Green  Pencil

Selasa, 27 Agustus 2013

FF Seoul Police Story *13

Judul: Seoul Police Story
Genre: Action, Romance, Comedy
Part: 1-16
Cast:
Cha Na Mi (You)
Lee SeungRi (BigBang)
Choi Siwon (Super Junior)
Park Gyuri (Kara)

Ost: Xiah Junsu - Too Love

Part *13

Seungri dan siwon terlibat percakapan telepon. Mereka penasaran dengan keberadaan nami yang tanpa kabar.
''apa kau berpikir sama denganku bahwa nami di culik?'', tanya seungri.
''di culik??'', seru siwon.
Siwon terhenyak dengan ponsel masih menempel di telinga kirinya.



=Halte bus, tidak jauh dari rumah siwon=
Sebuah mobil berhenti tepat di samping siwon. Namja itu menoleh ke arah mobil kemudian melihat Seungri keluar dari mobil itu dan menghampirinya.

Siwon dan seungri duduk di halte bis dan keduanya saling merenung.
''untuk saat ini kita harus bekerja sama menemukan nami'', kata siwon.
Seungri mengangguk, ''ya! aku harap nami baik2 saja''.
''Aku tidak ingin berdamai lama2 denganmu jadi kita harus secepatnya menemukan nami'', kata siwon lagi lalu tersenyum.

''aku dan siwon, ini membuatku tertawa. Namja ini walaupun tidak menyukaiku tapi dia mempunyai hati yang baik'', batin seungri kemudian tersenyum ke arah siwon.

''ya, berdamai denganmu berlama2 membuatku sakit kepala'', kata seungri.
''mweoya? Aiss!!'', seru siwon.

Siwon dan seungri masuk ke dalam mobil kemudian seungri melajukan kendaraannya itu.

Keduanya berdiri di depan rumah yoochun.
''mungkin saja nami sudah pulang ke rumah'', kata seungri.
''tidak! Nami sepertinya tidak ada di rumah ini, sebaiknya kita cari di tempat lain'', kata siwon.

*cekrett* pintu rumah itu terbuka.
Yoochun menggendong minyoung yang terus saja menangis.
''kenapa nami eonni belum pulang? Aku tidak bisa tidur tanpa melihatnya'', kata minyoung.
''ayo kita berjalan sebentar ke sana, mungkin nami eonni sedang berjalan pulang ke sini'', kata yoochun menenangkan adiknya.

''oppa!!'', panggil minyoung saat melihat seungri dan siwon di sana.
''seungri oppa!! kenapa kau tidak bersama nami eonni?'', tanya minyoung lagi.

Minyoung meminta seungri untuk menggendongnya.
''nami eonni baik2 saja! aku akan menjemputnya sebentar lagi'', kata seungri.

''apa nami eonni baik2 saja?'', tanya yoochun.
''molla! Aku dan seungri berupaya untuk mencarinya'', jawab siwon seraya menoleh ke arah seungri dan minyoung.

''apa minyoung terbiasa akrab dengan seungri?'', tanya siwon.
''ya. Minyoung juga akrab dengan nami'', jawab yoochun.

''uhm minyoung ah, apa kau ingin ikut dengan siwon oppa mencari nami eonni?'', tanya siwon.

Minyoung memandang seungri yang masih menggendongnya.
''oppa??'', kata minyoung.
''kau boleh pergi dengan siwon oppa'', kata seungri.



=Tokyo, Jepang=
Di sebuah rumah sakit terkenal di pusat kota tokyo, gyuri terbaring di sebuah ranjang dengan seprei warna putih. Kedua mata gadis itu tertutup dengan kain kasa.
''nona park gyuri, aku harap operasi ini berhasil'', kata seorang dokter.
''kapan aku bisa membuka perban ini, dokter?'', tanya gyuri.
''sekitar 1 minggu lagi dan aku harap donor mata ini berhasil''.

''seminggu lagi? itu waktu yang lama untuk menunggu. Aku tetap berharap bahwa satu minggu lagi saat perban di mataku di buka, aku bisa melihat duniaku lagi. Karena tanpa mataku, aku seperti kehilangan duniaku. Jujur aku katakan pada Tuhan bahwa aku tidak siap untuk hidup hanya dengan melihat gelap'', batin gyuri.

Perawat pribadi gyuri duduk di sebuah bangku dekat ranjang tidur yeoja itu.
''aku tidak sabar ingin melihatmu sembuh, nona! Aku harap kau melakukan hal yang baik dengan mata itu'', kata perawat itu.
''ya tentu! Aku tidak akan menyia2kan mata ini tapi apakah mata ini cocok dengan bentuk wajahku? Apakah ada yang berubah?'', tanya gyuri.
''aniyo! Kau tetap cantik, mata itu tidak mengubahmu menjadi lebih buruk, bahkan kau tampak lebih cantik sekarang. Apa kau ingin menelpon seungri?''.
''Uhm, aniyo! Tidak untuk sekarang, aku benar2 ingin membuat kejutan''.



=di sebuah rumah, kota seoul=
Pria yang menyekap nami di dalam gudang sedang duduk di balkon rumah itu dengan sebuah rokok di tangan kanannya.

*glegerrrr jlederrrr*
Malam itu, hujan turun dengan deras.
Seorang anak kecil mendekati pria itu lalu mendekapnya.
''ajeossi, aku takut!'', kata gadis kecil itu.
''han taera, kau gadis yang tangguh, kau tidak akan takut petir. Petir jauh di atas sana, sedangkan kau ada di rumah ini bersamaku'', kata pria itu.
''paman, aku merindukan ayah dan ibuku. Kapan kau mengantarku pulang?''.
''aku akan mengantarmu, tapi bukan sekarang. Kau mengerti? Sekarang tidurlah''.

Gadis kecil bernama han taera itu mengangguk kemudian masuk ke dalam rumah. Pria itu memandang taera dan teringat tentang sesuatu hal.

Flash back
#Pria itu berdiri di depan sebuah taman kanak-kanak. Ia menghampiri taera yang berdiri celingukan mencari sesuatu.
''hallo?'', sapa pria itu.
''nuguya?'', tanya taera.
''aku lee minho, teman ayahmu. Dia berpesan bahwa tidak bisa menjemputmu karena ada tugas mendadak''.
''arasseo! Tugas ayah sebagai polisi itu tidak mudah, aku memakluminya''.
''Ajeossi, apa kau langsung ingin mengantarku pulang?'', tanya taera lagi.

Pria bernama minho itu terhenyak karena melihat seorang gadis kecil yang begitu percaya pada orang asing sepertinya.
''ajeossi?'', panggil taera seraya menarik ujung kemeja namja itu.
''eung??'', kata minho heran.
''ayo kita bermain sebelum pulang! Aku dan ayah selalu melakukan hal ini tanpa sepengetahuan ibu''.

Taera masuk ke dalam mobil kemudian duduk di samping minho. Ia mengeluarkan sebuah buku gambar dan ditunjukkan kepada namja itu.
''paman, aku bisa menggambar bintang dengan baik'', kata taera seraya menyodorkan buku gambarnya namun minho tidak memperhatikannya dan mulai melajukan mobil itu.
''paman, apa bintang itu bentuknya seperti ini dan warnanya kuning? Apakah ada bentuk dan warna lain? Tapi kenapa aku melihatnya seperti titik di langit, yang benar bentuk bintang seperti apa?'', tanya taera lagi.
''seperti yang kau gambar. kuning itu warna kehangatan'', jawab minho singkat.
''apa sehangat senyuman paman?''.

Mobil itu terus melaju, taera merasa heran saat minho begitu serius menyetir mobil dan mempercepat laju kendaraannya.
''paman, aku takut! Berhenti sekarang, aku ingin pulang saja!'', kata taera.

Minho tidak menjawab sepatah katapun.
''ajeossi, hentikan mobilnya! Kau membuatku takut!'', kata taera lagi.

Gadis kecil itu mengetuk2 kaca mobil dengan ekspresi ketakutan.
#End.

''Cinta dan harapan membuat seseorang kehilangan niat melakukan kejahatan. Taera ah, kau hampir saja menggagalkan rencanaku'', batin pria itu.


Didalam salah satu ruangan rumah itu, Nami masih saja bersandar di dinding dengan sepiring nasi yang sama sekali tidak ia sentuh.
''bagaimana caranya aku bisa keluar dari tempat ini?'', guman nami.

Nami mendongakkan kepalanya dengan wajah clemang clemong begitu dekil dan bekas air mata terlihat jelas di pipinya.

Gadis itu beranjak berdiri, *krucuk kruwekkk* terdengar suara dari perut nami tanda perutnya butuh asupan gizi.

Nami teringat kenangannya saat di pulau nami, ketika dirinya dan seungri taruhan untuk semangkuk sup kerang buatan ayahnya.
''seungri ah! siwon ssi! Tolong selamatkan aku!'', ucap nami berbisik, seolah2 siwon dan seungri ada didekatnya.

Nami melihat sekeliling gudang untuk memastikan dapat menemukan bentu yang bisa membantunya keluar dari tempat itu.
Saat hendak melakukan Pencarian, ia mendengar pintu ruangan itu berdecit. Pria asing itu masuk dan melihat nami tidak menyentuh makanannya sedikitpun. Nami mengurungkan niatnya dan tetap pada posisinya semula.
''apa kau tidak makan?'', tanya pria itu.
''tidak! Karena aku tidak lapar'', jawab nami.
''baiklah kalau begitu, aku akan mengambilnya kembali'', kata pria itu lalu mengambil piring yang masih utuh dengan lauknya.
''hajimaseyo! (jangan lakukan)!'', seru nami melihat pria itu membawa piring jatah makannya.
Pria itu menoleh,''mweo??''.

Ia menaruh kembali piring nasi itu di dekat nami.
Pria itu keluar dari gudang dan dengan sengaja menjatuhkan sebuah batangan kawat di dekat pintu.

Nami hanya bisa melongo dengan perut kelaparan.
''kenapa pria itu baik sekali? Tampangnya tidak seperti orang jahat sih'', batinnya.

*glegerrr* Terdengar petir menggelegar dengan hujan yang begitu deras.

Pria asing itu menaiki tangga lalu masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.


Di dalam gudang, nami hanya bisa tertunduk.
''aku harus bisa keluar dari tempat ini! Tuhan kirimkan sesuatu agar aku bisa keluar dari tempat ini. Aku tidak meminta seorang superman datang dan meruntuhkan tembok ini, hanya saja aku minta sesuatu yang kecil yang bisa membuatku bebas dari sini'', guman nami seraya memandang pintu ruangan itu yang tertutup rapat.

Nami mendekati pintu itu lalu menengok ke bawah, dilihatnya sebuah batangan kawat tergeletak ditempat itu.
''eh??'', seru nami lalu mengambil kawat itu.
''Kenapa pria itu bertindak bodoh? Apa kau tidak menyadari aku bisa keluar dari tempat ini dengan batang kawat ini?'', batinnya.

Yeoja itu menyincingkan lengan bajunya kemudian mulai mengutak-atik lubang kunci dengan kawat yang ia temukan. Beberapa menit berlalu, usaha nami tidak membuahkan hasil. Pintu gudang itu tetap tidak bisa dibuka.

''phogijahajimarayo! (jangan menyerah)'', gumannya dengan wajah berkeringat.

15 menit kemudian,
*ceklekkk* Pintu itu berhasil dibuka,

Nami mengintip dari celah pintu memastikan tidak ada siapapun disana. Yeoja itu celingukan di luar gudang lalu menengok ke lantai atas. Perlahan2 nami menaiki anak tangga satu per satu.

''aku akan membawa anak komisaris han keluar dari sini. Saatnya brigadir polisi cha nami beraksi. Ya, seorang pemenang akan terlebih dulu kalah'', guman nami.

Nami membuka perlahan2 sebuah pintu kamar. Diintipnya isi kamar itu, ia melihat pria bernama minho itu sedang tertidur. Pandangan nami tertuju pada sebuah ponsel yang ada di meja dekat tempat tidur pria itu. Nami membuka pintu perlahan mendekati pria itu untuk mengambil ponselnya. Nami menoleh dan melihat pria itu masih tertidur tanpa merasa terganggu karena keberadaannya.

''aku bisa menghubungi siwon dengan ponsel ini'', batin nami.

Saat membuka tombol kunci, sebuah panggilan telepon masuk hingga membuat ponsel itu berdering. Nami terkejut bukan main dan langsung menekan tombol call.
Yeoja itu berkeringat dingin dan menoleh ke arah namja itu. Herannya, pria itu tidak terbangun.

Nami dengan ragu menempelkan ponsel itu di telinga kirinya.
''apa kau sudah menghabisi anak komisaris? Lalu kemana kau membuang mayat polisi itu?'', terdengar suara seorang ajeossi dari ponsel itu.

*glek* nami sangat terkejut.

Gadis itu memutuskan sambungan teleponnya.
''kenapa pria ini mengatakan aku sudah mati?'', guman nami.

Hal itu membuat nami tertarik menguak siapa pria yang menghubungi pria asing itu.
''lebih baik aku menghubungi inspektur choi!'', batin nami.

Nami mencoba mengingat2 nomer ponsel siwon. Perlahan nami menekan beberapa digit nomor lalu menekan tombol call.
''yeoboseyo? Choi siwon?'', tanya nami.
''siapa itu choi siwon?'', jawab seorang wanita terdengar dari ponsel itu.
''mianhamnida mengganggu istirahat malam anda. Salah sambung''.
*klik*

''aiss, nomornya salah, eotteohke?'', guman nami panik.

Nami mencoba lagi menekan beberapa digit nomor,
''yeoboseyo? Choi siwon??'', tanya nami.
''mweo? Kau cha nami??'', jawab siwon.
''inspektur choi, tolong aku!! Akhirnya aku bisa menghubungimu'', seru nami lalu dengan reflek menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya.
''kau dimana? Apa yang terjadi denganmu??''.
''aku tidak tahu dimana aku sekarang, kau bisa melacakku dengan nomor ponsel ini dan juga tolong lacak kepemilikan nomor ponsel +8257642568001''.
''aku akan segera ke kantor, tolong jangan matikan ponselnya''.

Nami menyelinap keluar dari kamar dengan membawa ponsel si penculik itu.

*claaapp* Pria asing itu membuka matanya dan tersenyum.

''aku menyukai usahamu, nona!'', gumannya.



=departemen kepolisian seoul=
Mobil siwon berhenti di halaman kantor polisi.
''oppa, apa aku boleh ikut denganmu?'', tanya minyoung seraya melepas sabuk pengamannya.

*taptaptap* Siwon berlari masuk ke dalam kantor departemen kepolisian. Ada beberapa polisi yang sedang berjaga untuk patroli malam.

''inspektur choi, kenapa anda malam2 seperti ini kembali ke kantor?'', tanya seorang polisi kemudian memandang minyoung yang berjalan membuntuti siwon.

''ayo ikut aku ke ruang radar komunikasi'', kata siwon pada rekan kerjanya itu.

Diruang radar komunikasi,
''nami ah, apa kau masih bisa mendengarku?'', tanya siwon.

Minyoung berdiri di dekat siwon. Gadis kecil itu tampak kebingungan melihat sekeliling ruangan yang penuh dengan barang2 berteknologi canggih.

''lebih baik kau duduk disana, kau membuatku kesulitan bekerja'', kata siwon.

''kau sedang bicara dengan siapa?'', tanya nami dalam panggilan teleponnya.

Minyoung tampak terkejut karena siwon terdengar seperti membentaknya.
''oppa, aku ingin di dekatmu, apa aku menganggumu? Aku membuatmu marah, mianhaeyo. Bu guru berpesan untuk aku tetap dekat pada orang yang kupercaya dan aku percaya padamu'', kata minyoung kemudian berbalik dan berjalan ke arah tempat duduk yang ditunjuk siwon.

Siwon merasa bersalah kemudian berjalan menghampiri minyoung dan mengusap rambut gadis kecil itu,
''maafkan aku! Aku hanya khawatir kakimu akan terinjak, kalau begitu siwon oppa akan menggendongmu'', kata siwon.

Minyoung mengangguk dan siwon menggendong gadis kecil itu kemudian melanjutkan komunikasinya dengan nami.
''jangan biarkan jaringan teleponnya putus'', kata siwon lagi.
''baik!'', jawab nami.

''apa kau sedang berbicara dengan nami eonni?'', tanya minyoung.
''apa itu minyoung? Kau bersama minyoung?'', kata nami dengan suara pelan.

Siwon melacak nomor panggilan masuk yang digunakan nami untuk menghubunginya.

*loading* Penginderaan jarak jauh detektor sinyal ponsel tersorot pada kota seoul di distrik kota metropolitan seoul.
Sebuah alamat rumah muncul di layar komputer. Siwon menyuruh rekan kerjanya untuk mengecek sebuah nomor ponsel yang diberikan oleh nami.
''kau tanyakan data kepemilikan nomor ponsel itu'', kata siwon.
''baik, aku akan membuat surat keterangan untuk lembaga komunikasi'', kata rekan siwon lalu bergegas keluar ruangan.

''brigadir cha, kau jangan khawatir. Tetap tenang'', kata siwon.
''aku percaya padamu, inspektur!'', jawab nami.
Siwon tertegun.
''kau akan datang menyelamatkan aku! Kau tidak akan terlambat'', kata nami lagi.



=di sebuah rumah, kota seoul=
Nami menutup teleponnya lalu menoleh ke arah lain sisi rumah itu. Nami berniat mencari han taera, putri komisaris han.

Yeoja itu mencoba membuka pintu sebuah kamar, ia melihat taera sedang tidur dengan memeluk boneka tedy bearnya.
Nami mendekati gadis cilik itu, ''aku akan membawamu keluar dari tempat ini!''.

Nami menarik tubuh taera lalu digendong dipunggungnya, gadis cilik itu masih tertidur pulas.

*taptaptap* Nami perlahan menuruni tangga.

''kau mau pergi dari tempat ini, nona polisi?'', tanya seorang namja hingga membuat nami terkejut dan menghentikan langkahnya.

Nami menoleh ke belakang, dilihatnya pria asing itu berdiri diujung tangga menatap nami.
Sontak yeoja itu berlari cepat menuruni tangga. Taera terbangun dari tidurnya saat merasakan ada guncangan. Gadis kecil itu terkejut ketika menyadari dirinya ada di gendongan wanita asing. Taera lalu menjambak rambut nami.
''aduh! Kau menjambak rambutku'', teriak nami sambil terus berlari mencari pintu keluar.
''turunkan aku! Paman, tolong aku!'', seru taera.
''eh??'', guman nami lalu berhenti berlari.
''kau tahu paman itu adalah penculik. Ia menculikmu! Kenapa kau berteriak minta tolong padanya'', kata nami lagi.

Taera meronta dan turun dari gendongan nami.
''paman bukan orang jahat'', kata taera.
''dia orang jahat, taera ah! Sadarlah!'', kata nami meyakinkan taera.
''sekalipun paman orang jahat seperti yang kau pikirkan, aku akan mengkali kejahatannya dengan angka nol!''.

Pria asing itu berlari mengejar nami dan berhadapan dengan gadis itu. Kemudian Nami mencoba mengambil pistolnya.
''mweo??'', ucap nami saat menyadari pistolnya tidak ada di kantongnya.

''pistol dan ponselmu ada ditanganku!'', kata pria itu sambil menunjukkan pistol dan ponsel nami.
''mweo?'', ucap nami terkejut.
''kenapa kau terburu2?''.

Taera langsung berlari memeluk pria itu.
''Ajeossi'', kata taera.
''Eh??'', seru nami begitu terkejut melihat keakraban taera dan si penculik.
''siapa kau sebenarnya? Apa motifmu menculik taera?'', tanya nami.

Ponsel di genggaman tangan nami berdering, ponsel milik si penculik itu.
''nami ah, nomor ponsel yang kau tunjukkan padaku adalah nomor ponsel milik supir pribadi menteri pertahanan'', kata siwon terdengar dari ponsel itu.
Nami memandang pria asing itu kemudian memutuskan sambungan teleponnya.

''apapun motifmu tapi yang kau lakukan ini adalah tindakan kriminal. Kau terlibat kasus hukum dan bisa dipenjarakan'', kata nami.

Pria asing itu tersenyum, ''kenapa kau tidak juga mengerti? Kau mengambil ponselku dan menghubungi seseorang?''.



=Rumah sopir menteri pertahanan=
Banyak mobil polisi berjajar di depan rumah itu. Beberapa orang polisi menggiring seorang pria dengan borgol terpasang di kedua tangannya.

Sebuah mobil badan intelegen berhenti di tempat itu. Seungri berlari menemui siwon.
''badan intelegen sedang mengusut di kediaman menteri pertahanan, tapi dia bersama anak buahnya berhasil kabur'', kata seungri.
''aku berhasil melacak alamat tempat nami di sekap'', kata siwon.
''kita akan bekerja sama. departemen kepolisian dan badan intelegen''.
Siwon mengangguk.
''minyoung sudah tidur didalam mobil, sepertinya dia kelelahan'', kata siwon.
''ne! Gomaweo'', kata seungri kemudian tersenyum.

*liu liu liu* Terdengar sirine dari mobil polisi dan juga mobil dinas BIN.



=Rumah si penculik=
Ponsel yang dipegang nami kembali berdering lagi. Nami dengan ragu mengangkat panggilan telepon tersebut.
''rencana kita sudah diketahui polisi. Lebih baik kau segera pergi dari tempat itu sekarang juga'', kata seorang ajeossi terdengar dari ponsel itu.

Pria asing itu merebut ponsel miliknya dan mengembalikan pistol dan ponsel milik nami.
''mweo??'', seru nami yang hanya bisa terheran.
''ayo ikut aku!'', kata pria itu sambil menggendong taera.

Nami menodongkan pistolnya ke arah pria itu dan menghalangi jalan.
''apa yang kau lakukan? Jika menteri pertahanan berhasil keluar dari negara ini, kau tidak akan bisa menangkapnya'', kata pria itu.
''mweo??'', kata nami seraya terus menodongkan pistolnya.
''aku menunggu ini sudah sekian tahun! Apakah aku salah, jika aku membalas kematian ayahku dengan menjebloskan si pembunuh ke penjara karena kebusukannya?''.
''apa maksudmu??''.
''ayahku ditembak mati oleh menteri pertahanan karena kesalahan yang tidak dibuatnya''.

Sebuah mobil van hitam meluncur dari sebuah rumah. Nami duduk di samping pria asing itu dan taera ada di pangkuan nami.
''membalas dendam hanya akn membuat harimu buruk, tuan! Apalagi sekarang kau membahayakan dirimu sendiri. Aku heran kenapa kau bisa bertahan bertahun2?'', kata nami.
''bila kau bangun dan berharap hari yang baik tapi kau mengeluh dan bersikap negatif pada keadaan, maka kau akan mendapati hari2 buruk. buatlah dirimu berbeda dalam kompetisi. Jadilah elang yang terbang tinggi dengan kemenangan'', kata pria itu.

Nami mengambil ponselnya dan menghubungi siwon.
''inspektur choi, kerahkan anggota di tanah lapang 15 km dari kota seoul, aktifkan GPS mu'', seru nami.
''mweo??'', tanya siwon.
''sudah, lakukan saja! Waktu kita tidak banyak!''.



=sebuah tanah lapang, pinggiran seoul=
Mobil ferari merah berhenti tidak jauh dari sebuah helicopter. Menteri pertahanan berserta anak buahnya yang sudah bersiaga dengan pistol keluar dari mobil itu dan berlari ke arah helicopter.


*taptaptap* pria asing yang tadi bersama nami berlari ke arah rombongan menteri pertahanan.
''tuan, maafkan aku!'', kata pria itu lalu membungkuk.

Author pov
#lho si penculik kenapa tidak membawa serta nami dan taera? Lalu dimana mobilnya?#end.

Rombongan mobil polisi dan badan intelegen melesat cepat ke TKP.

*liuliuliuliu* Suara sirine semakin terdengar jelas mendekati titik sasaran.
''menyebar! Kijang 1 kijang 1'', seru seorang polisi dengan handy talky nya.

Nami dan taera berada didalam mobil beberapa ratus meter dari tempat itu dengan lampu mobil di matikan.


''menteri pertahanan, menyerahlah! Ada sudah di kepung'', seru komisaris han.
''aku tidak akan menyerah dengan mudah. Kau menghancurkan semua rencanaku, komisaris!'', teriak menteri pertahanan.

*wing wing wing*Suara baling2 helicopter semakin terdengar jelas dengan putaran yang semakin cepat.
Menteri pertahanan hendak menginjakkan kakinya untuk naik ke helicopter itu.

*dordordor* Polisi dan anggota BIN melepaskan tembakan ke arah rombongan menteri pertahanan.
Beberapa anak buah mentri pertahanan berhasil di robohkan.
Pria asing itu menahan menteri pertahanan untuk naik ke helicopter hingga membuat sang menteri terjatuh.

Anggota polisi dan BIN masih meluncurkan tembakan. Pria itu menyeret sang menteri mendekati barisan polisi walaupun di hujani banyak tembakan.

Mendengar suara tembakan, Nami keluar dari mobil dan berlari ke tanah lapang itu dengan meninggalkan taera di dalam mobil.

''berhenti menembak! Tolong, hentikan!!'', seru nami saat melihat anggotanya menembaki minho, namun barisan polisi masih tetap menembak.

''itu brigadir cha!'', seru seungri.

Siwon memberikan perintah untuk menghentikan tembakan. Nami berlari mendekati pria asing itu dan juga menteri pertahanan.

''gwaenchanayo! Semua baik2 saja!!'', teriak nami.

Yeoja itu berlari ke arah barisan polisi membelakangi pria asing itu dan juga sang menteri.
Tanpa disangka, sang menteri mengeluarkan pistol dari sakunya dengan sisa kekuatannya mengarahkan pistolnya ke arah nami yang sedang berlari ke barisan polisi.

*dorrrr*
minho begitu terkejut saat sang menteri menarik pelatuk pistolnya.

*slaaaappp* Peluru itu berhasil menembus punggung bagian kiri nami hingga membuat yeoja itu rebah. Darah mengucur dari lubang peluru itu.

Minho mengambil pistol milik sang menteri dan menembakkan beberapa peluru ke tubuh sang menteri dan yang terakhir adalah bagian kepalanya.

Karena jauhnya jarak lokasi, hingga membuat barisan polisi mengira situasi kembali tidak aman.

*dordordordor* Pria itu dihujani tembakan hingga beberapa peluru berhasil menembus tubuh pria itu.
Pria itu roboh di dekat jasad sang menteri yang juga bersimbah darah.

''nami ah! Nami ah!'', seru seungri lalu membalikkan tubuh nami yang terjerembab di tanah.
''cepat panggilkan ambulan!'', perintah siwon.

Beberapa polisi mengamankan barang bukti yang ada di tempat itu.

''ayah??'', seru taera saat melihat komisaris han ada disana.
''taera ah!!'', seru komisaris han kemudian berlari menemui putrinya.

Taera melihat jasad minho dibawa dengan tandu.
''paman! Paman!'', seru taera lalu melorot dari gendongan ayahnya.

''paman! Bangun paman!'', seru taera sambil menggoyangkan lengan pria asing yang sudah menjadi mayat itu.

Komisaris han sangat terkejut melihat kedekatan anaknya dan si penculik.
''ayah, paman ini bukan orang jahat!'', kata taera dengan air mata berlinang.

Tubuh nami diangkat dengan tandu lalu masuk kedalam ambulan dengan selang oksigen terpasang di hidung yeoja itu. Seungri duduk di sisi nami dengan gelisah.Dua orang petugas medis berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pertolongan pertama.Petugas itu membalikkan tubuh nami dan melihat lubang peluru yang ada di punggung kiri yeoja itu.



=di rumah sakit kota seoul=
*taptaptap* Siwon berlari menyusuri koridor rumah sakit. Langkahnya semakin cepat tatkala melihat seungri berdiri di dekat ruang operasi.
''bagaimana dengan nami? Apa dia akan selamat?'', kata siwon mencengkram bahu seungri.
Namja itu hanya tertunduk tanpa menjawab sepatah katapun.

18 jam kemudian,
Tubuh nami sudah terbaring di ruang perawatan, tim dokter telah menyelesaikan operasinya.

Diluar ruang perawatan, dokter melepas masker yang menutup hidungnya lalu memandang seungri dan siwon.
''aku belum bisa mengambil peluru itu karena bisa membuat jantungnya bocor dan itu akan berakibat fatal'', kata dokter itu.
''mweo??'', seru seungri dan siwon bersamaan.
''apa itu artinya nami akan hidup dengan peluru di jantungnya?'', tanya seungri.
Dokter itu mengangguk.

Siwon dan seungri menengok dari kaca pintu ruang perawatan dan melihat nami terbaring dengan selang oksigen dan peralatan medis lainnya.

(ost xiah junsu - too love)

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar