Green  Pencil

Selasa, 27 Agustus 2013

FF Seoul Police Story *12

Judul: Seoul Police Story
Genre: Action, Romance, Comedy
Part: 1-16
Cast:
Cha Na Mi (You)
Lee SeungRi (BigBang)
Choi Siwon (Super Junior)
Park Gyuri (Kara)

Ost: Xiah Junsu - Too Love

Part *12

Menteri pertahanan itu keluar dari kantor badan intelejen. Didalam mobilnya, pria itu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
''polisi wanita yang memergokimu, dia mengenalimu. Singkirkan dia jika kau tidak ingin masuk penjara'', kata menteri pertahanan lalu menutup sambungan teleponnya.



=Departemen kepolisian=
Siwon dan Nami sedang berlatih menembak dan dibagi menjadi dua tim. Tim pertama bernama tim super junior dan tim kedua bernama bigbang. Nami masuk pada tim bigbang dan siwon menjadi tim lawan yaitu tim super junior.
''aku bisa mengalahkanmu dalam satu tembakan'', kata nami seraya berbisik didekat telinga siwon.
''segala hal yang tidak pernah terpikirkan olehmu bisa terjadi tanpa kau menginginkannya'', kata siwon.
''dorrr!! Aku bisa menembakmu dalam keadaan mata terpejam'', goda nami mengarahkan telunjuknya ke arah siwon.
''aiss!! Lihat saja nanti brigadir cha nami!'', kata siwon seraya mengambil senapan dengan peluru yang terbuat dari karet sejenis pinball.

Dibeberapa titik di tempat latihan dipasang granat dengan skala ledakan kecil.

Setelah persiapan selesai, semua jajaran polisi berbaris mendengar pengarahan dari komisaris han.

Komisaris han memberikan komando, ''perhatikan dengan granat itu. Kalian harus berhati2. Itu mengajarkan pada kalian bahwa penjahat dan kejahatannya ada didekat kalian tanpa kalian sadari''.
Semua anggota tim mengangguk dan menunjukkan kesiapannya.

Tim super junior ada di sebelah utara dan tim big bang ada di selatan dengan pola medan tempur seperti di acara benteng takeshi (program tv jadul jaman author masih seragam smp).

*dorr* Komisaris han menarik pelatuk pistolnya ke udara menandakan latihan di mulai.


Kedua tim bersaing ketat untuk mendapatkan bendera kemenangan yang ada di tengah lapangan dan pemenangnya adalah tim yang terlebih dahulu tiba di benteng pertahanan lawan.

*dorr dorr dorr* Terjadi baku tembak dengan peluru karet. Setiap anggota diberi rompi anti peluru, bila terkena peluru karet itu maka orang tersebut akan merasakan sakit tapi tidak melukai tubuhnya.

Nami berlari kesana kemari dan melakukan penyerangan pada tim lawan.
''fokus! Fokus!'', seru nami.

Siwon bersembunyi di belakang tumpukan ban dan bersiap menembus pertahanan tim bigbang.

Anggota tim nami tampak kompak dan saling melindungi satu sama lain.

*jlegerrrr* tiba2 sebuah granat meledak hingga membuat tim super junior terkejut karena granat itu meledak tidak jauh dari tempat persembunyian siwon.

Nami berlari ke arah benteng pertahanan super junior. Siwon mengintip dari tempat persembunyiannya dan melihat nami menuju ke arahnya.
Namja itu mengarahkan senapan ke arah nami tanpa gadis itu sadari.

''ini bukan kenyataan, ayo siwon ah tembak dia. Sekarang posisi nami adalah lawanmu'', guman siwon seraya mencari titik target yang tepat untuk menembak.

*dorrr* Peluru karet itu melesat dari senapan siwon dan mengenai lengan kanan nami hingga membuat yeoja itu terjatuh.

*swiiingg* Kotak cincin yang ada disaku nami terlempar ke rerumputan.
''mweo? Cincinku'', seru nami.
Yeoja itu reflek mencari kotak cincin berwarna merah itu.

Siwon dari kejauhan melihat polah tingkah nami yang tidak biasa. Disaat pertempuran sengit malah yeoja itu merangkak mencari sesuatu di rerumputan.

''eodi? Kotak itu jatuh dimana?'', guman nami sambil terus mencari kotak cincin yang terlempar dari sakunya itu.

*doorr dorr dorr* Tim super junior dan bigbang masih terjadi baku tembak yang begitu sengit. Kedua tim ingin mencetak kemenangan.

''itu dia'', seru nami sambil menyusup di sela2 pertempuran kedua tim.

Nami mengambil kotak cincin itu, ''akhirnya ketemu juga! Kau tidak akan kemana2, tetap disaku mama!''.

Tiba2, *jleeegerrrrr* terdengar bunyi dentuman disertai dengan teriakan nami.

''aaaaaa'', teriak nami terkejut.

Sebuah granat meledak lagi disamping nami. Yeoja itu terpental dengan kotak cincin terlempar di rerumputan. Nami pingsan tidak sadarkan diri.

Semua anggota reflek menghentikan latihan. Siwon melihat nami tergeletak di lapangan dan bergegas menghampiri yeoja itu.

''brigadir cha! Brigadir cha!'', seru rekan anggota polisi yang lain.

Siwon mengangkat tubuh nami lalu menepuk kedua pipi milik gadis itu.
''nami! Buka matamu, cha nami!'', kata siwon setengah panik namun mata nami masih saja terpejam.

Siwon membopong nami lalu segera membawanya ke poliklinik departemen kepolisian.

''aku heran kenapa brigadir cha mondar mandir di tengah lapangan dan dia terlihat sibuk mencari sesuatu'', kata salah seorang anggota polisi.
''ya, dia tampak tidak fokus latihan'', kata temannya yang lain.
''ini aneh, bukankah brigadir cha anggota kita yang paling bersemangat? Bahkan menyuruh kita tetap fokus''.


Di dalam ruang pemeriksaan, nami sedang ditangani oleh tim dokter.

30 menit kemudian, Dokter yang menangani nami keluar dari ruang pemeriksaan medis.
''bagaimana kondisi brigadir cha?'', tanya siwon.
''brigadir cha baik2 saja, hanya saja dia masih syok karena ledakan kecil itu'', jawab dokter.

Siwon menengok dari kaca pintu ruang medis, dilihatnya mata nami masih terpejam.
''aku yakin kau akan baik2 saja'', guman siwon.

Siwon dan semua rekan kerjanya yang sedari tadi menunggu nami, kembali beraktifitas seperti biasa.

Di ruang pemeriksaan medis, nami seorang diri tanpa ditemani siapapun. Kemudian, mata gadis itu mulai terbuka. Nami sudah sadarkan diri. Ia melihat sekeliling kamarnya dan tangan kanan menyentuh dadanya.
''aku masih hidup. Aku ingat ledakan itu, ya aku terpental'', batin nami.
''mweo? Kotak cincin itu?'', guman nami saat teringat kotak cincin yang ia temukan lalu beranjak dari tempat tidurnya dan melepas jarum infus yang ada di tangan kirinya.



Di lapangan tempat latihan menembak, nami mencari kotak cincin yang terlempar saat ledakan granat itu.
''aku harus menemukannya! cincin itu mungkin bisa membuat siwon mengingat gyuri'', guman nami.

Dengan pencarian yang lumayan lama, akhirnya nami menemukan cincin itu. Digenggamnya erat cincin itu lalu melangkah ke kantor departemen kepolisian.


Di ruang kerja siwon, namja itu mendapat laporan kalau nami tidak ada di ruang medis. Siwon bergegas mencari nami di segala tempat termasuk lapangan tempat ia dan nami berlatih.

Nami berjalan tanpa memperhatikan jalan di depannya karena ia terus memandang kotak cincin yang ada di genggaman tangannya.

*tap* Siwon ada di depan yeoja itu. Nami menghentikan langkahnya dan memastikan namja yang ada di depannya itu.

''uhm inspektur choi siwon?'', tanya nami.
''siapa yang menyuruhmu keluar dari ruang medis?'', tanya siwon dengan tatapan tajam.
''aku baik2 saja. Tidak perlu kuatir padaku''.
''lebih baik kau istirahat. Aku tidak mengerti kenapa kau harus pergi ke lapangan dengan kondisi tubuhmu masih belum pulih?''.
''uhm itu karena ini'', kata nami lalu menunjukkan sebuah kotak cincin berwarna merah itu.

Siwon memperhatikan kotak cincin itu dan langsung mengenalinya.
''itu seperti,,,,'', guman siwon.
''ini milikmu. Barang yang berharga untukmu, inspektur choi siwon'', kata nami.
''cincin yang akan kau berikan untuk gyuri saat kau ingin melamarnya'', kata nami lagi.

Siwon mengambil kotak cincin yang ada digenggaman tangan nami.
''kau menyia-yiakan hidupmu hanya untuk ini?'', kata siwon sambil mengayunkan kotak itu dengan tangannya.
''mweo?? Barang ini berharga untukmu. Kenapa kau tidak mengerti?''.
''bukan cincin ini yang berharga tapi siapa yang memakainya, itu yang berharga untukku'', kata siwon lalu membuka kotak merah itu.

Siwon mengambil cincinnya dan menyematkan dijari manis milik nami.
Yeoja itu sontak terkejut. Nami mencoba menarik tangannya dan melepas cincin itu.
''cincin itu kuberikan padamu karena kau berharga untukku, brigadir cha nami'', kata siwon.
(Ost: Xiah Junsu - Too Love)

Siwon menarik tubuh nami lalu memeluknya di tengah lapangan hijau di komplek departemen kepolisian. Siwon tidak menghiraukan banyak mata tertuju padanya karena pada saat itu lapangan digunakan untuk latihan baris berbaris.

Semua anggota polisi yang ada di sana tersenyum dan saling memperhatikan satu sama lain.
''inspektur choi sangat romantis. Tapi aku tidak menyangka gadis seperti brigadir cha mampu meluluhkan hatinya'', kata seorang polisi yang memperhatikan siwon dan nami dari kejauhan.
''itu jauh lebih baik daripada siwon terluka setelah ditinggalkan oleh inspektur park gyuri'', kata polisi yang lain.


Siwon masih saja memeluk nami.
''siwon ssi, mianhaeyo. Aku tidak bisa,,'', kata nami lirih.
''tidak bisa menjadi pacarku?'', kata siwon lalu melepas pelukannya.
Nami mengangguk,
''aku tidak memintamu menjadi kekasihku. Hanya aku katakan padamu bahwa kau sangat berharga untukku'', kata siwon lalu tertawa membuat nami hanya melonggo dengan ketidakmengertian.
''bukankah menganggap berharga itu seperti,,, uhm'', guman nami.
''kau berharga seperti biji mataku sendiri. Aku akan menjagamu seperti aku menjaga biji mataku'', kata siwon.
''kau membuatku bingung, inspektur choi'', kata nami kemudian pergi dari tempat itu.


=Jam makan siang=
Nami keluar dari kantor departemen kepolisian. Kemudian, siwon menyusul gadis itu dengan menepikan mobilnya di sisi nami berjalan.
''aku akan mengantarmu. Ayo masuk'', kata siwon.

Nami bergegas membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.

*wusssss* mobil itu melaju kencang.

Beberapa menit kemudian, mobil siwon berhenti pada sebuah jalan perkampungan.
''kau akan pergi kemana?'', tanya siwon keheranan.
''kau ingin ikut denganku? Gaja!'', kata nami seraya melepas sabuk pengamannya.

Tidak lama kemudian, Siwon memperhatikan sebuah rumah kecil dan begitu sederhana. Tiba2, pintu rumah itu terbuka dan munculnya sosok park yoochun menghampiri mereka.
''bukankah kau anak yang waktu itu,,,'', tanya siwon.

Yoochun mengangguk, ''ne. Aku tidak menyangka kau akan mengingatku, hyeong?'', kata yoochun.
''ayo kita memasak untuk merayakan ulang tahun ibumu'', ajak nami lalu merangkul yoochun masuk ke dalam rumah.

Siwon masih berdiri seraya memperhatikan nami dan yoochun. Kemudian, namja itu menyusul nami masuk ke dalam rumah.

Siwon memperhatikan sekeliling bagian dalam rumah yoochun, lalu matanya tertuju pada sosok wanita setengah baya yang duduk bersandar disebuah dinding kamar. Siwon mendekati ibu yoochun.
''annyeong hasimnikka'', sapa siwon.

Ibu yoochun hanya terdiam dan menatap siwon dengan sayu.

Yoochun mendekati siwon lalu berbisik, ''ibuku menderita gangguan jiwa''.
Siwon tertegun melihat kondisi keluarga yoochun.

Siwon duduk di samping ibu yoochun dan mulai menyanyikan sebuah lagu.
#di waktu ku masih kecil gembira dan senang. Tiada duka kukenal tak kunjung mengerang. Di sore hari nan sepi ibuku bertelut. Sujud berdoa ku dengar namaku disebut.
Di doa ibuku namaku disebut, di doa ibuku dengar namaku disebut.
Sering ini ku kenang di masa yang berat. Dikala hidup mendesak dan nyaris ku tersesat. Melintas gambar ibuku, sewaktu bertelut. Kembali sayupku dengar namaku disebut#end.
(diambil dari lagu Nikita- didoa ibuku namaku disebut)

Siwon selesai menyanyikan lagu itu dan ibu yoochun memperhatikan namja yang ada disampingnya, lalu menyentuh wajahnya.
Tetes air mata ibu yoochun mengalir membasahi kedua pipinya.
''eomma, tidak akan ku biarkan air matamu menetes dengan sia2'', kata siwon.

Ibu yoochun memeluk siwon erat lalu menangis terisak didalam pelukan namja itu.

Di dapur, nami dan yoochun sedang memasak sup rumput laut.

*cekret* Pintu rumah yoochun terbuka, minyoung dengan tas ransel dipunggungnya itu berlari masuk ke dalam rumah.

''oppa! Oppa!'', serunya memanggil kakaknya, park yoochun.

Minyoung terkejut melihat seorang namja asing duduk di samping ibunya.
''eomma, minyoung pulang'', kata minyoung lalu mencium tangan ibunya.

Gadis kecil itu membuka tas ranselnya lalu mengeluarkan sebuah gambar dan ditunjukkan pada ibunya.
''eomma, aku dapat nilai A untuk gambarku'', kata minyoung.
''gambarmu sangat bagus'', kata siwon sambil menunjuk gambar gadis kecil itu dengan telunjuknya.
''kau siapa?'', tanya minyoung.
''aku choi siwon. Teman nami eonni'', kata siwon memperkenalkan diri.

Ibu minyoung mengambil gambar karya putrinya itu lalu tersenyum, ''gambarmu sangat bagus, minyoung ah''.

Minyoung memandang ibunya lekat2 lalu memeluknya.
''gomaweo, eomma'', kata minyoung.

Minyoung beranjak ke dapur, nami yang sedang mengaduk sup menengok ke arah pintu.
''minyoung ah, kau sudah pulang? Siapa yang menjemputmu?'', tanya nami.
''aku bersama seungri oppa'', jawab minyoung.

Seungri masuk ke dalam rumah dan melihat siwon ada di sana.
''uhm siwon ah??'', kata seungri terkejut melihat siwon ada di rumah itu.
''uhm hei'', kata siwon sedikit canggung.
''kau sering datang kemari?'', tanya siwon lagi.

''apa nami menghubungi seungri juga?'', batin siwon.

''aku mengenal keluarga ini lebih dulu dari nami. Jadi kau jangan berpikir aku datang ke sini karena nami menghubungiku'', kata seungri seperti mengerti apa yang dipikirkan siwon.

Nami melongok dari pintu dapur.
''oh seungri ah, kau juga datang?'', tanya nami.
Seungri mengangguk, ''ne!''.

Tidak lama kemudian, Semangkuk sup rumput laut dan beberapa menu penunjang lainnya terhidang di meja. Semua orang yang ada di rumah itu duduk melingkar saling berhadapan.

''saengil chukhahamnida uri eomma, saengil chukha hamnida'', seru semuanya.

Ibu yoochun ikut bertepuk tangan kegirangan.

Semua menikmati makanan yang terhidang di meja. Siwon ingin mengambil sup rumput laut lagi namun sendoknya di tahan oleh sumpit seungri.
''kau ingin tambah lagi? Oh tidak bisa'', kata seungri.
Siwon melirik ke arah seungri, ''pelit sekali, ini bukan milikmu''.

Nami melihat percekcokan kecil diantara seungri dan siwon. Lalu mengambilkan sup rumput laut itu dan menambahkannya dimangkuk siwon.
''hyaa nami ah, kalau begitu aku juga ingin tambah'', kata seungri sambil menyodorkan mangkuknya.

''kau tidak usah mengikutiku. Kau bisa mengambilnya sendiri'', kata siwon.
''kau diam saja! Lebih baik kau makan!'', kata seungri.

''kalau kalian masih saja bertengkar, lebih baik kalian keluar'', teriak nami.

Seungri dan siwon saling menuduh dan tidak mau mengalah.
''lihat! Minyoung dan yoochun terbengong melihat ulah kalian'', seru nami.

Yeoja itu menarik lengan seungri dan siwon keluar rumah dan menutup pintu dari dalam.

Siwon dan seungri berdiri di depan teras rumah kemudian saling memandang.
''ini semua karenamu'', kata seungri.
''jangan menyalahkan aku'', kata siwon.


Didalam rumah yoochun, nami tampak sedang merapikan meja makan itu dan yoochun membantunya.
Minyoung menghampiri yoochun kemudian minta membacakan majalah untuknya.
''aku sibuk!'', kata yoochun.
Minyoung tampak begitu kecewa.
Yoochun meminta majalah itu kemudian menyobek salah satu halaman menjadi sobekan2 kecil.
''begini saja, aku akan membacakan majalah untukmu, asal kau bisa menyusun potongan kertas ini seperti semula'', kata yoochun tersenyum dan menyadari minyoung tidak akan bisa melakukannya.

Yoochun membantu nami yang sedang mencuci piring kotor sedangkan minyoung sibuk dengan sobekan kertas itu.

Tidak lama kemudian, minyoung menghampiri yoochun dan menunjukkan potongan gambar yang sudah ia satukan.
''tidak mungkin'', guman yoochun.
''ini sangat mudah karena dibalik gambar itu ada foto idolaku, Dong Bang Shin Ki! Aku hanya menempelkan dan membalik halamannya'', kata minyoung.

Akhirnya yoochun mendekati nami, ''nuna, aku harus membacakan majalah untuk minyoung''.
Nami tersenyum, ''aku memperhatikan kalian sejak tadi. Itu mengajarkan banyak hal, jika kita menghadapi banyak kesulitan yang diberikan oleh dunia pada kita, ingatlah untuk melihat dari sisi lain yang memberi kekuatan, semangat dan kemudahan''.
''melihat dari sisi lain kehidupan, jangan putus asa!''.



Siwon dan seungri berjalan beriringan keluar dari gang kecil rumah yoochun. Lalu duduk di sebuah bangku minimarket.
Siwon memberi sekaleng minuman soda pada seungri.

''apa kau menyukai nami?'', tanya siwon.
Seungri tersenyum, ''kau pria, sama sepertiku. Aku rasa kau sudah mengerti bagaimana perasaanku pada gadis itu''.
''mungkin kau lebih dulu menyukainya tapi aku berharap akan memiliki gadis itu sampai akhir''.
''apa maksudmu?''.
''aku menyukainya. Kedekatanmu dengan nami membuatku cemburu''.

Seungri keluar dari minimarket dengan membawa kaleng minumannya.
''hyaa seungri ah!!'', panggil siwon tapi seungri tidak mengindahkan panggilan siwon.


Nami mengenakan sepatunya lalu bergegas keluar dari rumah yoochun.
''jaga minyoung dan ibumu dengan baik'', kata nami.
Yoochun mengangguk lalu masuk ke dalam rumah.

Nami menyusuri gang kecil di dekat rumah yoochun,
Nami merasa seolah2 ada yang mengikutinya dari belakang.
Langkahnya terhenti dan berfikir sejenak.
''seperti ada yang mengikutiku'', guman nami,
Yeoja itu memberanikan diri menoleh ke belakang.

Dan *lhaaaaa* Tidak ada siapapun disana.

Nami melanjutkan berjalan dan lagi2 perasaannya tidak enak karena merasa ada yang mengikutinya.
Nami tidak menoleh ke belakang namun langsung berlari secepat kilat tanpa memastikan apa yang ada dibelakangnya lagi.

*tap tap tap* Terdengar langkah kaki di belakang nami. Ya segerombolan pria berjas perlente berlari mengejar nami.

Nami lari pontang panting tidak melihat arah tujuan, asalkan bisa menghindar dari kejaran pria2 tidak dikenal itu.

*tap tap tap* Langkah kaki nami semakin cepat dan berbelok disebuah tikungan kecil.

Nami bersembunyi di samping pagar sebuah rumah sedangkan gerombolan pria itu berlari lurus ke depan tanpa melihat nami bersembunyi di sisi tempat itu.

*deg deg deg* Jantung nami berdetak tidak aturan dan badannya terasa panas dengan keringat dingin mengalir di keningnya.

Nami mengintip dari sisi pagar dan melihat tempat itu sudah sepi dan gerombolan pria itu tidak terlihat lagi.

*bukkkkk* Seseorang memukul tengkuk nami.

*brukkk* Nami terjatuh tidak sadarkan diri. Salah seorang dari gerombolan pria tidak dikenal itu membopong tubuh nami.


Seugri berjalan ke arah rumah yoochun.
''aku akan mengantar nami kembali ke kantornya'', guman seungri seraya menengok jam tangannya.


Di sisi yang lain, tubuh nami di masukkan ke dalam sebuah mobil van warna hitam.
Tidak lama kemudian, mobil itu melaju.

*tiiiinnnn* Disebuah belokan jalan, mobil itu berpapasan dengan seungri dan mengklakson keras.

*wusss* Mobil itu hampir saja menabrak seungri namun namja itu cepat menghindar.
Seungri memperhatikan mobil van hitam yang hampir membuatnya celaka itu. Kemudian, mobil itu hilang dari pandangan.


=Rumah Yoochun=
''mweo? Nami sudah pergi?'', tanya seungri saat yoochun memberitahunya bahwa nami sudah tidak ada di rumah.
Yoochun mengangguk, ''mungkin nami nuna sudah kembali ke kantornya''.

Seungri mengelus rambut yoochun, ''aku akan kembali ke kantor. Sampai ketemu nanti''.
''ne, josimhae seungri oppa''.

Seungri beranjak ke mobilnya, kemudian mobil itu melaju.


*toktoktok* Pintu Rumah yoochun diketuk oleh seseorang.
''uhm apakah nami masih ada disini?'', tanya siwon saat yoochun membukakan pintu untuknya.
''kau dan seungri oppa menanyakan hal yang sama'', kata yoochun.
''mweo??''.
''menanyakan dimana nami nuna berada. Dia sudah pergi beberapa saat yang lalu''.

Siwon beranjak pergi dari rumah itu. Yoochun memperhatikan siwon dari atas terasnya.
''perasaanku jadi tidak enak. aku harap nami nuna baik2 saja'', guman yoochun.


=Di sebuah Rumah, disisi lain kota seoul=
Nami tergeletak di sebuah gudang tua dengan jendela yang tertutup rapat.
Perlahan yeoja itu membuka matanya dan dapat menggerakkan tubuhnya.
''aku ada dimana?'', ucap nami lirih sambil menyentuh keningnya.

Gadis itu melihat kesekeliling ruangan itu dan mencoba mengingat apa yang terjadi.
Nami teringat saat dirinya bersembunyi dari kejaran gerombolan tak di kenal.
''aku hanya ingat saat aku bersembunyi dan selanjutnya aku tidak sadarkan diri. Ya Tuhan, apa yang terjadi'', guman nami.

Nami memandang dirinya dan tidak melihat ada ikatan tali terlilit ditubuhnya. Nami mengintip dari lubang kunci pada pintu ruangan itu. Dilihatnya sebuah ruangan lain yang terlihat sepi.
Tiba2 terdengar suara anak kecil semakin dekat ke arahnya.
''ajeossi, gomaweoyo'', kata seorang gadis kecil.

Pria yang berdiri di samping anak itu mengangguk lalu mengusap kepalanya.
''kau lebih dari ayahku. Besok aku ingin jalan2 lagi''.
''oh ne, sekarang kembalilah ke kamarmu''.

Gadis kecil itu mengangguk lalu berlari ke arah tangga. Saat langkah kakinya menaiki anak tangga yang pertama, gadis itu menoleh ke arah pintu dimana nami ada didalamnya.
''apa yang kau lihat?'', tanya pria itu.
''uhm aniyo!'', kata gadis kecil itu lalu menaiki tangga.

Pria asing itu berjalan ke arah ruangan tempat nami di sekap.
*cekrett* pintu ruangan itu terbuka.

Nami berpura2 masih tidak sadarkan diri. Pria itu mendekati nami dan menendang perut yeoja itu.
''aku tahu kau berpura2 pingsan'', kata pria itu.
Nami mencoba menahan tendangan pria itu dengan mata terpejam.

Pria itu jongkok disamping nami dan menjambak rambut nami, sontak gadis itu berteriak.
''lepaskan!'', kata nami sambil menahan rambutnya.

Namja itu mendorong kepala nami. Yeoja itu meringis kesakitan dengan pakaian yang sudah lusuh karena banyak debu menempel.

Nami memperhatikan pria itu lagi.
''kau adalah pria yang,,, astaga kau kaki tangan menteri pertahanan'', seru nami.

Namja itu tersenyum dengan tatapan tajam.
''ya. Seharusnya aku menembakmu saat itu juga'', kata pria itu.

''apa yang kau lakukan pada putri komisaris?'', tanya nami.

Pria itu hanya tersenyum lalu keluar dari ruangan itu. Nami berlari ke arah pintu dan mengetuk dengan keras.
''buka pintunya keluarkan aku dari sini!'', teriak nami.



=Departemen kepolisian=
Siwon masuk ke ruangan nami namun ia tidak menemukan gadis itu disana.
Siwon bergegas ke tempat latihan korps kepolisian,
''apa kau melihat brigadir cha?'', tanya siwon.
''aku tidak melihat brigadir cha sejak ia keluar saat jam makan siang'', jawab seorang rekan kerjanya.
Siwon menghubungi ponsel nami.


Sebuah Ponsel berdering, tanpak sebuah tangan merogoh saku untuk mengambil ponsel itu.
Dilayar ponsel tampak *siwon calling*

Yakk, ponsel nami ada di tangan pria asing yang menyekapnya.
Namja itu hanya tersenyum tanpa mengangkat telepon untuk nami.

Tidak lama kemudian, ponsel milik pria asing itu berdering.
''yeoboseyo?'', jawab pria itu.
''apa kau sudah menghabisi polisi itu?'', tanya seorang pria terdengar dari ponsel namja itu.
''ne. Gadis itu sudah mati!''.
''komisaris polisi itu tidak menunjukkan tanda2 bekerja sama dengan kita. Lebih baik kau habisi anak itu''.
''ne. Akan segera ku lakukan!''.
*klik*

*brakkk brakk brakk* Nami terus mencoba menggedor pintu itu dari dalam.
''aku akan menghubungi siwon'', guman nami lalu mengambil ponsel di sakunya.
''mweo? Ponselku tidak ada! Apa mungkin ponselku jatuh?'', ucap nami resah seraya meraba saku kanan kirinya.

Nami bersandar pada dinding ruangan itu.
''kenapa ini harus aku alami? Aku tidak menyangka seorang polisi sepertiku bisa diculik'', guman nami.



=sore hari, departemen kepolisian=
jam dinas siwon sudah selesai, komisaris han memanggil siwon untuk menemuinya di ruang kerjanya.
''aku mendengar brigadir cha tidak kembali ke kantor setelah jam makan siang'',kat komisaris han.
''ya, aku menghubungi ponselnya tapi tidak diangkat'', jawab siwon.
''tidak biasanya brigadir cha bertindak seperti ini''.
''dia keenakan pacaran dengan kekasihnya. Mungkin dia lupa dengan tugas dinasnya. Setelah dia kembali, aku akan memberikan sanksi''.


=kantor badan intelegen=
Seungri hendak masuk ke dalam mobilnya, tidak lama kemudian ponsel di sakunya berdering.
''yeoboseyo??'', jawab seungri.
''hyaaa kau bawa nami kemana? Apa kau tidak tahu aturan bahwa nami sedang berdinas?'', cerocos siwon terdengar dari ponsel seungri.
''mweo? Nami tidak bersamamu?'', tanya seungri balik.
''mweo??''.
''nami tidak bersamaku''.
*klik*

Seungri bergegas masuk ke dalam mobilnya,
*wusss* mobil itu melaju dengan cepatnya.

*taptaptap* Seungri berlari menyusuri sebuah gang sempit. Langkahnya terhenti di depan rumah yoochun.

*cekret* Seungri membuka pintu rumah yoochun tanpa mengetuknya membuat yoochun dan minyoung menoleh karena terkejut.
''apa nami sudah kembali?'', tanya seungri.
Kedua kakak beradik itu menggeleng.

Seungri cepat2 memakai sepatunya dan bergegas berlari keluar. Yoochun menyusul seungri dengan berdiri didepan rumahnya, namun seungri sudah tidak tampak lagi.

''oppa, apa nami eonni baik2 saja?'', tanya minyoung.
''aku harap seperti itu, jankkanman!'', kata yoochun lalu berlari meninggalkan minyoung.

Yoochun mencoba menyusuri gang2 tidak jauh dari rumahnya dimana nami biasanya lewat.



=Rumah siwon=
*taptaptap* Siwon berlari ke teras rumahnya dan mengambil kunci yang ia simpan di bawah keset depan pintu.
''kunci ini masih ada disini, aku selalu berharap nami kembali'', guman siwon lalu membuka pintu rumahnya.

Tidak lama kemudian, namja itu keluar dari rumah dan berlari ke arah halte bus, tempat dimana nami selalu menunggu bus.
''apa tadi kau melihat seorang gadis dengan seragam polisi ada disini?'', tanya siwon pada seorang ajeossi yang duduk di halte bus.
''aku tidak melihatnya'', jawab ajeossi itu.

Siwon menengok ke sekeliling lalu merogoh ponsel di sakunya.


Didalam mobil seungri,
Ponsel namja itu berdering, *siwon calling*.
''yeoboseyo??'', jawab seungri.
''apa kau berhasil menemukan nami?'', tanya siwon.
''belum, bukankah ini sangat aneh?''.
''aku berpikir nami saat ini ada di tempat yang tidak aman''.
''apa kau berpikir sama denganku bahwa nami di culik?''.
''di culik??'', seru siwon.

(ost Kara - Step)

@ tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar