Green  Pencil

Senin, 05 Agustus 2013

FF Seoul Police Story*9

Judul: Seoul Police Story
Genre: Romance, Comedy
Part: 1-16
Cast:
Cha Na Mi (You)
Lee SeungRi (BigBang)
Choi Siwon (Super Junior)
Park Gyuri (Kara)
Ost: Xiah Junsu - Too Love

Part *9

Seorang pria asing itu menodongkan pistol ke arah nami hingga membuat yeoja itu terkejut setengah mati karena nami menghadapi mereka dengan tangan kosong.
Pria itu menarik pelatuk pistolnya,

*Dorrrr*

Slow motion>>
Peluru itu meluncur dari pistol pria itu.
*swiiiingggg* ujung peluru itu seperti hendak bersiap melubangi apapun yang dilewatinya.

Nami hanya bisa berdiri terpaku.

*slattt*
Peluru itu meluncur tepat disisi kanan kepala nami di sebelah daun telinganya.

*claaaap* peluru itu menancap di batang pohon di belakang nami.

''uwaaaaaa!!!'', teriak nami syok seraya menutup matanya.

''aku bisa saja membenamkan peluru itu di kepalamu'', kata pria itu.

Nami membuka matanya dan masih terlihat syok dengan apa yang baru saja dialaminya.

''kalau kau bertingkah seperti pahlawan, bersiaplah karena kaupun akan menyusul dan segera mendapat taburan bunga'', kata pria itu kemudian masuk ke dalam mobil lalu melaju dengan kecepatan tinggi.

''nami baboya!'', kata nami pada dirinya sendiri kemudian memandang mobil itu melaju kencang lalu menghilang.

Gadis itu berdiri dengan lutut yang masih gemetaran.
''ini membuatku takut!'', ucapnya.



=Mobil Seungri=
Seungri memutuskan mencari keberadaan nami, saat jam makan siang. Namja itu mengambil ponselnya lalu mencoba menghubungi nami.



=Taman kota seoul=
Ponsel di saku nami berdering. Nami menengok layar ponsel itu *seungri calling*
''yeoboseyo?'', jawab nami dengan suara masih bergetar.
''jigeum eodieseo?'', tanya seungri.
''aku,, aku,,''.
''kau dimana? Apa yang terjadi denganmu? Hyaa nami ah, jawab aku!''.

Nami hanya terdiam,

*dimohon untuk tidak membuang sampah sembarangan di taman kota*

Terdengar suara alarm yang selalu terdengar jika ada seseorang yang membuang sampah sembarangan.



*klik* seungri memutuskan sambungan teleponnya dan segera melajukan mobilnya ke taman kota.

Mobil seungri berhenti di persimpangan lampu merah. Namja itu menengok rambu lalu lintas yang belum berpindah ke warna hijau. Seungri menjentik2kan jarinya pada setir mobil. Wajahnya menyirat kekhawatiran.



=Taman kota, seoul=
Seungri merapatkan mobilnya lalu berlari di sekitar taman kota mencari nami. Kemudian, Seungri melihat nami berdiri di hadapannya. Namja itu tersenyum ke arah nami dan yeoja itu hanya memandang seungri dengan tatapan nanar.

''nami ah, aku sangat,,,'', belum selesai seungri berbicara, nami berlari ke arah seungri lalu memeluk namja itu erat.
''lee seungri! Lee seungri! Lee seungri'', nami terus saja memanggil nama seungri membuat namja itu penasaran dengan apa yang menimpa nami.

''ya aku lee seungri'', kata seungri lalu membalas pelukan nami.
''kalau kau lee seungri, aku siapa? Berarti aku bukan lee seungri'', kata nami.
''mweo??''.
Nami tertawa, ''aku mulai gila karena aku tidak jadi mati''.
''apa maksud mu?''.
''aniyo. Gaja!'', nami melepas pelukannya lalu berjalan meninggalkan seungri seolah2 seperti tidak terjadi sesuatu.

''hyaa nami ah!! Aisss. Tidak jadi mati? Apa kau mencoba bunuh diri?'', teriak seungri.


Nami menoleh lalu melambaikan tangan.
''gomaweo seungri oppa, sampai jumpa besok'', kata nami dengan tersenyum.

*glekk* perasaan seungri seperti diguyur air dari kutub utara.

''Seungri oppa? Nami memanggilku dengan sebutan oppa? Apa maksudnya? Gila, gadis itu selalu saja membuatku terkejut kadang dia terlihat begitu sedih tapi kadang dia juga begitu riang seperti sekarang'', batin seungri.


Namja itu hanya tersenyum kaku karena masih tertegun saat nami memanggilnya dengan sebutan oppa.

Nami kembali menghampiri seungri lalu mengulurkan tangannya.
''pinjami aku uang!'', kata nami.
''mweo? bukankah tadi aku sudah memberimu uang?'', tanya seungri.
''uangmu terbang dibawa angin! Sekarang aku membutuhkan uang! Ppali!''.

Seungri memberikan beberapa lembar won kepada nami.
''gamsahae seungri ah!'', ucap nami seraya membungkuk memberi salam.
''aniyo. Seungri oppa! Arraseo!!''.
''oh! Aku tidak mencoba bunuh diri. Hidupku terlalu berharga untuk aku hentikan dengan percuma''.

Nami tersenyum kemudian melambaikan tangan dan pergi dari sana.



Di tengah jalan, nami teringat dompetnya yang masih tertinggal di rumah siwon.
''aku harus mengambilnya'', guman nami.

Gadis itu menghentikan melambaikan tangan untuk menghentikan sebuah taksi yang melewati jalan itu.

Tidak lama kemudian, mobil itu berhenti di depan rumah siwon.
''tolong tunggu disini sebentar saja'', kata nami.

Sopir taksi yang baik hati itu mengangguk, ''ne! Agashi!''.

Nami menoleh ke sekeliling dan mulai melangkah ke teras. Dilihatnya sebuah amplop surat di bawah pintu rumah itu.

Nami mengambil surat itu dan ada tulisan
*untuk nami*

''untukku? Uhm tidak mungkin ada orang yang menulis surat cinta untukku'', guman nami.

Nami menaruh surat itu kembali dibawah pintu, namun rasa penasarannya membuat ia mengambil surat itu kembali dan membukanya.

*Aku yakin kau akan kembali nami ah, entah siang hari atau sore hari. Kalaupun kau kembali seminggu lagi aku yakin kau membaca surat ini, didepan pintu rumahku. Aku tidak akan mengunci rumahku sebelum kau kembali dan mengambil dompetmu yang tertinggal- By choi siwon*

''aiss, siwon menulis ini hanya untuk membiarkan aku mengambil dompetku bukan karena khawatir padaku'', guman nami.

Nami masuk ke dalam rumah dan mencari dompetnya di kamar atas. Beberapa menit kemudian, nami menemui supir taksi yang telah lama menunggunya itu.
''joesonghamnida, gamsa hamnida'', kata nami sambil memberikan beberapa lembar won.

Nami menutup pintu pagar rumah siwon kemudian berlalu dari tempat itu.
''aku sudah mengambil dompetku. Dan sekarang aku benar2 pergi, inspektur choi!'', batinnya.



=sore hari, di sebuah deretan kios yang menjual makanan kecil=
Nami menoleh ke arah deretan penjual makanan sosis korea. Yeoja itu lalu berdiri di sebuah kios dan memesan seporsi tteopokki bumbu asam manis pedas.

''Eoseo oseyo!'', sapa pemilik kedai.
''tteopokkireul meokgo sipheoyo'', kata nami.
''geuraeyo. Eumnyosuneun eottaeyo? (baiklah. Bagaimana dengan minumannya?)''.
''saenggang keopiga (kopi jahe)''.
''geureom. sipobunjjeum gidaryeo jusipsio! (kalau begitu, mohon tunggu kira2 sepuluh menit)''.
''ne. Gomapseumnida!''.

Beberapa saat kemudian,
''jumuni yeogi isseumnida'', kata pelayan kedai itu seraya meletakkan menu yang diatas meja.
''waaaa!! Jinja misitgetda! (wah, benar2 terlihat enak)'', kata nami seraya menggosok telapak tangannya.
''masitge deuseyo!''.


Di tempat yang sama, siwon masuk ke sebuah kedai roti bakar lalu pesan roti isi daging. Nami dan siwon duduk saling bersebelahan hanya terpisah oleh tirai.

''ajumma, aku pesan satu porsi lagi'', seru nami seraya meletakkan sumpit di dekat piring yang sudah kosong.


Siwon yang sedang menikmati roti isi daging menoleh ke arah samping dan memandang tirai yang memisahkan kedai itu dengan kedai disampingnya.
''ya ampun, aku seperti mendengar suara nami'', guman siwon.
''kenapa aku begitu paranoid! Nami seperti menghantui hidupku'', guman siwon kemudian kembali makan rotinya.


Nami memandang sepiring sosis korea yang ia pesan itu lalu mengusap dan tersungging senyum dibibirnya.
''ayo makan lagi, sampai kau kenyang'', seru nami.


Beberapa menit kemudian, siwon dan nami ditempat berbeda beranjak dari tempat duduknya lalu keluar dari kedai.

Siwon berjalan ke arah kanan dan nami berjalan ke arah kiri. Keduanya tidak saling melihat dan terpaku pada jalanan di depannya.
(Ost: Xiah Junsu - Too Love)


Nami menoleh ke sekeliling lalu mengambil ponsel di sakunya.
''malam ini aku tidur dimana? Apa seungri mengijinkan aku tidur di rumahnya? Uhm aniyo, bagaimana dengan park gyuri? Aku tidak ingin bertemu dengannya'', guman nami.


Nami duduk di bangku di sekitar tempat itu, dilihatnya seorang anak lelaki yang sedang berusaha mengambil dompet dari tas milik seorang ajumma yang sedang berjalan seraya mengetik sms sehingga tidak menyadari tasnya sedang diubekt(?) oleh pemuda asing.

''mweo?Uwaaaa!!'', guman nami lalu menghampiri anak itu dengan diam2.

*slaaap* Tangan nami dengan sigap memegang tangan anak kecil itu lalu menariknya jauh2 dari ajumma yang akan diambil dompetnya itu.
''nuna, kau menggagalkan rencanaku!'', kata anak itu tanpa perasaan takut.
''mweo? Aku baru kali ini menemui seorang pencopet tanpa dosa sepertimu'', kata nami.

Nami memperhatikan pemuda itu dengan seksama kemudian teringat bahwa pria muda itu adalah pria muda yang ia lihat di halte bus saat dirinya pertama tinggal di seoul.
''aku seperti pernah melihatmu, uhm?'', ucap nami.
''eodieseo?'', tanya pria muda itu.
''tidak! Uhm kenapa kau tidak takut padaku karena kau ketahuan mencuri?''.
''aku tidak takut, karena kau melihatku mencuri, aku tidak bisa mengelak. Apa kau akan membawaku ke kantor polisi?''.
''tentu! Karena kau sudah mengaku, kau tidak akan terlalu lama di penjara''.
''kalau aku di penjara, apa kau mau menanggung hidup keluargaku?''.
''mweo?''.
''ibuku kena gangguan jiwa karena ayahku selalu memukul ibuku saat mabuk. Aku punya adik perempuan satu2nya. Dia bersekolah dan aku harus bekerja untuk menanggung hidup keluargaku''.

Nami memperhatikan anak kecil yang masih berdiri di depannya itu.
''siapa namamu?'', tanya nami.
''park yoochun'', jawab namja muda itu yang bernama yochun.
''yoochun ah, ayo kita duduk disana'', ajak nami sambil menunjuk sebuah bangku yang terletak tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Yoochun mengangguk lalu mengikuti nami.
''nuna, kau sungguh beruntung hidupmu tidak sepertiku'', kata yoochun.
''semua jalan hidup itu indah yoochun ah. Tuhan mendewasakan seseorang dengan sebuah masalah. Jangan khawatir semua tidak akan melebihi kekuatanmu'', kata nami.

Namja muda itu menangis dan menundukkan kepalanya. Yoochun mengahapus air matanya hingga membuat nami tersentuh.
''nuna, aku anak yang tidak baik. Kau memang seharusnya membawaku ke kantor polisi. Aku sudah mencopet 16 kali dengan 12 kali berhasil dan 4 kali gagal. Dan kau tahu, gara2 kau, aku gagal yang ke 5 kalinya''.
Nami tersenyum, ''jika semua orang didunia ini baik, orang tidak akan bisa menunjukkan rasa kasihnya. Bukankah rasa kasih itu akan berarti saat mengasihi orang yang belum tentu mengasihi kita?''.

Yoochun mengangguk, ''majayo!''.
''oh ya yoochun ah, menurut hukumku kau tidak layak masuk penjara. Aku memberimu kesempatan untuk memperbaiki hidupmu. Phaitting!'', kata nami sambil mengepalkan tangannya.

Yoochun memperhatikan tas besar milik nami.
''apa kau kabur dari rumah?'', tanya yoochun.
''aku tidak kabur dari rumah'', jawab nami.
''lalu kenapa kau membawa tas besar. Pasti kau pergi dari rumah''.
''aku tidak punya rumah, apa itu bisa dikatakan bahwa aku kabur? Aku hanya pergi dari rumah temanku, itu saja''.
''kau pergi tanpa pamit, berarti kau kabur. Apa kau mencuri sesuatu di rumah itu?''.
''aniyo! Aku tidak mencuri apapun''.

Yoochun mengangguk2.
''nuna, kau bisa menginap di rumahku. Kau tidak perlu takut dengan ibuku. Ayahku jarang di rumah'', kata yoochun.
''tidak, terima kasih. Aku akan mencari penginapan saja'', kata nami.
''ayolah nuna, kau menolongku dan aku ingin membalas kebaikanmu''.
''baiklah, aku tidak bisa menolaknya!''.

Nami dan yoochun berjalan beriringan menyusuri jalanan itu.
Yeoja itu berhenti seraya menoleh ke arah sebuah tempat karaoke.
''ayo kita masuk sebentar saja! Kita karaokean!'', ajak nami.

Yoochun mengangguk kemudian keduanya masuk ke dalam tempat karaoke itu.

''apa kau suka lagu ini?'', tanya nami seraya menunjuk sebuah judul lagu.
''ya, aku menyukainya! I noraereul bureupsida!'', kata yochun.
''sijakhaseyo!''.

Nami dan yoochun mulai bernyanyi seraya memandang layar televisi.

*jadilah terang jangan ditempat yang terang, jadilah terang ditempat yang gelap. Jadilah jawaban jangan hanya kau diam, jadilah jawaban diluar rumahmu.
Jadilah garam jangan ditengah lautan. Jadilah harapan jangan hanya berharap. Jadilah jawaban jangan hanya ucapan. Jadilah jawaban jangan tambahkan beban. Kedamaian yang kita inginkan hanya ada bila hati kita bersama*

''pampampampampampampam'', kata nami dan yoochun mengakhiri lagunya.
''lagu ini membuatku semangat lagi'', kata yoochun.
''nado! Hwaitting!''.



Siwon melajukan mobilnya pelan, saat beberapa mobil patroli polisi melaju melewatinya. Mobil patroli itu berhenti di depan sebuah tempat karaoke. Siwon menghentikan mobilnya kemudian menghampiri kim joon yang ada di depan *SESUJU Karaoke*

''wae?'', tanya siwon.
''Uhm, inspektur choi! Saat aku piket, aku mendapat laporan. Disini ada transaksi obat bius'', kata kimjoon.
''jeongmalyo? Lakukan eksekusi dengan baik jika itu benar adanya!''.
Kimjoon mengangguk kemudian memainkan handy talkynya.


Selesai berkaraoke ria, Nami dan yoochun keluar dari bilik. Kemudian melihat sekelompok polisi membuka dengan paksa pintu bilik satu persatu.
''nuna! Apa polisi itu akan menangkapku?'', tanya yoochun.
''aku rasa tidak. Kecuali kau menjadi DPO kepolisian'', jawab nami.

Yoochun terlihat ketakutan kemudian melesat keluar menabrak kelompok polisi itu. Nami terkejut dan segera berlari menyusul yoochun. Kelompok polisi itu sekilas melihat seorang namja muda dan yeoja dengan meneteng tas jinjing besar berlari melewati mereka kemudian berusaha mengejar.
''kalian berhenti!!'', seru seorang polisi seraya mengejar nami dan yoochun.

''kejar mereka, mungkin saja mereka itu komplotan penjual obat bius'', kata polisi yang lain.


''yoochun ah, berhenti!'', seru nami.

Yoochun berlari menuruni tangga tempat itu dengan cepat kemudian berlari keluar. Nami berlari mengejar yoochun dan mencoba menghentikan namja itu karena ia merasa seorang polisi mengejarnya.

''yoochun ah, berhenti!!'', seru nami.

*swiiiingggg* nami berlari melewati kimjoon dan siwon.

''itu seperti brigadir cha!'', guman kimjoon.
''Nuguya?'', tanya siwon.
''cha nami!''.

Siwon menoleh dan melihat seorang gadis dengan tas besar berlari melalui trotoar jalan itu.
''cha nami!!'', teriak siwon.

Nami menentengkan tasnya dipundaknya seraya terus mengejar yoochun yang berlari ketakutan.
''hyaa, polisi itu tidak sedang menangkapmu. Yoochun ah, berhenti!!'', seru nami terengah karena kelelahan.

Yoochun berhenti kemudian menoleh ke arah nami yang sedang tertunduk kelelahan.
''jeongmalyo? Bagaimana kau tahu?'', tanya yoochun.
''karena aku.. Uhm, Polisi terlalu sibuk untuk mengurusimu! Berhenti sekarang!'', kata nami.

''Lewat sini! Kita harus cepat pergi dari sini'', kata yoochun seraya menunjuk sebuah gang.

Nami mengangguk kemudian mengikuti yoochun dari belakang. Siwon tidak memperhatikan nami dan yoochun, seraya tetap berlari melewati jalanan itu tanpa menoleh ke arah gang.



Tidak lama kemudian, Nami berdiri di depan sebuah rumah yang jauh dari jalan raya dengan gang2 sempit.
''ayo masuk'', kata yoochun.

Nami mengangguk lalu mengikuti anak itu masuk ke dalam rumahnya.
Nami melihat seorang ajumma dengan wajah kusam sedang terduduk sambil tersenyum sendiri. Nami juga melihat seorang gadis kecil sedang membaca sebuah buku cerita. Gadis kecil itu tersenyum saat melihat nami dan yoochun disana.

''oppa??'', sapa gadis kecil itu pada yoochun.

''eonni, kau siapa?'', tanya gadis itu pada nami.
''aku nami! Cha nami!'', kata nami lalu memberi salam.

Gadis itu mengambil buku cerita yang tadi ia baca.
''eonni, apa kau mau membacakannya untukku?'', pinta gadis kecil itu.
''guraeyo! Ne ireumi nuguya?'', tanya nami.
''minyung!''.



=di sebuah restoran cepat saji=
Seungri masuk ke sebuah restoran lalu memesan sebuah menu makanan. Tidak lama kemudian, seungri keluar dari restoran sambil membawa sebuah kantong berisi dua kotak makanan.

''aku akan pulang terlambat, jangan menungguku. Suruhlah gyuri makan malam lebih dulu'', kata seungri saat menghubungi perawat gyuri di rumahnya dengan ponselnya.

Seungri masuk ke dalam mobil, lalu melaju dari tempat itu. Mobil seungri masuk ke sebuah jalan dengan deretan rumah sederhana lalu berhenti di sebuah gang.



=rumah yoochun=
Nami duduk di dekat minyung lalu mulai membuka halaman awal buku cerita yang diberikan oleh minyung.
''kisah kerang mutiara'', kata nami saat membaca judul buku itu.

Minyoung mengangguk, ''ne!''.
''ada kisah seekor kerang yang hidup dilaut bersama ibunya. Kerang itu selalu bersedih dan menangis. Lalu ibu kerang bertanya -kenapa kau menangis anakku?-, kerang kecil itu berkata -ibu kenapa ada pasir masuk ke dalam tubuh ku dan itu sangat sakit-'', kata nami lalu berhenti sejenak, kenangan saat dia dan ayahnya ada di pulau nami sebagi pencari kerang kembali teringat.

''eonni ayo teruskan, kenapa kerang itu sakit?'', tanya minyoung penasaran.
''ibu kerang tersenyum lalu mendekati anaknya dan berkata -rasa sakitmu tidak sebanding dengan apa yang akan kau peroleh-, kerang kecil itu tidak mengerti. Lalu ibu kerang berkata -setiap mahluk ciptaan Tuhan melewati berbagai proses di dalam hidupnya. Bertahanlah saat diproses dan belajar untuk melewatinya-, kerang kecil itu berkata -ibu, rasa sakit yang ku alami sudah lama, kenapa hal yang besar itu belum juga ku peroleh? Apa yang ku dapat dari butir pasir itu?-. Ibu kerang itu tersenyum lagi, senyuman yang hangat kemudian berkata -waktu Tuhan bukan waktu kita, dan percaya semua mendatangkan kebaikan bagi hidupmu. Pasir itu, rasa sakit itu akan menghasilkan hal yang indah yaitu mutiara. Kau ingin menghasilkan mutiara yang terbaik?-, kerang kecil itu mengangguk dan berhenti menangis -aku ingin menghasilkan mutiara yang terbaik, terima kasih ibu-'', kata nami lalu menutup buku cerita itu.
''terima kasih nami eonni. Aku ingin menjadi kerang kecil itu lalu memberikan mutiara pertamaku pada ibuku'', kata minyung lalu memeluk nami.

Nami mengusap punggung minyung lalu tersenyum.
''bertahan saat diproses, ya itu harus kulakukan'', batin nami.


Yoochun sedang duduk di depan rumah, seolah sedang menantikan sesuatu. Seorang namja muncul dari sebuah gang, yoochun melihat namja itu lalu berhambur menghampirinya.
''hyung!!'', seru yoochun.

Namja itu tersenyum lalu memberikan bungkusan makanan untuk yoochun.
''apa kau tidak masuk sekolah lagi?'', tanya pria itu.
''aku ingin bekerja, cukup minyung saja yang sekolah'', kata yoochun.
''mweo? Kau ingin menjadi pencopet selamanya?''.
''aniyo hyung! Aku tidak mencopet!''.
''Aku ingin kau dan minyung sekolah''.
''hyung, terima kasih kau memperhatikan keluargaku''.

Namja itu mengusap rambut yoochun.
Minyung keluar menemui yoochun sambil menunjukkan buku ceritanya.
''yoochun oppa!! Aku ingin jadi kerang mutiara'', seru minyung.

Di dalam rumah itu, Nami mendekati ajumma yang sedang duduk itu.
''ajumma??'', sapa nami.

Ajumma itu tidak memperhatikan nami dan hanya tersenyum sambil memperhatikan ke arah atap rumah.
''Ajumma, kau beruntung memiliki yoochun dan minyoung'', kata nami lagi.

Nami mendengar yoochun dan minyoung sedang berbicara dengan seseorang.
''apa ayahnya pulang? ya ampun apa yang harus aku lakukan'', batin nami.

Yoochun masuk ke dalam rumah dan menemui nami.
''nuna, aku ingin mengenalkanmu pada kakakku'', kata yoochun.
''oppareul eobsseojyo? (bukankah kau tidak punya kakak?)'', kata nami.

Diluar rumah, Minyung sedang asyik dengan namja itu.
''oppa, kerang ini menghasilkan mutiara gara2 ada pasirnya'', kata minyung.
''ne, kau sudah bisa membaca, minyung ah?''.
''oppa, siapa yang kau pilih: ibu kerang, kerang kecil ini atau kakak kerang?''.
''kakak kerang? Apa ada ceritanya disini?''.
''Aniyo! kakak kerang yang membacakan cerita ini untukku''.
Namja itu tersenyum, ''aku pilih kakak kerang saja''.
''kau pintar,oppa! Kakak kerang lebih cantik dariku''.
''tidak ada yang lebih cantik darimu''.


*cekret* Pintu rumah yoochun terbuka, muncul nami yang ditarik tangannya oleh yoochun. Minyung menoleh,

''dia kakak kerang'', kata minyung sambil menunjuk ke arah nami.

Namja itu menoleh ke arah nami, yeoja itu tertegun karena melihat namja yang dikenalnya ada disana.
''lee seungri??'', kata nami.

Seungri sama terkejurnya dan tidak menyangka bertemu nami di rumah itu.
(Ost: Xiah Junsu - Too Love)

Nami dan seungri duduk bersebelahan di teras rumah yoochun.
''kakak kerang, bagaimana kau bisa sampai disini?'', tanya seungri.
''jangan memanggilku dengan sebutan itu seungri oppa'', goda nami.
Seungri tertawa, ''baiklah, tapi kau sangat cocok menjadi kakak kerang''.
''uhm seungri ah, apa aku bisa bertemu gyuri?''.
''mweo? Wae gyuri ssi ga mannago sipheoyo? (kenapa ingin bertemu gyuri?)'', seungri sedikit terkejut.
''mungkin aku harus membantu gyuri melewati masalahnya. Aku tidak boleh egois. Aku merenung saat bernyanyi di karaoke bersama yoochun''.

Nami memandang ke arah langit kemudian menyanyikan lagu yang sama seperti yang ia nyanyikan saat di tempat karaoke.

Seungri memandang nami yang terus menyanyi tanpa memperhatikan seungri yang terus memperhatikannya.
*.... Jadilah harapan dan jangan hanya berharap....*

''tapi, kau harus membagi hatimu untuk siwon'', kata seungri.

Nami menoleh,
''gwaenchanayo, aku akan mencobanya'', nami tersenyum sambil menatap seungri.

(Ost Zia - Depressed)

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar