Green  Pencil

Selasa, 27 Agustus 2013

FF Seoul Police Story *15

Judul: Seoul Police Story
Genre: Action, Romance, Comedy
Part: 1-16
Cast:
Cha Na Mi (You)
Lee SeungRi (BigBang)
Choi Siwon (Super Junior)
Park Gyuri (Kara)

Ost: Park Boram - Forever

Part *15

Seungri menikmati makan siang bersama nami di tepi sungai han.
''mungkin aku begitu jahat padamu. Aku tidak mengerti bagaimana perasaanku sekarang. Tapi itu harus kukatakan padamu walau ini sangat menyakitkan'', kata nami.
''katakan?!'', kata seungri.
''aku menyukai siwon''.
(Ost Park Bo Ram (Superstar K 2)- Forever)

Seungri terkejut dengan pernyataan nami. Namja itu berpaling memandang ke arah lain.
''Apa yang ingin kau katakan nami ah. Aku akan mendengarnya dengan baik'', kata seungri tanpa memandang wajah nami.
''aku sudah mengatakannya. Aku menyukai siwon'', kata nami.

Seungri menyendok makanannya lalu menelannya dengan paksa.
''nami ah, apa yang ingin kau katakan?'', kata seungri lagi.
''seungri ah, mianhaeyo'', kata nami dengan mata berkaca2 karena ia menyadari ucapannya menyakiti hati seungri.
''mianhaeyo! Jeongmal mianhaeyo!'', kata nami lagi.
''kau mengucapkan kata maaf sudah dua kali. Apa kau melakukan kesalahan besar? Dan jika itu benar, apa kau ingin aku memaafkanmu?'', tanya seungri

Namja itu meletakkan kotak makanannya di dekat ia duduk kemudian memandang ke arah nami.
''seungri ah, apa kau sudah cukup menghukumku? Ini membuatku sakit!'', kata nami.
''aku menyukai siwon! Inspektur choi siwon! Kekasih park gyuri!'', jawab nami dengan bibir bergetar karena menahan tangis.
''aku tidak mendengarnya. Apa kau sudah mengatakan sesuatu selain kata maaf? Mianhanda mareul bakke deureoyo (hanya kata maaf yang ku dengar)''.
''hentikan seungri ah!!''.

Seungri beranjak kemudian memandang nami yang duduk di hadapannya.
''menghentikan apa? Kau mengajakku kemari hanya untuk ini?? Ayo!! Kita pergi jauh dari kota ini! Hidup bersamaku, berdua saja!! Apa aku harus memukulmu untuk membuatmu lupa ingatan agar kau melupakan ini??'', teriak seungri.

Nami beranjak lalu berdiri dihadapan seungri.
''seungri ah, jeongmal mianhae!'', kata nami *deep bow*.

Seungri berjalan pergi meninggalkan nami yang masih membungkuk meminta maaf padanya.
''andai aku harus memilih, tetap hatiku padamu, lee seungri!'', kata nami lagi namun seungri terdiam dan terus berjalan.

''Uhuk! Uhuk!'', nami terbatuk dan menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

''darah??'', batin nami saat melihat telapak tangannya ada bercak darah.

Nami melihat seungri yang berjalan semakin jauh darinya.
''seungri ah?'', panggil nami.
''tolong aku, aku sakit'', katanya lagi dengan suara lirih.

Seungri tidak mendengar nami memanggilnya namun langkahnya terhenti dan tergerak untuk menoleh ke belakang tapi kemudian niat itu ia urungkan.
''aku tidak akan menoleh! Nami membuat hatiku sakit. Aku harus belajar untuk tidak terlalu mempedulikannya!'', kata seungri lalu melangkah masuk ke dalam mobilnya.


Nami memandang bentangan sungai han yang ada di depan matanya.
''aku tidak tahu dimana awal mata air sungai han tapi aku tahu bahwa aliran airnya pasti ke laut. Aku tidak tahu bagaimana hidupku dibentuk tapi aku tahu hidupku untuk sebuah tujuan'', guman nami seraya menyentuh dadanya.

Yeoja itu duduk di sebuah halte bis di area han river park. Nami memandang dengan tatapan nanar, tiba2 bulir air mata membasahi pipinya.
''patah hati?'', tanya seorang ajumma yang duduk di dekat nami.

Yeoja itu terkejut saat menyadari seorang ajumma memperhatikannya kemudian bergegas menghapus air matanya.
''aniya, ajumma!'', kata nami.
''kau malu dengan seragammu?'', tanya ajumma itu.
''jika kau ingin menangis, menangis saja! Kadang air mata itu bermanfaat disaat2 tertentu, seperti sekarang'', kata ajumma itu lagi.
Nami menggeleng dan berusaha untuk tegar,
''jangan mencari cinta, biarkan cinta mencarimu. True love is hard to find and harder to hide (cinta itu sulit ditemukan dan sulit disembunyikan)'', kata ajumma itu lagi.

Nami menutup wajahnya dengan dua telapak tangan, yeoja itu terisak.
''jika cinta mencoba untuk membuatmu terjatuh, kau harus menguatkan kaki dimana kau berpijak. Berpijaklah pada tempat yang tepat, nona! Sebelum kau menyesal'', kata ajumma itu.
''ajumma, ini membuatku sakit!'', kata nami.
''Apa kau heran kenapa aku bisa mengetahuinya?''.

Nami mengangguk kemudian memandang ajumma itu dengan membiarkan air mata membasahi pipinya.
''karena apa yang kau lakukan, pernah kulakukan saat muda! Dan saat ini aku menyesal!'', kata ajumma itu.
''dulu aku bekerja di sebuah tempat penyewaan kaset. Aku menyukai seorang pria yang setiap hari selalu meminjam kaset di tempatku bekerja. Aku mengaguminya, suatu hari teman2ku mengolok2 aku dihadapan pria yang kusuka, karena malu aku berteriak dengan keras *pria seperti itu bukan tipeku! Aku tidak menyukainya! Bahkan, aku tidak ingat bagaimana wajahnya, kenapa kalian bisa mengolok dengan berkata aku menyukainya?*. Sejak saat itu aku tidak pernah melihat pria itu datang dan aku sangat terkejut ketika aku menemukan banyak kertas terselip di kaset yang selalu ia pinjam. Surat cinta yang ditujukan kepadaku'', cerita ajumma itu.
''pria itu menyukaimu?'',tanya nami.
''aku menyesal karena menyakiti hatinya dan ucapanku membuatnya kecewa. Aku kehilangan dia! sejak saat itu aku selalu berharap untuk bisa bertemu dengannya dan mengatakan perasaanku sebenarnya!''.
''apa sudah kau bertemu dengannya?''.

Ajumma itu menunjukkan rangkaian bunga yang ada di tangannya.
''hari ini adalah tahun ke 15 kepergiannya. Dia meninggal karena kecelakaan tepat setelah dia pergi dari tempatku bekerja'', kata ajumma itu.
''jangan sampai keluar dari mulutmu kata *seandainya*'', kata ajumma itu lagi.


Didalam sebuah bis, Nami duduk di dekat jendela dengan keringat dingin mengalir di dahinya. Tiba2, ponsel miliknya berdering.
*siwon calling*
''yeoboseyo??'', jawab nami.
''Apa kau ingin meninggalkan tugasmu?'', tanya siwon.
''aniyo! aku sedang didalam bis, 10 menit lagi aku tiba di kantor, bukankah ini masih jam makan siang??''.
''ya! Dan kau membiarkan aku tidak menikmati makan siangku''.



=departemen kepolisian=
Tidak lama kemudian, nami melangkah masuk ke dalam kantor.
''annyeong hasimnikka'', kata nami saat bertemu dengan komisaris han di depan kantor.
Komisaris mengangguk, ''inspektur cha, apa kau baik2 saja?''.
Nami menoleh lalu menyunggingkan senyumnya.
''ne!'', kata nami *bow*

Nami masuk ke dalam ruangannya.
''siwon kemana?? Apa dia sudah makan siang??'', guman nami.

Tidak lama kemudian, siwon muncul dan masuk ke dalam ruangannya.
''apa kau sudah makan siang??'', tanya nami.
''jam makan siang sudah lewat. Kembalilah bekerja'', kata siwon.
''apa kau sudah makan siang??'', tanya nami dengan pertanyaan yang sama.
''aku tidak makan siang!''.
''lalu apa yang kau lakukan 1 jam ini? Kenapa kau tidak makan siang?'', tanya nami dan terlihat begitu khawatir.
''geurineunda (menunggumu)''.
''siwon ssi??'', kata nami lalu tersenyum.


Sore hari, jam dinas selesai dan seperti biasanya nami dan siwon pulang bersama.
Siwon mendahului nami berjalan masuk ke dalam rumahnya. Saat menaiki tangga teras rumahnya, nami memeluk siwon dari belakang.
''siwon ssi, gomaweo'', kata nami.

Siwon tertegun lalu memegang tangan nami yang memeluk erat di pinggangnya.
''apa itu tanda kau membalas cintaku??'', tanya siwon.
''ne! Berpijak pada tempat yang tepat! Aku harap pijakanku tidak membuatku terpeleset''.
''berpijak? Tepat? Terpeleset? Apa maksudmu?''.

Nami tersenyum dan semakin memeluk siwon erat. Siwon tersenyum lalu berbalik dan memegang tangan nami.
''aku menyukaimu, inspektur cha nami'', kata siwon.
''uhm inspektur choi siwon, apa ini akan mudah??''.
''apa??''.
''apakah jalan cinta kita akan dimudahkan oleh Tuhan?''.
''Tuhan melihat mana yang baik untuk kita dan untuk sekarang kita menjalani dulu''.

Siwon memeluk nami erat.
*clingg* nami teringat perjanjiannya dengan gyuri waktu lalu.
''aku menjaga perasaan siwon tapi aku gagal mempertahankan perasaannya untuk gyuri. Gyuri ah, maafkan aku, jeongmal mianhaeyo. Apa aku akan menyakiti orang lain lagi? Karena seungri sudah terluka karenaku'', batin nami seraya tetap memeluk siwon.

''nami mampu menyembuhkan hatiku, ketika bersamanya aku benar2 bisa melupakan gyuri dan menganggapnya menjadi bagian dari masa lalu'', batin siwon.
''nami ah, tetaplah disini. Aku membutuhkanmu, aku ingin kita menjalani hidup bersama'', kata siwon.
Nami mengangguk, ''ne''.

Yeoja itu menyentuh cincin yang ada dijari manisnya. Siwon mencium pipi nami *cup* lalu memandang wajah gadis itu dan tersenyum.
Siwon menggandeng tangan nami lalu masuk ke dalam rumah.



=Rumah Seungri=
Seungri sedang menikmati bermain game sendirian tanpa teman. Namja itu meletakkan stick game nya didekat ia duduk. Seungri mengambil sebuah cuilan kertas yang sudah usang.
*datanglah ke pulau nami saat musim gugur, daun yang hijau akan berubah menjadi kecoklatan dan jalan metsequonia menjadi sangat indah*

Seungri meneteskan air mata, hatinya begitu pilu saat gadis yang ia cintai dan dulu mencintainya sekarang mencintai orang lain.
''maafkan aku karena telah meninggalkanmu saat itu (saat di pulau nami-red) tapi hatiku tidak bisa menerima kenyataan bahwa kau menyukai siwon'', kata seungri.
''kau membalas dengan menghukumku?'', ucap seungri lagi.
Namja itu tertunduk dengan kedua tangannya menopang wajahnya.



=Rumah siwon=
Nami berdiri di balkon kamarnya sambil memandang ke arah langit.
''Tuhan, terima kasih atas nafas hidup yang Kau berikan untukku. Peluru di dadaku tidak berarti jika Kau ada bersamaku'', guman nami.

Siwon mendekati nami dengan sebuah ipod di genggaman tangannya. Namja itu memasang salah saru earphone nya ke telinga nami. Terdengar lagu super junior no other.

Nami dan siwon bersahut2an menyanyikan lagu no other dengan satu earphone ada di telinga kanan nami dan telinga kiri siwon.

''kenapa kau menyukai lagu ini?'', tanya nami.
''apa kau tidak menyukainya??'', tanya siwon dan nampak wajah kecewanya.
''aniyo! Aku tidak percaya dengan lirik lagunya, apa benar seseorang bisa memilih hanya seorang di hatinya?''.
''ya tentu, seperti aku memilihmu untuk ku cintai''.
''hati seseorang bisa berubah sewaktu2 siwon ah, seperti bom waktu!''.
''tunggu! Kau tidak memanggilku dengan sebutan -ssi??'', tanya siwon.
''akan sangat aneh jika aku tetap memanggilmu dengan sebutan -ssi'', jawab nami.
''kau tahu, aku sangat bersalah pada seungri. Aku menyakiti hatinya. kau pasti lebih tahu bagaimana perasaannya karena kau juga seorang pria''.
''arasseo, seorang pria akan sangat hancur saat gadis yang ia sukai berpaling pada pria lain. Tapi ini sepenuhnya bukan salahmu''.
''aku menyukaimu pun karena keadaan'', kata siwon lagi.
''mweo?? Kau menyukaiku karena terpaksa??'', teriak nami dengan mata melotot lalu melepas earphone di telinganya.
''ya, karena hanya kau yang pertama kali ku lihat saat bangun pagi dan saat pergi tidur''.



=Rumah Yoochun=
Seungri berdiri di depan rumah yoochun dengan jaket tebalnya dan kedua telapak tangannya ia masukkan ke dalam sakunya.

Setelah beberapa menit namja itu berdiri di depan rumah yoochun, seungri berbalik dan berlalu dari tempat itu.

*cekrett* Pintu rumah itu terbuka, yoochun keluar dari rumahnya dengan membawa kantong plastik.
''seungri hyeong??'', panggil yoochun.
Seungri menghentikan langkahnya lalu menoleh.
''kau belum tidur??'', tanya seungri lalu mendekati yoochun.
''hyeong, apa kau sedang ada masalah??''.
''tidak, aku baik2 saja''.
''kenapa kau tidak bersama nami nuna??''.
''nami sangat sibuk sekarang, setelah bekerja dia harus banyak istirahat''.

Yoochun menjulurkan tangannya,
''ada apa?'', tanya seungri.
''berikan ponselmu padaku'', kata yoochun.
''untuk apa??''.
''berikan saja''.

Seungri memberikan ponselnya pada yoochun.
*nami call*



=Rumah Siwon=
Ponsel nami berdering. Gadis itu memperhatikan layar ponselnya *seungri calling*.
''yeo..'', jawab nami terpotong karena siwon mengambil ponselnya.
''yeoboseyo??'', jawab siwon.


Di rumah yoochun, pemuda itu terkejut saat mendengar suara seorang namja dari ponselnya.
''dimana nami??'', tanya yoochun.
''nami ada bersamaku. Kau seperti bukan seungri'', jawab siwon.
''hyaaa, aku ingin bicara dengan nami!!''.
''kau siapa? Dimana seungri?''.
''aku tidak menyukaimu, kau tahu!! Selamanya'', kata yoochun lagi.
''apa kau park yoochun??''.

Tiba2 Nami merasa tekanan yang tidak enak pada dadanya yang membuatnya sesak nafas. Nami langsung bergegas ke kamar mandi. Yeoja itu bersandar di dinding kamar mandi seraya menyentuh dadanya.
''apa aku bisa hidup 10 tahun lagi??'', tanya nami pada dirinya sendiri.
''kenapa harus ada peluru di dadaku?? Kenapa itu harus terjadi padaku??'', ucap nami.

Di balkon kamar nami, masih terjadi percakapan telepon antara siwon dan yoochun.
''kau masih saja keras kepala, tunggu sebentar, ponsel ini akan aku berikan pada nami'', kata siwon.

Siwon menoleh di tempat nami berdiri tapi yeoja itu sudah tidak ada di sana.
''nami sudah kembali ke kamarnya, aku akan menyuruhnya untuk menghubungimu lagi, ok jagoan??'', tanya siwon.
''baiklah! Kalau tidak, aku akan mencabut setiap helai rambut di kepalamu''.
Siwon tertawa lalu menutup panggilan teleponnya.



Di rumah yoochun, pemuda itu memberikan ponsel milik seungri pada sang pemilik.
''untuk apa kau menghubungi nami??'', tanya seungri.
''apa kau sedang marah padanya??'', tanya yoochun.
''tidak, hanya sedikit kesal pada diriku sendiri''.
''hyeong, kau tidak boleh seperti itu pada nami. Mungkin pria yang bernama siwon itu yang membuatmu sedikit kesal''.
''Eung, apa minyoung sudah tidur?''.
''ya, minyoung selalu menanyakan dimana nami nuna berada. Apa aku boleh tahu dimana rumah siwon?''.

Tidak lama kemudian, Yoochun masuk ke dalam rumahnya.
''hyeong, hati2 di jalan'', serunya.
Seungri mengangguk lalu melambai ke arah yoochun.
''kau harus menjaga minyoung dan ibumu, ok jagoan?'', kata seungri.

Yoochun tertegun,
''siwon dan seungri. Pria itu memiliki kepribadian yang hampir mirip!'', gumannya.



=Keesokan harinya, rumah siwon=
Nami merapikan pakaian dinas nya lalu menuruni tangga. Dilihatnya siwon sudah rapi dengan baju dinasnya duduk di ruang makan.
''uwaaa!! kau menyiapkan semua ini??'', tanya nami takjub melihat roti bakar dan segelas susu di meja makan.
''biasa saja, ini sangat mudah. Kau tidak perlu berteriak *wow!* karena ini'', kata siwon.
''aku jadi sangat malu''.

Nami tersipu lalu duduk berhadapan dengan siwon.
''lain kali kita gantian menyiapkan sarapan pagi'', kata nami.
Siwon mengangguk, ''ok!''.

Siwon memperhatikan nami yang sedang menikmati sarapannya. Bayangan wajah nami seolah berubah menjadi sosok gyuri.
''aniya'', guman siwon.
''wae?'', tanya nami keheranan.
''selesaikan sarapanmu dan kita segera berangkat''.

Siwon bergegas keluar dari rumah lalu menunggu nami seraya bersandar di samping mobilnya.

Nami terburu2 meneguk segelas susunya dan hampir membuatnya tersedak.
''ada banyak cara membuat orang cepat mati. Membiarkan seorang gadis meneguk cepat minumannya bisa membuatnya mati tersedak'', guman nami lalu menyambar tasnya dan berlari keluar menghampiri siwon.

Saat keduanya hendak masuk ke dalam mobil, yoochun muncul tepat didepan mobil siwon.
''nami nuna!!'', panggil yoochun.
''eung?? Yoochun ah. Bagaimana kau bisa kemari?'', tanya nami lalu menghampiri pemuda itu.
''nuna, aku merindukanmu. Minyoung juga merindukanmu''.

Yoochun tiba2 menangis lalu memeluk nami. Siwon tersenyum melihat kerinduan yoochun pada nami.
''nuna, tinggallah bersamaku. Jangan dengan pria itu'', kata yoochun sambil menunjuk siwon.

''mweo?? Aiss'', gerutu siwon saat yoochun menunjuk2 dirinya.
''apa kau menganggapku pria jahat??'', tanya siwon.
''kau sudah mengatakannya jadi tidak akan ku katakan lagi'', jawab yoochun.
''sudah cukup. Ayo yoochun ah, kami akan mengantarmu pulang''.
''tidak perlu nuna. Hyeong menungguku disana'', kata yoochun seraya menunjuk sebuah mobil yang terparkir di luar rumah siwon.

Nami menengok ke arah mobil itu.
''kenapa seungri tidak ikut menemuiku? Apa dia benar2 marah padaku?'', batin nami.
''yoochun ah, tolong sampaikan pada seungri hyeong bahwa aku mengasihinya'', kata nami.
Yoochun mengangguk, ''ne, jangan lupa untuk menemui minyoung''.

Nami masuk ke dalam mobil.
''kurasa yoochun membenciku'', kata siwon.
''aniyo! dia hanya sedikit kesal'', kata nami.


Di dalam mobil seungri, namja itu terus memperhatikan rumah siwon.
''maafkan aku'', guman seungri.

Yoochun masuk ke dalam mobil lalu duduk di samping seungri.
''nami berpesan bahwa dia sangat mengasihimu'', kata yoochun.

Seungri hanya tersenyum lalu melajukan mobilnya.
''nami berkata seperti itu hanya untuk melegakan hatiku saja'', kata seungri.
''kau seperti bukan hyeongku yang ku kenal'', kata yoochun.



=Departemen Kepolisian Seoul=
Siwon masuk ke dalam kantor departemen dengan mengandeng tangan nami. Semua mata tertuju pada mereka.
''duo inspektur itu semakin mesra saja'', guman salah seorang anggota polisi.
''aku lebih suka siwon bersama nami daripada dengan gyuri. Apa kau tahu kabar terakhir inspektur park?'', tanya anggota yang lain.
''sejak kecelakaan itu aku tidak pernah melihatnya. Dia benar2 menghilang''.

Nami merasa sungkan karena semua rekannya terus memperhatikan mereka berdua.
''lepaskan genggaman tanganmu'', kata nami.
Siwon tersenyum dan semakin menggenggamnya erat.
''aku akan menggenggam tanganmu setiap saat, jadi jangan paksa aku untuk melepas tanganmu'', kata siwon.

Tidak disangka mereka berdua bertemu dengan komisaris han.
''annyong hasimnikka'', sapa siwon dan nami.
Sontak tatapan mata komisaris han tertuju pada gandengan tangan nami dan siwon.
''komisaris, tolong jangan naikkan pangkat nami sebelum aku menikahinya'', kata siwon.
Nami menginjak kaki siwon, ''kau bicara apa??''.
Komisaris han tertawa, ''kau yakin akan menikahi nami?''.
''komisaris, tolong jangan dengarkan omong kosong inspektur choi'', kata nami.
''kalau pangkat nami diatasku, aku tidak bisa menikahinya'', kata siwon seraya menahan sakit karena terinjak.

Nami semakin kuat menginjak kaki siwon.
Komisaris han hanya menggeleng.
''komisaris, tolong aku!'', kata siwon.
''aku mengerti. Selamat bekerja WonMi'', kata komisaris.
''mweo? Wonmi??'', tanya nami.
''duo inspektur siwon dan nami''.

Siwon menahan tertawanya dengan memalingkan muka ke arah lain. Nami memukul bahu siwon lalu mendengus.

Tiba2 nami merasa dadanya begitu sesak. Yeoja itu menekan dadanya dan menahan sakit. Siwon tidak menyadari hal itu dan terus berjalan disisi nami.
''siwon ah, aku akan menyusulmu'', kata nami.
''kau mau kemana??'', kata siwon.
''buang air!!'', kata nami seraya berlari ke kamar mandi.

Nami masuk ke salah satu ruang di kamar mandi dan bersandar disisi kloset duduk.
''nami ah, kau akan baik2 saja. Jangan khawatir'', kata nami pada dirinya sendiri.


Didalam ruang kerjanya, nami mengerjakan catatan kasus dengan rasa sakit di dadanya. Siwon hanya memandang nami dan gadis itu membalas dengan senyuman.

Tidak lama kemudian, nami beranjak dari tempat duduknya.
''inspektur choi, aku ingin menemui komisaris han'', kata nami.
Siwon mengangguk.

Nami keluar dari ruang kerjanya dan siwon melongok dari pintu memastikan nami benar2 pergi ke ruang komisaris han.
''ada apa nami ke ruangan komisaris han?'', tanya siwon pada dirinya sendiri lalu beranjak kembali ke meja kerjanya.


Di dalam ruang kerja komisaris han,
''komisaris, aku akan menemui dokter ku. Apakah kau memberiku ijin?'', tanya nami.
''apa ada masalah dengan kesehatanmu??'', tanya komisaris han.
''hanya cek kesehatan saja. Bukankah di dadaku sekarang ada sebuah peluru?''.
''nami ah, aku harap kau baik2 saja dan peluru itu tidak membahayakan dirimu''.
Nami mengangguk, ''komisaris, tolong jangan beritahu siwon. Sampaikan padanya kalau aku pergi ke sektor gangnam''.
Komisaris han mengangguk.


Nami melangkah keluar dari kantor kepolisian. Siwon yang keluar dari ruang komunikasi melihat nami keluar kantor.
''hyaa nami ah, apa kau mau meninggalkan tugas lagi??'', teriak siwon.

Nami menghentikan langkahnya.
''jangan melangkahkan kakimu selangkahpun dan berpura2 tidak mendengarku!'', teriak siwon lagi.
Nami menoleh, ''ada apa??''.
''kembali ke ruanganmu sekarang!''.
''apa kau lupa, kita sudah memiliki tingkat kepangkatan yang sama'', kata nami seraya menunjuk lencana kepangkatan di bahunya.
''aku akan ke sektor gangnam, komisaris han mengutusku'', kata nami lagi.
''tunjukkan surat tugasmu padaku''.
''apa kau tidak percaya ucapanku? Kau sedang menjalin hubungan khusus denganku dan kau tidak mempercayaiku??'', teriak nami.
''sudah cukup, cukup! Kau jangan marah lagi. Sekarang pergilah''.

Nami keluar dari kantor dengan tersenyum.
''aku tidak menyangka siwon takut dengan gertakanku'', kata nami.

Siwon hanya melihat nami berlalu dari tempat itu tanpa menyusulnya.
''teriakan nami membuatku merinding makanya aku membiarkan dia pergi'', guman siwon pada dirinya sendiri.


Nami menghentikan sebuah taksi.
''ke rumah sakit pusat seoul'', kata nami.
Sopir itu mengangguk.

Nami menemui dokter cho, dokter yang menangani operasinya waktu itu.
''dokter cho??'', sapa nami saat masuk ke dalam ruang kerja dokter itu.
Dokter cho memutar kursi duduknya ke arah nami lalu tersenyum.
''aku senang melihatmu baik2 saja'', kata dokter cho.
''semua orang bertanya apa aku baik2 saja'', kata nami lalu duduk berhadapan dengan dokter itu.

Nami menyentuh dadanya dengan nafas sedikit terengah.
''apa ada masalah dengan jantungmu??'', tanya dokter cho.
''aku hanya sedikit sesak'', jawab nami.

Nami membaringkan tubuhnya dan membiarkan seorang perawat membuka pakaiannya lalu mengecek keadaan organ dalam bagian dadanya.

Tidak lama kemudian, Nami merapikan kancing bajunya dan perawat itu menyerahkan lembaran foto rontgen pada dokter cho.

''peluru itu semakin menekan pembuluh darah di sekitar jantung'', kata dokter cho.
''apa akibatnya?'', tanya nami.
''jika pembuluh darah itu pecah kau akan mengalami pendarahan. Hal itu terjadi secara mendadak dan dapat menyebabkan kematian''.
''anda terlalu berbelit2 dokter? Intinya saja berapa lama aku bisa bertahan hidup?'', kata nami meninggikan suaranya untuk mengurangi rasa takut yang ia alami.



Seungri dan anggota badan intelegen sedang mengunjungi rumah sakit seoul untuk mencari bukti dan fakta tentang sebuah kasus penyelewengan dana pemerintah untuk sebuah klinik bedah plastik.


Didalam ruangan dokter cho,
''dokter, katakan padaku berapa sisa waktuku?'', tanya nami.
''Hidup seseorang diatur oleh Yang Maha Kuasa, kau tenanglah'', kata dokter cho.
''kalau kau tidak mengatakannya padaku, itu membuatku sangat khawatir''.
''aku hanya memprediksikan secara medis. Kau tidak akan bisa melihat musim panas tahun depan''.
''sekarang musim panas, berarti setahun lagi? Aku harap aku bisa lebih dari itu''.
''jangan lihat seberapa besar masalahmu tapi Kau lihat bahwa kau punya Tuhan yang besar''.

Yeoja itu keluar dari ruangan dokter cho dengan membawa amplop besar berisi hasil rontgen miliknya.

*tap tap tap* Nami menyusuri koridor rumah sakit, tidak disangka dirinya berpapasan dengan rombongan tim badan intelegen. Nami dan seungri saling menatap, yeoja itu menyembunyikan tangan yang membawa amplop hasil rontgen itu di balik tubuhnya.

Nami membungkuk lalu memberi salam, rombongan BIN mengangguk karena mereka mengenali nami sebagai anggota kepolisian.

''seungri ah?'',
Nami memanggil seungri namun namja itu berpura2 tidak mendengar.

Nami memandang seungri berlalu dari tempat itu.
''seungri masih marah padaku. Sikap baiknya selama ini sirna karena ulahku sendiri'', guman nami.

Yeoja itu berdiri di depan rumah sakit dan menghentikan sebuah taksi.
''kemana??'', tanya supir taksi itu.

Nami hanya terdiam tidak memperhatikan pertanyaan supir itu.
''hei nona, kita akan pergi kemana??'', tanya supir itu lagi dengan suara yang lebih nyaring.
''oh.. Ke dermaga gapyeong'', kata nami.



=Departemen Kepolisian=
Siwon menengok arlogi di tangan kanannya.
''kenapa nami pergi lama sekali'', guman siwon.

Siwon mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi nami.
''yeoboseyo??'', kata siwon.
''ya inspektur choi??'', jawab nami.
''Kau dimana sekarang? Kenapa kau tidak juga kembali??'', teriak siwon.
''sudah ku bilang aku pergi ke sektor gangnam''.
''jeongmalyo?? Aku merasa ada yang aneh''.
''jangan khawatir, 1 jam lagi aku sampai kantor''.

Nami turun dari taksi dan menatap dermaga gapyeong di depannya.

Nami duduk di dekat sebuah kapal boat yang tertambat di dermaga itu.


Seungri melihat dermaga gapyeong dari dalam mobilnya lalu perlahan melepas sabuk pengaman dan beranjak keluar. Namja itu berjalan perlahan lalu melihat nami duduk di samping kapal boat.

Nami sedang memperhatikan lembaran hasil rontgen itu dengan mengangkat lembaran itu tinggi2.
''peluru itu tidak lebih panjang dari jari telunjukku'', kata nami lalu memperhatikan jari telunjuknya.

*wussss* Hembusan angin yang kencang membuat lembaran hasil rontgen itu terlepas dari tangan nami dan terbang mengikuti hembusan angin itu.
''hyaaa'', seru nami terkejut.

*plukkk* Lembaran rontgen itu jatuh tidak jauh dari tempat seungri berdiri sedangkan nami sibuk mencari di sekitar kapal boat itu.

Seungri melangkah mencoba mengambil lembaran rontgen milik nami, disaat yang bersamaan ponsel di sakunya berdering.
''yeoboseyo??'', jawab seungri.
''seungri ah, aku sudah tiba di bandara incheon'', kata seorang yeoja terdengar riang dari ponsel seungri.
''mweo?''.
(Ost Park Boram- Forever)

Seungri memandang nami dari kejauhan dan yeoja itu tidak menyadari seungri ada di dermaga gapyeong.


=Bandara Incheon=
Gyuri duduk di salah satu bangku yang ada di dalam bandara incheon dengan koper ada di sampingnya. Dengan style air port memakai kaca mata hitam dan setelan pakaian casual.
''apa kau bisa menjemputku?'', tanya gyuri didalam percakapan teleponnya.
''aku akan menjemputmu saat jam makan siang, tunggulah di sana'', kata seungri.
''ne, gomaweoyo''.
*klik*

Seungri tidak jadi mengambil lembaran yang terbawa angin itu dan tidak menemui nami. Ia memutuskan untuk beranjak ke arah mobilnya.
Tidak lama kemudian mobil seungri berlalu dari tempat itu.


Nami masih mencari lembaran rontgen miliknya.
''itu seperti lembaran rontgen milikku'', guman nami.

Yeoja itu menghampiri lembaran itu lalu memungutnya. Nami berjalan ke tempat penjualan tiket kapal.
''apa kapal menuju pulau nami sudah berangkat?'', tanya nami.
''ya, 7 menit yang lalu. Apa kau ingin ke pulau nami? Tunggulah sekitar 30 menit'', kata petugas dermaga.
''aniyo! Gamsa hamnida''.

Nami keluar dari tempat penjualan tiket lalu memandang pulau kecil yang tampak dari pandangan matanya.
''kelak aku akan kembali ke pulau nami'', guman yeoja itu.

Nami duduk di sebuah bangku menghadap ke dermaga.
''kata manusia mungkin musim panas tahun depan aku tidak bisa melihat dermaga gapyeong dan duduk di bangku ini'', guman nami lalu tersenyum.



=Bandara Incheon=
Gyuri berjalan keluar dari bandara dan berdiri di samping sebuah bus yang berhenti di halte dekat incheon.
Yeoja itu nampak melihat arloji di tangannya.
''kenapa seungri lama sekali? Ini jam makan siang'', guman gyuri.
''nona park gyuri eotteohke jinesoyo?'', tanya seungri.
Gyuri sontak menoleh ke arah belakang, dilihatnya seungri berdiri dengan seulas senyum dibibirnya.
''seungri ah??'', seru gyuri dengan mata berbinar.

Gyuri berdiri berhadapan dengan seungri lalu mencoba memeluk pria itu. Namun seungri mencegahnya.
''tunggu dulu!!'', kata seungri.
''ada apa??'', tanya gyuri tidak mengerti dan terlihat kecewa.
''aku ingin menyentuh matamu''.

Seungri menyentuh mata gyuri lalu tersenyum.
''kau beruntung gyuri ah. Tuhan mengasihimu dengan memberimu kedua bola mata yang bisa melihat lagi''.

Gyuri yang semula cemberut langsung tersenyum riang.
''kau semakin gagah dengan seragammu, apa kau bekerja dengan baik?'', tanya gyuri.

Seungri mengangguk. Namja itu membawa tas koper milik gyuri dan gadis itu berjalan disisinya.
''aku ingin segera menemui siwon. Aku sangat merindukannya'', kata gyuri.
''andwe!!'', seru seungri reflek.

Gyuri menghentikan langkahnya dan memandang seungri.
''waeyo??'', tanya gyuri heran.
''uhm, lebih baik kau istirahat dulu, kau baru kembali ke seoul'', jawab seungri.
Gyuri mengangguk, ''ne, guraeyo''.

''bagaimana jika siwon tahu gyuri menemuinya? Apa yang akan ia lakukan pada nami? Aku tidak ingin hati gadis itu terluka'', batin seungri.

''hei seungri ah.. Gaja!'', seru gyuri saat melihat seungri masih berdiri terpaku.
''oh ne'', seungri menyusul gyuri lalu masuk ke dalam mobilnya.



=Pelabuhan Gapyeong=
Nami berdiri di tepi jalan didekat sebuah halte bis. Yeoja itu mencondongkan tubuhnya ke arah jalan.
*tiiinnn* sebuah mobil melaju dengan membunyikan klaksonnya, hampir saja tubuh nami tersambar.

Nami terkejut dan dengan sigap melangkah mundur, tidak lama kemudian bus yang ia tunggu tiba dan yeoja itu segera naik ke dalam bus.
''manusia tidak tahu kapan ia harus pensiun dari dunia ini. Berjaga2! Aku harap mengakhiri pertandingan dengan kemenangan dan mencapai garis akhir'', guman nami.



=Departemen Kepolisian kota seoul=
*tap tap tap* Nami melangkah masuk ke dalam kantor kepolisian lalu segera menemui komisaris han.
''komisaris, maafkan aku karena pergi terlalu lama'', kata nami *bow*.
''apa yang terjadi denganmu? Apa hasil dari rumah sakit?'', kata komisaris lalu meminta amplop coklat yang dibawa nami.
''komisaris tidak perlu melihat isi amplop ini, karena aku akan memberitahumu''.
Komisaris han mengangguk tanda mengerti.
''komisaris, aku.. Aku sekarang benar2 sembuh, peluru itu tidak akan membahayakan hidupku'', seru nami riang hampir membuat komisaris han terkejut.

Ajeossi itu langsung tertawa karena melihat nami baik2 saja, ''syukurlah nami ah! Aku senang mendengarnya''.
(Ost: Park Boram - Forever)


Beberapa anggota kepolisian sedang membahas kasus tindak kriminal kota, termasuk nami dan siwon.
''tindak kriminal kota sekarang marak terjadi, kasus pelecehan pada pelajar putri, pemalakan liar oleh geng2 remaja'', kata teman kerja siwon.
''ya, kita harus melakukan penyisiran di setiap sudut kota seoul karena itu meresahkan warga kota'', kata nami.
''kita lakukan pembagian tugas penyisiran'', kata siwon.

Semua anggota rapat mengangguk. Siwon memberikan peta pembagian tugas untuk setiap anggota polisi.
''perhatikan! Jangan pergunakan pistol kalian untuk mengancam orang sipil'', kata siwon lagi.
''siap, laksanakan!'', jawab semua anggota polisi itu.

''inspektur cha, aku lihat kondisimu semakin baik?'', tanya seorang rekan nami.
''tentu, aku sudah sembuh dan peluru itu tidak akan membahayakan hidupku. Aku tidak perlu khawatir'', jawab nami.
''mweo?? Lalu peluru itu?''.
''peluru itu tidak masalah ada di dalam dadaku''.

Siwon memperhatikan pembicaraan nami dengan temannya itu.
''bagaimana mungkin peluru itu tidak membahayakan jika ada didalam tubuh manusia? Apakah nami berbohong??'', batin siwon.

Siwon menarik tangan nami lalu mengajaknya keluar dari ruang rapat.
''apa maksud ucapanmu kau akan baik2 saja? Apa kau sedang berbohong?'', tanya siwon.
''apa aku terlihat sedang berbohong? Apa kau tidak suka bahwa ternyata aku baik2 saja?'', tanya nami.
''tidak, maksudku aku melihat bahwa kau sedang berbohong''.
''aniyo, aku baik2 saja siwon ah, peluru kecil itu tidak akan membuatku sekarat''.

Siwon memandang nami lalu tersenyum kemudian mengangkat tubuh nami dengan mendekap yeoja itu. Nami terkejut bukan main tapi siwon malah tertawa riang.
''inspektur cha nami, kekasih dari choi siwon ternyata baik2 saja! Aku sangat bahagia'', kata siwon.

Nami tidak sadar meneteskan air matanya.
''uljima! (jangan menangis)'', siwon menghapus air mata nami.
''neo ttaemune naega haengbokhan saramiya (aku menjadi orang yang bahagia karenamu)'', kata nami.
''dont cry baby, Tuhan mengasihimu''.
Nami mengangguk. Siwon dan nami berpelukan didepan pintu ruang rapat.



=Badan Intelegen Negara=
Seungri menunjuk sebuah kursi tunggu di lobi kantor BIN.
''kau menunggulah disana, sampai aku selesai bekerja'', kata seungri.
Gyuri mengangguk, ''gomaweoyo seungri ah''.
Seungri tersenyum lalu melangkah masuk ke dalam lift.

Gyuri memandang sekeliling gedung badan intelegen.
''aku meninggalkan tugas dinasku begitu lama, aku sangat merindukan seragam polisiku'', kata gyuri.

Yeoja itu beranjak dari tempat itu lalu keluar dari gedung BIN dan menghentikan sebuah taksi.

Tidak lama kemudian, gyuri berhenti di sebuah apartemen. Yeoja itu masuk ke dalam sebuah kamar apartemen. Kamar milik yeoja itu karena ada beberapa foto gyuri di sana.

Gyuri duduk di tempat tidurnya lalu mengambil sebuah bingkai foto antara dirinya dan siwon. Gyuri tersenyum kecil saat melihat foto siwon yang memakai sepatu hak tinggi miliknya saat di taman kota.
''aku ingin melihatmu dengan mata baruku siwon ah. Apa kau begitu menderita karena ku tinggalkan tanpa kabar?'', guman gyuri.
''aku merindukan saat2 kita bersama'', kata gyuri lagi.

Gyuri mengambil pakaian dinasnya lalu memakainya.
''inspektur park gyuri??'', tanya gyuri pada dirinya di depan cermin.



=Sore hari, Departemen kepolisian=
Jam dinas siwon dan nami selesai, kedua sejoli ini bergandengan tangan keluar dari ruang kerjanya.
''kita akan pergi kemana sekarang?'', tanya siwon.
''kau ingin kemana?'', tanya nami.
''untuk merayakan bahwa kau sudah sembuh total kita pergi ke taman kota bermain sepatu roda?''.
Nami mengangguk, ''gomaweo''.

*tap tap tap* Nami dan siwon melewati setapak taman depan kantor polisi untuk sampai ke parkiran mobil.

Gyuri duduk di bangku taman itu dengan seragam polisinya. Saat melihat siwon dan nami akan berjalan melewatinya, gadis itu beranjak lalu menghampiri dua sejoli itu.

*tap tap tap* langkah kaki gyuri semakin mendekat ke arah siwon dan nami.

''inspektur choi siwon??'', sapa gyuri lalu menyunggingkan senyumnya.

(Ost Park Boram - Forever Always)

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar