Green  Pencil

Senin, 05 Agustus 2013

FF Seoul Police Story *8

Judul: Seoul Police Story
Genre: Romance, Comedy
Part: 1-16
Cast:
Cha Na Mi (You)
Lee SeungRi (BigBang)
Choi Siwon (Super Junior)
Park Gyuri (Kara)
Ost: Kim Hyun Joong - Kiss Kiss

Part *8
Nami berlari meninggalkan seungri dan gyuri. Gadis itu terus berlari sambil menghapus air matanya.
Nami berhenti dan melepas sepatu hak tingginya itu lalu melemparkannya di tepi jalan. Gadis itu menoleh ke belakang, Gyuri dan Seungri tidak terlihat lagi.

Gadis itu melangkah dengan gontai, air matanya masih membasahi kedua pipinya.
''hwaaaaa!!'', teriak nami lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.


Seungri memandang gyuri yang sedang menangis.
''Uljima!'', kata seungri.
Gyuri semakin menangis sesenggukan.
''Uljimaaa!!'', teriak seungri lagi.

Seungri menghela nafas kemudian duduk di dekat gyuri.
''Seungri ah, mungkin aku akan gagal. Nami menolak semuanya, apa yang harus aku lakukan sekarang?'', kata gyuri.
''kenapa kau menjadi seperti ini? Kau tidak menyadari bahwa sikapmu menyakiti hati orang lain. Kau membuat nami terluka dengan menyuruhnya menggantikan posisimu sementara di hati siwon agar pria itu tidak kesepian'', kata seungri.
''aku tidak berpikir sebelumnya bahwa nami akan bereaksi seperti itu''.
''jangan kau samakan orang lain sepertimu. Kau bisa menerima belum tentu orang lain menerima, arayo?''.

Seungri hendak meninggalkan gyuri untuk mencari nami. Namun, gyuri menyuruhnya untuk tetap disana.
''seungri ah, maafkan aku. Tolong jangan tinggalkan aku disini karena aku benar2 takut'', kata gyuri.
''aku harus mencari nami!'', kata seungri.

Namja itu menyuruh perawat pribadi gyuri membawa gadis itu kembali pulang ke rumahnya.


Seungri berlari dan sesekali menoleh ke sekeliling berharap ia dapat menemukan nami disana. Namja itu melihat sepatu yang dikenakan nami tergeletak di tepi jalan.

Setelah beberapa saat, Seungri melihat nami duduk di tepi jalan dengan tatapan sayu ke arah jalan raya itu. Seungri mendekati nami lalu menyentuh pundak gadis itu.
''kau tidak perlu mencariku. Simpan saja tenagamu dan kau akan merasa lebih baik'', kata nami tanpa memandang seungri.
''aku merasa lebih baik jika mencarimu dan memastikan bahwa kau baik2 saja'', kata seungri lalu duduk di sisi nami.
''tolong jangan pikirkan ucapan gyuri'', kata seungri lagi lalu menatap nami.

''Bagaimana bisa aku tidak memikirkannya?'', seru nami seraya menoleh ke arah seungri.
''aku memintamu untuk melupakan semua ucapannya dan kau jalani hidupmu tanpa masalah'', kata seungri.

Nami beranjak berdiri namun Seungri memegang tangan yeoja itu.
''aku ingin memegang tanganmu seperti ini dan jika kau memintaku untuk melepasnya, tidak akan kulakukan'', kata seungri dan tetap memegang pergelangan tangan nami dengan erat.

Seungri menyentuh wajah nami dan menahan leher gadis itu. Perlahan wajah seungri dan nami semakin mendekat.
*Kisseu* Seungri dan nami berciuman.
(Ost Shin Min Ah - Syalalala)
''mianhamnida!'', kata seungri saat melepas kecupan bibirnya sesaat kemudian namja itu mencium nami lagi.


Tidak berapa lama kemudian, Seungri berjalan disamping nami. Yeoja itu mengenakan sepatu milik seungri yang tampak longgar.
Nami terdiam tanpa berbicara sepatah katapun sedangkan seungri hanya tersenyum.
''kenapa sepatumu kubiarkan tergeletak di tepi jalan, seharusnya aku mengambilnya sehingga kau tidak perlu memakai sepatuku seperti ini'', kata seungri.
''biarkan saja! Aku suka memakai sepatu ini!'', ucap nami malu2.
''jebal, lihat aku sebentar saja!''.
Nami menggeleng kemudian berjalan mendahului seungri.
''hei cha nami! Kenapa kau tidak berani melihat wajahku? Apa wajahku begitu tampan sehingga kau silau melihatnya?'', seru seungri.

Nami malah berlari meninggalkan seungri dengan sepatu kelonggaran sehingga tampak menggelikan.



=Rumah Siwon=
Siwon berdiri di depan teras rumah, namja itu sesekali menoleh ke jalanan depan rumahnya.
''Kenapa nami belum juga kembali?'', guman siwon.

Tiba2, Siwon membayangkan hal2 buruk di dalam pikirannya.

*didalam Bayangan Siwon*
#terlihat seungri dengan muka mesum melepas baju atasnya sehingga tampak Abs perutnya yang rata, semakin mendekat ke arah nami yang ketakutan di pojokan sebuah tempat karaoke. Namja itu memegang tangan nami lalu memonyongkan bibirnya dan mencoba mencium nami#
*plak* Siwon menepukkan tangannya ke atas kepalanya lalu bayangan itu hilang.

''aiss, aku menjadi berpikiran buruk tentangnya, andwe!'', gerutunya.

Lalu, Siwon mulai membayangkan lagi.
#Nami mendekati seungri dengan pakaian minim dan bergaya seksi untuk memikat seungri. Menyibakkan rambutnya agar dapat menarik perhatian seungri, namun namja itu malah ketakutan dan nami terus mengejarnya#
*plak* siwon menepuk telapak tangannya lagi.

''Keterlaluan'', gerutu siwon.


*cekrett* Nami membuka pintu pagar rumah siwon. Langkahnya terhenti saat melihat siwon ada di teras. Gadis itu sedikit canggung saat melihat siwon lalu mencoba melewati namja itu dengan kepala tertunduk.
''hei cha nami, apa yang kau lakukan? Kau tidak minta maaf padaku?'', tanya siwon kemudian memandang nami yang tidak memakai alas kaki.
''dimana sepatumu?'', tanya siwon lagi.

''Kenapa aku harus minta maaf padamu? Kau tidak perlu repot menanyakan dimana sepatuku, itu bukan urusanmu!'', kata nami.
''kau pulang larut malam dengan seorang pria. Aku sangat khawatir padamu''.

Nami menoleh ke arah siwon.
''Mulai besok kau tidak perlu khawatir dengan menungguku seperti sekarang ini'', kata nami kemudian masuk ke dalam rumah.
''hyaaa, apa maksudmu? Hei cha nami!!'', seru siwon dari luar.


Nami melangkah ke anak tangga lalu menoleh ke arah pintu. Namun sesaat yeoja itu berlari menuju kamarnya.


Keesokan harinya, Siwon melihat arlojinya lalu menengok ke arah tangga namun nami belum juga muncul. Namja itu berinisiatif pergi ke kamar nami karena berpikir gadis itu belum bangun tidur.

*cekret* siwon membuka knop pintu kamar nami yang ternyata tidak terkunci.
Namja itu tidak melihat nami di kamarnya.
Tempat tidurnya tertata rapi, lalu siwon masuk ke dalam kamar mandi namun tempat itu juga tidak ada siapapun.



=Di sebuah jalanan di kota seoul=
Nami berjalan ditepi jalan dengan menenteng sebuah tas. Yeoja itu menghubungi komisaris han dengan ponselnya.
''komisaris han, hari ini aku tidak berdinas. Tolong beri aku waktu sehari saja untuk beristirahat'', kata nami.
''apa kau sakit? Atau kau sedang ada masalah? Nami ah, ingat kau bekerja sebagai pegawai sipil, kau harus bisa mengesampingkan masalah pribadimu untuk negara'', kata komisaris han.
''komisaris, tolong sehari saja. Aku ingin mengambil cuti''.
''Guraeyo, aku harap kau segera kembali bekerja''.
''gamsa hamnida!!''. *klik*

Nami memandang ke depan lalu menoleh ke belakang. Kemudian, ponselnya kembali berdering.
''apa komisaris han berubah pikiran dan menyuruhku untuk bekerja?'', guman nami seraya mengambil ponsel di sakunya.

terlihat dilayar ponselnya *inspektur choi siwon calling*
Nami memandang layar ponselnya sejenak lalu menekan tombol ignore.

Nami berdiri di sebuah kedai mie dingin (Cold noddle biasanya banyak ditemui ketika musim semi dan musim panas-red).

Yeoja itu menepuk perutnya lalu melangkah masuk ke dalam kedai.
''eoseo eoseyo! (selamat datang)'', sapa pemilik kedai.

Nami memesan seporsi mie dingin, tidak lama kemudian pemilik kedai itu mengantarkan pesanan mie di meja nami.
''jal meogeoyo!'', kata ajumma itu.
''ne! Jal meoggeseumnida! Gamsa hamnida'', kata nami.

Nami menyumpit beberapa helai mie dingin itu dan mengunyahnya perlahan, lalu berhenti sejenak. Nami menatap ke arah jalan kemudian merenung seraya menatap mangkuk mie itu. Nami mulai makan mie dingin itu lagi hingga habis tidak bersisa dan memesan seporsi lagi pada ajumma pemilik kedai.

Nami tersenyum lalu mulai menyumpit lagi.
*tesss* air matanya menetes membasahi kedua pipinya kemudian diusapnya kemudian senyuman.

''Aku begitu jahat, gyuri pasti menderita karena diriku. Apa aku membuat gadis itu kecewa? Tuhan, maafkan aku, aku tidak bermaksud menyakiti hatinya. Hanya saja, aku tidak bisa menerima semuanya, aku tidak bisa memberikan hatiku hanya untuk keinginan orang lain'', batinnya.

*hal terbesar akan kau terima jika kau berani memberikan yang terbaik untuk orang lain yang ada didalam dirimu, yaitu hatimu. Seperti Aku menjadikanmu biji mataKu, demikian juga itu yang kau lakukan*

Nami seolah mendengar sebuah suara yang terngiang didalam pikirannya. Gadis itu menepuk kepalanya lalu memesan sebotol soju.
''pagi2 sudah minum soju'', kata ajumma pemilik kedai.
''pagi ini begitu dingin, ajumma'', kata nami kemudian menggosok telapak tangannya.
Ajumma itu hanya menggeleng karena pagi itu seoul tidak begitu dingin.

Nami mulai meneguk sebotol soju itu namun baru beberapa tegukan, gadis itu berhenti dan menaruh botol itu diatas meja.
''alkohol tidak menyelesaikan masalah dan juga mie dingin ini'', guman nami lalu beranjak dari tempat duduknya.
''alkohol hanya membuat liverku rusak dan mie ini membuatku gendut'', ucapnya lagi.

Nami membuka tas untuk mencari dompetnya.
''mweo? Dompetku dimana?'', kata nami.
''ajumma, joesonghamnida. Ehmm,,'', kata nami pada pemilik kedai.

''ajumma, berapa semuanya?'', terdengar suara namja yang begitu nami kenal hingga ia menoleh ke arah namja itu.

''Seungri ah?'', seru nami terkejut saat melihat seungri tiba2 ada di tempat itu.
Seungri tersenyum lalu memberikan beberapa lembar won pada ajumma itu.


Diluar kedai,
Nami menatap seungri dan mencoba memastikan bahwa ia tidak bermimpi dengan mencubit tangan seungri hingga membuat seungri berteriak lalu mengusap lengannya.
''benar! ini bukan mimpi'', kata nami.
''aiss, kenapa kau mencubitku?'', protes seungri.
''memastikan bahwa ini kenyataan''.
''kenapa bukan tanganmu saja yang dicubit?''.
''Aniyo! karena aku akan kesakitan'', kata nami dengan wajah tanpa dosa.

''uhm seungri ah, kenapa kau bisa tahu aku ada disini? Apa mungkin posisiku terlacak di GPS mobilmu?'', tanya nami lagi.
''Aniya! aku mengikutimu sejak dari rumah siwon. Aku menunggu didepan rumah siwon sejak tadi malam, karena aku yakin kau akan pergi dari rumah itu pagi2 buta dan ternyata benar'', kata seungri lalu tertawa terbahak.

Nami melirik ke arah namja yang menertawakannya itu.
''jadi kau sudah tahu jalan pikiranku? Kau lebih dari seorang detektif'', kata nami.
''ya benar'', kata seungri mantap.

Nami menatap seungri lalu melihat bibir namja itu. Nami teringat bahwa ia dan seungri ciuman semalam. Nami langsung meraba bibirnya dan memejamkan matanya.
''aniyo.. Aniyo..'', kata nami.
''hyaa, nami ah??'', seru seungri saat melihat tingkah aneh nami.

Nami melangkah ke mobil seungri lalu membuka pintu mobil itu.
''aku akan berangkat bekerja. Dan aku tidak akan membawa ke dalam mobilku seorang pegawai sipil yang membolos kerja'', kata seungri.
''mweo??'', nami menoleh ke arah seungri lalu menutup pintu mobil itu lagi.


''Terima kasih tuan lee seungri'', kata nami lalu berjalan meninggalkan seungri.

''jankkanman!!'', kata seungri kemudian menghampiri nami dan memberinya lembaran won.
Nami menerima uang itu tanpa mengucapkan terima kasih lagi dan bergegas pergi.

Namja itu tersenyum melihat nami berlalu darinya. Seungri masuk ke dalam mobil dan melaju melewati nami.

''aiss!! Namja itu benar2 keterlaluan!!'', teriak nami seraya menendang trotoar jalan itu
''aw! Aw! Aw!'', seru nami kemudian menyentuh telapak kakinya yang kesakitan karena membentur trotoar.



=Rumah seungri=
Seorang perawat menyodorkan sarapan untuk gyuri namun yeoja itu menolak dan memilih tidak memakannya.
''kau harus makan dan ini obat yang harus kau minum'', kata perawat itu.
''Meoggo sipji anha (aku tidak mau makan)'', kata gyuri.
''kalau begitu, ini obatmu?''.
''tidak''.
''kenapa kau menyia-yiakan hidupmu?''.



=Departemen kepolisian seoul=
Siwon menengok ke dalam ruang kerja nami yang masih kosong.
''nami tidak bekerja hari ini, apa yang terjadi dengannya? Apakah semalam terjadi sesuatu?'', guman siwon.

Siwon kembali ke ruangannya dan di koridor kantor ia berpapasan dengan komisaris han.
''eung! Siwon ah apa kau tahu masalah yang sedang menimpa nami?'', tanya komisaris han.
''komisaris, apa nami menghubungimu?'', tanya siwon.
Komisaris han mengangguk, ''dia meminta ijin untuk cuti sehari''.
''Bisa2nya dia berlaku seperti itu sebagai pegawai sipil'', kata siwon.
''Biarkan nami menenangkan pikirannya sejenak''.
''hajiman.....''.
''tanpa aku tahu masalahnya, pasti saat nami sedang mengalami masa sulit. Jadi biarkan saja''.



=siang hari, badan intelegen negara=
Seungri sedang berlatih menembak dengan pistol di tangan kanannya dan beberapa papan target yang berjarak 20 meter di depannya.

*dorr* Tembakan pertama seungri meleset.
*dorr* Kali ini tembakannya tepat sasaran.
*dorr* Tepat sasaran lagi.

Seungri melepas penutup telinganya dan menyematkan pistol di pinggang kanannya.
''hei seungri ah, kau gagal di awal, aku kira kau akan berhasil seterusnya'', kata teman seungri yang berdiri di sampingnya.
''Adakalanya, seseorang takut untuk melakukan hal yang sama jika apa yang ia lakukan sudah gagal pada awalnya. Padahal keberuntungan bisa datang pada saat kau mau melakukannya lagi, kedua ketiga dan seterusnya'', kata seungri pada temannya.


Seungri keluar dari tempat latihan dan berjalan ke ruang kerjanya. Saat membuka knop pintu dilihatnya siwon sudah menunggu di dalam ruangannya.

''annyeong haseyo'', kata siwon lalu *bow*.
''apa maksud kedatanganmu kemari?'', tanya seungri.
''apa kau ingin tahu tentang pengusutan kasus penculikan itu? Sebaiknya kau kembali ke departemenmu saja'', kata seungri lagi.

''aku ingin tahu apa kau dan nami sedang bertengkar? Nami tidak berdinas hari ini, apa kau tahu nami ada dimana sekarang?''.
''Kau bertanya tentang nami? Bukankah kau paling anti membahas masalah pribadi saat bekerja?''.
''Hei seungri ah, aku bertanya soal nami, kau hanya menjawab ya dan tidak. Kenapa kau selalu bertele2 dan itu membuatku emosi!'', teriak siwon.
''apa kau melukai hati gadis itu Hingga nami frustasi?'', tanya siwon lagi karena gregetan(?) seungri tidak memberinya alasan yang jelas.

Seungri menggeleng,
''kau koreksi dirimu sendiri, kau sering membentaknya dan kau tidak pernah mengakui kemampuannya'', kata seungri sambil menunjuk ke dada siwon dengan telunjuknya.


Siwon berdiri di depan kantor BIN lalu menoleh ke arah lobi kantor itu.
''seungri sepertinya tahu dimana nami berada, aku harus mencari tahu'', guman siwon.



=Halte bus=
Nami berdiri di depan halte bus. Ia merogok saku dan mengambil uang yang diberikan oleh seungri.
''uang ini akan sangat berguna!'', gumannya.


*wussss* tiba2 angin berhembus menerbangkan uang yang ada di telapak tangan nami.
''uwaaaa!!!'', seru nami.

Yeoja itu mencoba mengejar uang yang terbang karena angin yang berhembus tanpa diundang, Namun usahanya gagal karena uang itu tidak berhasil ia temukan.
Nami kembali ke halte dengan terengah seraya memegang dadanya yang berdetak kencang.
''Ahh, apes!'', gerutu nami.
''Jangan mempertahankan sesuatu hanya karena kau ingin memilikinya atau karena kau tidak ingin orang lain memilikinya'', kata seorang ajumma yang berdiri di dekat nami.
''aniyo, ajumma! hanya itu uang yang aku miliki sekarang ini''.
''Kita kehilangan banyak hal di dalam hidup, seperti uangmu tadi. Kehilangan itu pada awalnya tampak tidak adil dan merisaukan tapi itu terjadi supaya ada perubahan positif yang terjadi didalam hidup kita''.
''ajumma, kau bisa mengatakan itu karena kau tidak mengalaminya sendiri''.
''Aniyo! Aku pernah kehilangan sepatu kesayanganku dan aku membuang yang sebelahnya di tempat yang sama dimana sepatuku hilang. Sepatu yang tinggal sebelah tidak banyak bernilai bagiku''.

Tidak lama, sebuah bus berhenti di halte itu.
Ajumma itu masuk ke dalam bus kemudian memanggil nami dan menyuruhnya naik ke dalam bus.
''Gamsa hamnida, ajumma!'', kata nami.
''Berkeras hati dan berusaha mempertahankannya, tidak membuat dunia menjadi lebih baik. kita semua harus memutuskan kapan suatu hal atau seseorang masuk ke dalam hidup kita. atau kapan saatnya kita lebih baik bersama dengan yang lain'', kata ajumma itu.
Nami tersenyum kemudian mengangguk membenarkan.
''Pada saatnya, kita harus mengumpulkan keberanian untuk melepasnya. Karena tiada badai yang tak berlalu, tiada pesta yang tak pernah usai. Lakukan yang menjadi bagianmu!'', kata ajumma itu lagi.



=Taman kota Seoul=
Nami duduk di sebuah bangku sambil mengamati beberapa anak sekolah dasar sedang belajar di alam terbuka. Ya, taman kota seoul sangat cantik di musim semi dimana banyak dijumpai bunga beraneka warna.
Nami memperhatikan seorang anak perempuan dengan seorang namja berdiri di sampingnya.
''aku seperti pernah melihat anak itu tapi dimana ya?'', guman nami sambil terus memperhatikan gadis kecil yang sedang antri membeli es krim itu.

Tiba2, nami teringat bahwa gadis kecil itu pernah dilihatnya berada didalam mobil saat melakukan patroli lapangan bersama kim joon.
''mweo? Gadis itu? Astaga!'', kata nami.


Nami mengendap mendekati penjual es krim itu.
''aneh sekali kenapa anak itu tidak terlihat ketakutan? Seharusnya jika ini penculikan, dia tidak dibawa ke tempat ramai seperti ini'', guman nami.

Nami teringat foto gadis kecil yang ditunjukkan komisaris han padanya.

Namja itu tampak mengambil ponsel dari sakunya.
''yeoboseyo?'', jawab namja itu.
''ada polisi yang mengikutimu. Bawa anak itu kembali ke mobil'', terdengar suara pria dari ponsel itu.

Namja itu menarik gadis itu dari antrian penjual es krim.
''paman, es krimku bagaimana?'', tanya gadis itu.
''kita harus pulang'', jawab namja itu.

Gadis kecil itu menolak karena dia menginginkan es krimnya.
''pulang!!'', teriak namja itu.

Gadis kecil itu mulai terisak dan namja itu dengan kasar menariknya pergi dari taman kota.
Nami terkejut melihat aksi namja itu yang tiba2 pergi dari taman kota.

Nami memperhatikan dirinya, ''tidak mungkin mereka tahu aku polisi, aku tidak berseragam''.

Nami mulai mengikuti kemana namja asing itu pergi. Pria itu mengetahui bahwa ada seseorang yang membuntutinya namun seolah2 dia tidak tahu keberadaan nami.
Yeoja inipun tidak menyadari dan bergaya seolah pengintaiannya berhasil.

Nami bersembunyi di balik pohon saat namja itu menoleh ke belakang. Yeoja itu membuka tasnya untuk mencari pistol.
''aiss, kenapa pistolku tidak aku bawa?'', guman nami saat teringat menaruh pistol di kamar rumah siwon.

Yeoja itu lalu melepas sepatunya yang sebelah kanan.
''Angkat tangan! Berikan anak itu padaku atau kau ku lempar sepatu! Andwe andwe'', kata nami melakukan simulasi penggrebekan penculik itu.

Nami mengintip dari balik pohon, namun namja dan anak gadis itu sudah menghilang. Nami muncul ke jalanan dan mencoba mencari ke sekeliling.
''aneh sekali. Kenapa bisa menghilang begitu cepat''.



=didalam sebuah mobil=
Seorang ajeossi mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.
''kalau kau tidak segera menyiapkan uang itu, putrimu akan aku lempar dari atas tebing hingga hancur berkeping2'', kata ajeossi itu.



=departemen kepolisian=
Komisaris han menerima telpon dari penculik anaknya dan mengintruksikan dengan gerakan tangannya agar anggotanya melacak posisi penculik melalui satelit.
Saat akan terdeteksi posisi tempat itu namun si penculik terburu memutuskan sambungan teleponnya.
''komisaris, kita gagal lagi'', kata anak buah komisaris han.
''gwaenchana! Kita tidak membiarkan dia lolos hanya saja dia bergerak lebih cepat dari kita'', kata komisaris han menenangkan anak buahnya.



=sebuah jalan dekat taman kota seoul=
Nami masih celingukan mencari sosok namja yang membawa anak kecil itu.
Tiba2, seseorang menepuk pundaknya, sontak yeoja itu menoleh dan terkejut melihat pria asing itu ada dibelakangnya.
''apa yang kau lakukan disini?'', tanya pria itu.
Nami terlihat gelagapan, ''uhm anio, aku hanya menunggu kekasihku, karena dia tidak juga datang maka aku mencarinya''.
''kalau begitu dimana kekasihmu sekarang?''.
''sudah ku bilang dia tidak datang!!''.

Pria asing itu menarik tubuh nami ke dalam mobil dan yeoja itu mencoba meronta melepaskan diri. Nami memukul pipi namja itu lalu melepaskan diri dari bekapan pria asing itu.

*bak buk bak buk* Namja itupun tidak segan2 memukul nami. Dan yeoja itu mencoba membalasnya. Tiba2, 3 orang pria keluar dari mobil dan membantu pria asing itu menghadapi nami.



=badan intelegen negara=
Diatas meja kerja seungri, Ponsel namja itu berdering.
''yeoboseyo?'', jawab seungri.
''seungri ssi, gyuri tidak mau makan dan minum obat tolong bujuk dia'', kata perawat pribadi gyuri.
''berikan teleponnya pada gyuri''.

Perawat itu memberikan telepon yang ada digenggaman tangannya pada gyuri yang sedang berdiri di sampingnya.
''nona, seungri ingin bicara denganmu'', kata perawat itu.

''yeoboseyo seungri ah'', kata gyuri.
''apa kau lupa bahwa manusia hidup perlu makan?'', tanya seungri.
''aku tidak perlu itu, aku tidak ada harapan untuk bisa melihat. Nami tidak mau menolongku''.
''tetaplah berdoa meski tak sanggup lagi mengucapkan kata karena terlampau pedih hatimu. Hanya Tuhan yang sanggup mengubah sikap hati seseorang''.

Tanpa disadari gadis itu menangis, gyuri menghapus air matanya dan tersungging senyum dibibirnya.
''gomaweoyo seungri ah. Aku bisa ke jepang dengan dan tanpa nami menolongku. Aku tidak bisa meninggalkan siwon dengan kehampaan hatinya''.



Diruang kerja seungri, namja itu meletakkan ponselnya di atas meja lalu tersenyum.
''Nami? Gadis itu ada dimana sekarang? Aku harap dia baik2 saja'', guman seungri.



=di jalan dekat taman kota=
Nami masih berhadapan dengan pria2 asing yang menghadangnya. Seorang pria asing itu menodongkan pistol ke arah nami. Yeoja itu terkejut setengah mati karena nami menghadapi mereka dengan tangan kosong.
Pria itu menarik pelatuk pistolnya,
*Dorrrr*
(Ost Big Bang - Blue)

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar