselnya. Siwon menyibakkan selimutnya lalu mengambil ponsel itu.
''yeoboseyo?'', jawab siwon.
''annyeong haseyo inspektur choi'', terdengar suara nami dari ponsel nami.

Siwon yang masih setengah ngantuk itu terbelalak.
''ada apa menelponku pagi2?''.
''ayo olahraga. Tuwaga tuwaga, apa kau tidak takut perut six pack mu itu mengendur?'', kata nami.
''aiss, kau bicara seperti seperti kau pernah melihat perutku saja''.

Cling* Siwon teringat saat dirinya masih bersama gyuri, gadis itu selalu membangunkannya setiap pagi untuk olahraga.

Siwon memasang headset ponselnya lalu berjalan ke taman belakang rumah dan melakukan olahraga kecil seperti joging dan push up.
''sudah 15 menit push up. Itu cukup, sekarang bersiaplah bekerja'', kata nami.
''jangan tutup ponselnya dulu'', kata siwon.
''mweo??''.
''temani aku mandi. Kau belum melihat perut six pack ku kan?''.
''aiss!!''.
''uhm gomaweo gyuri ah''.
''mweo??''.
''oh maksudku kau cha nami''.



=rumah yoochun=
Nami tersenyum seraya menutup ponselnya. Kemudian, Minyung menarik baju nami.
''eonni, antar aku ke sekolah'', kata minyung.
Nami mengangguk, ''jamkkanman, aku akan bersiap dulu''.
''tadi kau menelpon siapa? Itu sangat lama!''.

Nami sudah bersiap dengan pakaian dinasnya kemudian yoochun menghampiri nami dengan membawa kantong belanjaannya.
''nuna, bagaimana dengan sup rumput lautnya?'', tanya yoochun.
''nanti waktu jam makan siang, kita akan merayakan ulang tahun eomma mu, eotteohke?'', kata nami.
Yoochun mengangguk.

Nami menunggu minyung didepan rumah. Gadis kecil itu sedang mengenakan sepatu lalu mengambil tas ranselnya.

Di jalan, minyung melompat dengan memainkan kakinya, tangannya menggandeng erat tangan nami.

''eonni, apa kau dan seungri oppa itu seperti ini'', kata minyung lalu menarik genggaman tangannya dan membentuk love dengan jari jemarinya.
''siapa yang mengajarimu? Kau masih sangat kecil, apa kau tahu arti tanda ini?'', tanya nami seraya membentuk tanda love dengan jarinya.
''sarangeul arraseo (aku sudah mengerti cinta)''.
''mweo?''.
''apa cinta eonni kepada seungri oppa sama seperti cintamu padaku?''.
''ya hampir sama. Ayo kita harus lebih cepat agar kau tidak terlambat''.
''eung''.



=Departemen kepolisian=
Nami bergegas masuk ke dalam lift yang sudah penuh sesak, tiba2 siwon muncul dan masuk ke dalam lift yang sama.
*tuuuuuuttt lift kelebihan muatan, silahkan kurangi beban* Terdengar suara alarm dari dalam lift.

Semua orang saling menoleh secara tidak langsung menyuruh salah satu dari mereka keluar dari lift.
Nami keluar dari lift dan siwon menyusul yeoja itu. Tidak lama kemudian, pintu lift tertutup. Nami memilih melewati tangga darurat.


''kau memilih hal yang sulit. Naik tangga lebih melelahkan'', kata siwon.
''kadangkala hal yang melelahkan seperti ini bisa membuat hatimu senang. Jika kau naik ke 1000 anak tangga tapi dengan orang yang kau cintai, itu tidak membuat lelah kan?'', kata nami.

*cling* Siwon teringat saat dirinya selalu memilih lewat tangga darurat bila berangkat ke kantor bersama gyuri.

Nami melepas sepatunya, lalu berjalan menaiki tangga tanpa alas kaki.
''ya ampun'', seru siwon melihat ulah tingkah nami.
''kau seperti gyuri'', kata siwon.

Nami menghentikan langkahnya, ''kau menyamakan aku dengan siapa?''.
''lupakan, anggap saja aku tidak pernah berkata apapun'', kata siwon lalu mempercepat langkahnya mendahului nami.

Yeoja itu tersenyum memandang siwon yang terlebih dulu menaiki tangga.
''jika kau menyukai seseorang jangan hanya mengakui saja tapi tunjukkan padanya kalau kau mencintainya'', kata siwon menoleh ke bawah tangga.
''hyaa inspektur choi siwon, apa maksud ucapanmu? Kau menyindirku?'', teriak nami sambil mengarahkan telunjuknya ke arah siwon.
Siwon mengarahkan telunjuknya membentuk sebuah pistol ke pelipisnya (gaya heechul waktu di MV mr simple)
''aiss!!'', gerutu nami.

Nami menaiki tangga dengan tangan ia masukkan ke dalam saku, yeoja itu menyadari ada yang mengganjal di dalam sakunya.
Nami merogoh saku kemudian diambilnya kotak cincin itu dari dalam sakunya.
''aku belum menanyakan ini pada siwon'', guman nami.



=Bandara incheon=
Seungri membawa koper milik gyuri dan yeoja itu sendiri berjalan lebih dulu dibantu oleh perawat pribadinya. Gyuri menunggu informasi keberangkatan pesawatnya.

Gyuri duduk disamping seungri menunggu informasi keberangkatan pesawat.
''seungri ah, aku sedikit cemas'', kata gyuri.
''apa yang kau cemaskan? Bukankah tidak ada masalah lagi?'', tanya seungri.
''aku pergi ke jepang. Itu membuatku sangat asing. Asing dengan orangnya, makanannya, dan bahasanya''.
''kau tidak sendirian, selalu ada malaikat yang mengawasimu. Kau bisa melihatnya asalkan kau percaya. Malaikat yang setiap saat hadir bisa berupa teman, sapaan, teguran dan bantuan orang lain''.
''gomaweo kau memberiku kekuatan baru!''.


''pesawat dengan tujuan tokyo jepang akan segera berangkat'', kata perawat pribadi gyuri mengingatkan keduanya.
Seungri mengangguk, ''tolong jaga gyuri dengan baik''.
Perawat itu mengangguk.

Gyuri masuk ke jalan khusus penumpang pesawat dan seungri memperhatikan gyuri dari kejauhan.

Seungri menengok ke arah jam tangannya.
''aku harus kembali ke kantor'', guman seungri.



=Badan Intelegen Negara=
Menteri pertahanan korea selatan mendapat panggilan penyedikan mengenai kasus pembengkakan rekening pribadi miliknya.
Di ruang interogasi, seungri menyiapkan berkas2 pemeriksaannya.
''apakah anda mengenal komisaris han, kepala polisi seoul?'', tanya seungri.
''jelas aku mengenalnya. Dia mantan pejabat departemen pertahanan'', jawab menteri pertahanan korea, lee Soo Man.
''anda meminta pada komisaris han untuk mendukungmu didalam pemilihan presiden mendatang?''.
''tidak! Kau terlalu mengada-ada''.
''tentang rekening itu, kau butuh banyak dana untuk kampanye. Dari mana kau dapatkan semua dana itu?''.
''aku memiliki bisnis keluarga''.
''apa anda mendengar kasus penculikan anak komisaris han?''.

Menteri pertahanan itu terlihat terkejut, ''jeongmalyo? Aku baru mendengarnya''.

Seungri menghentikan penyedikan mengingat belum ada bukti yang menunjukkan kejahatan pejabat tinggi departemen pertahanan itu.

Menteri pertahanan itu keluar dari kantor badan intelejen. Didalam mobilnya, pria itu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
''polisi wanita yang memergokimu, dia mengenalimu. Singkirkan dia jika kau tidak ingin masuk penjara'', kata menteri pertahanan lalu menutup sambungan teleponnya.

(Ost Seo Joon - My Heart)

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar