Green  Pencil

Selasa, 27 Agustus 2013

FF Seoul Police Story *14

Judul: Seoul Police Story
Genre: Action, Romance, Comedy
Part: 1-16
Cast:
Cha Na Mi (You)
Lee SeungRi (BigBang)
Choi Siwon (Super Junior)
Park Gyuri (Kara)

Ost: Xiah Junsu - Too Love

Part *14
Terjadi baku tembak antara pihak kepolisian dan komplotan yang dipimpin menteri pertahanan. Minho, penculik itu tewas tertembak sedangkan nami kritis di rumah sakit. Dokter memberikan pernyataan bahwa timnya tidak bisa mengeluarkan peluru yang hampir melubangi jantung nami.

''apa itu artinya nami akan hidup dengan peluru di jantungnya?'', tanya seungri.
Dokter itu mengangguk, ''ne! Tapi aku tidak bisa memastikan hidupnya akan berjalan dengan baik''.

Siwon dan seungri menengok dari kaca pintu ruang perawatan dan melihat nami terbaring dengan selang oksigen dan peralatan medis lainnya.
(ost xiah junsu - too love)
''apakah gadis yang terbaring itu benar2 nami yang kita kenal?'', ucap siwon seraya terus memandang nami dari balik pintu itu.
''aku gagal, seungri ah! Aku tidak bisa menolongnya!'', kata siwon lagi.

Siwon dan seungri duduk di taman rumah sakit itu seraya meneguk sekaleng minuman ringan.
''apakah bisa seseorang hidup dengan jantung yang berpeluru?'', tanya seungri.
''apa kau pesimis? Membuat nami tetap berbahagia, itu tugas kita'', kata siwon.
''nami menyesampingkan keselamatannya hanya untuk menyelamatkan seorang penculik!''.
''ya benar! Mungkin jika aku jadi nami, aku akan menyelamatkan diriku terlebih dahulu''.


Didalam ruang perawatan, tampak peralatan medis seperti pendeteksi detak jantung masih bergerak naik turun tapi mata nami masih saja terpejam.

Jauh di dalam pikiran nami. yeoja itu seperti berjalan diatas awan2 yang serba putih hingga tidak diketahui ujung pangkalnya.
Tiba2 yeoja itu, melihat tuan cha dengan pakaian berwarna putih polos.
''appa??'', sapa nami.
Ajeossi itu menoleh dan tersenyum.
''nami ah, aku bangga padamu! Apapun yang terjadi padamu kelak, percayalah kau telah melakukan yang terbaik. Tuhan tidak salah memilihmu menjadi seorang penolong'', kata tuan cha.

Tuan cha tersenyum lalu bayangannya lamat2 menghilang.
Nami berlari mencari ayahnya dan berharap segera mencapai ujung tempat yang hanya tampak putih itu. Nami terkejut saat ia berdiri diatas tebing, di hadapannya tampak sebuah air terjun yang tidak diketahui seberapa dalam jurangnya.
Nami melihat sebuah pelangi terpantul pada air terjun yang mengalir melalui tebing terjal itu.
''jika kau melihat pelangi, apa yang ada dalam benakmu sekarang?'', terdengar suara menggema di tempat itu.
Nami menoleh ke sekeliling tapi ia tidak melihat siapapun disana.
''pelangi itu pertanda apa?'', tanya suara misterius itu lagi.
''pelangi tanda sebuah janji. Saat aku melihatnya, aku merasa bahagia'', jawab nami.
''Berapa warna pelangi yang kau lihat itu?''.
Nami mengulurkan telunjuknya ke arah pelangi itu dan mencoba mentafsir warnanya.
''Kenapa hanya ada 4 warna? Biru, merah, ungu dan emas? Kenapa ada warna emas di sana?'', tanya nami keheranan.
''Aku memunculkan warna biru, itu tandanya kau sedang sakit. Warna merah, saat kau sendirian. Warna ungu, saat kau menghabiskan banyak waktu untuk dekat padaku. Dan warna emas itu, kau tahu kenapa aku membuatnya? Karena dalam keadaanmu yang sekarang, kau tetap berbahagia'', kata suara misterius itu.



=Seminggu kemudian, Rumah sakit seoul=
Ruang perawatan nami terlihat sepi. Selang oksigen masih menempel di hidung yeoja itu.

Tiba2, jari jemari nami bergerak.
*tit tit tit* Suara pendeteksi detak jantung yang ada disisi ranjang gadis itu bergerak naik turun lebih stabil.



=Rumah Yoochun=
Minyoung berlari keluar rumahnya sambil membawa rangkaian bunga. Tangan kecilnya memeluk erat rangkaian bunga itu di dadanya.
''oppa?? Ppalli!!'', seru minkyung.

Seungri keluar beriringan bersama dengan yoochun.
''Aku sangat senang saat mendengar nami eonni sudah sadar. Tapi, apa nami eonni akan baik2 saja setelah ini?'', tanya yoochun.
Seungri mengangguk, ''nami akan baik2 saja. Aku memintamu untuk terus menyebut namanya disetiap doamu''.
''ya, pasti!! Kalau kau pasti terus menyebut namanya tanpa kuminta kan, hyeong?''.

Seungri melajukan mobilnya, yoochun dan adiknya duduk di bagian belakang.
''oppa! Dimana bungamu? Kau tidak membawakan nami eonni seikat bunga?'', tanya minyoung.
''bukankah kau sudah membawanya untuk nami eonni?'', kata seungri seraya terus menyetir.
''tidak, aku dan kau berbeda. Nami eonni bilang padaku bahwa cintanya padaku dan padamu itu berbeda. Kau seharusnya membelikan nami eonni bunga yang lebih banyak dari yang aku bawa!''.
''Seungri oppa!? Jangan pelit!?'', kata minyoung lagi.

Yoochun menoleh ke arah adiknya, sepertinya gadis kecil itu marah karena seungri tidak membawakan bunga untuk nami.
''kenapa kau berpikir cinta nami eonni padamu dan pada seungri oppa berbeda?'', tanya yoochun.
''karena mereka sudah dewasa. Kau tahu cinta orang dewasa itu berbeda? Kata bu guru, cinta orang dewasa akan menciptakan hidup. Kita ada di dunia ini karena cinta orang tua kita! Benar kan?'', kata minyoung.
''kenapa kau jadi seperti ini? Aneh!?''.
''Uhm, ani!!''.


Seungri menghentikan mobilnya di sebuah toko bunga.
Seungri memilih buket bunga mawar merah kemudian meletakkannya di dekat kursi mengemudinya.
''ini jauh lebih baik! Uhm, hyeong, lakukan yang terbaik untuk orang kau cintai'', bisik yoochun.
''kenapa orang dewasa selalu memilih bunga mawar warna merah? Benar2 tidak kreatif!'', ucap minyoung seraya melipatkan tangan di dadanya.
''karena bunga mawar itu mudah didapat, kau akan menemukannya hampir di semua toko bunga'', kata seungri.
''seharusnya kau memberi sesuatu yang istimewa, nami eonni kan orang yang spesial untukku. Apa dia tidak istimewa untukmu?'' kata minyoung lagi.



=rumah sakit pusat seoul=
Siwon menyusuri koridor rumah sakit dengan rangkaian bunga di tangan.

*ceklettt* Siwon masuk ke ruang perawatan nami. Ia terheran saat melihat dokter dan beberapa perawat begitu intens menangani nami.
''apa yang terjadi?'', tanya siwon heran.
''nami kembali colaps! Kami sedang mencoba memacu jantungnya agar berdetak lebih stabil'', jawab dokter itu.

Tidak lama kemudian, detak jantung nami mulai stabil, namun gadis itu belum juga sadarkan diri.
''nami, bertahanlah! Kau sadar, hidupmu ditentukan untuk tidak berhenti sekarang'', kata siwon yang duduk disisi ranjang nami.

*tesss* kedua mata nami meneteskan air mata dalam keadaan terpejam.

Seorang suster perawat masuk dan menyuruh siwon keluar sebentar. Siwon mengangguk lalu beranjak keluar ruangan itu.

Tidak lama kemudian, Saat perawat itu sedang mengecek peralatan medis yang menempel ditubuh nami, mata gadis itu terbuka. Nami sadarkan diri. Perawat itu saat takjub tatkala melihat nami sudah sadar dari colapsnya.

Nami memandang ke arah atas dan melihat bangunan bercat putih itu.
''nona, kau sudah sadar?'', kata perawat itu.
Nami tidak menjawab dan terus saja meneteskan air matanya.

Seorang dokter masuk ke dalam ruang perawatan nami. Siwon begitu terkejut saat melihat dokter itu terburu2 masuk ke ruang perawatan.
''nona nami! Kau sudah sadar?'', tanya dokter itu

Perawat itu keluar dari ruangan dan siwon langsung mencegatnya.
''suster, apa yang terjadi dengan nami?'', tanya siwon.
''nona nami sudah sadar'', jawab perawat itu dengan senyuman.
''nami sudah sadar''.
Siwon tersenyum dan tampak kelegaan di wajah namja itu.

Siwon masuk ke dalam ruangan, dilihatnya nami sudah membuka matanya dan menoleh ke arah namja itu.
''brigadir cha! Apa kabar??'', sapa siwon.
Nami menyunggingkan senyumnya.
''apa aku sudah setahun tidak melihatmu, inspektur choi?'', tanya nami dengan suara lirih.

Siwon duduk disamping tempat tidur nami.
''terima kasih untuk dedikasimu pada kepolisian'', kata siwon.

Pintu kamar nami terbuka dan serombongan anggota polisi pusat seoul datang dengan membawa rangkaian bunga. Komisaris han membawa serta putrinya, han taera. Gadis kecil itu membawa boneka tedy bear lalu memberikannya kepada nami.
''brigadir cha, karena paman minho sudah pergi ke surga, aku berikan boneka ini padamu'', kata taera, putri komisaris han.
''gomapda taera ah!'', ucap nami.

Gadis kecil itu mengangguk, ''aku menyukaimu, kau sangat keren!'', bisik taera didekat telinga nami.

Komisaris han menyunggingkan senyum lalu mengacungkan ibu jarinya.

''brigadir cha, aku pernah bermimpi tentangmu, apa kau mau mendengarnya?'', tanya taera.

Nami tersenyum kemudian mengangguk,
''saat itu aku berjalan di tepian sungai dan arus sungai sedang sangat deras. Aku ingin melintasi sampai ke seberang. Aku melihatmu menyeberang dengan sebuah rakit, anehnya kau memakai seragam polisimu. Aku memanggilmu dan kau mengajakku, padahal disana ada banyak orang tapi aku memilihmu'', kata taera.

Gadis kecil itu menggenggam tangan nami,
''orang banyak itu bertanya *kenapa kau memilihnya? Bukankah ada banyak orang disini yang lebih pandai melajukan rakitnya? Kau percaya padanya?*. Aku menjawab *karena diantara kalian banyak wajah yang mengungkapkan kata *tidak* untuk sebuah bantuan sedangkan nona polisi itu mengungkapkan kata *ya* dari wajahnya, sehingga aku tidak segan meminta pertolongan padanya*'', kata taera lagi.

Siwon mengusap rambut taera, ''setiap kebaikan yang mengalir dari hati yang tulus, bagaimanapun akan memancar keluar dalam rupa kepribadian yang ramah dan bersahabat. Kita sering merasakannya ketika berada dekat dengan seseorang, kadang kita merasa aman dan tenang bersama orang tertentu, sementara ketika bersama orang lain, kita merasa gelisah dan tidak nyaman. Itulah energi kebaikan yang memancar keluar dari hati kita''.
''terima kasih taera ah, karena energi yang kau miliki membuat aku sembuh'', kata nami lirih.

Siwon bersama dengan rombongan anggota polisi itu keluar dari ruang perawatan. Di lorong rumah sakit, seungri berpapasan dengan siwon dan rekan2nya. Seungri berhenti sejenak dan membungkuk memberi salam.
''annyeong hasimnikka'', sapa seungri.
''seungri ah, tolong jaga nami'', kata siwon.

Minyoung dan yoochun mendahului seungri masuk ke kamar nami.
''eonni, kau sudah sadar? Kami merindukanmu'', kata minyoung.
Nami mengangguk, ''bagaimana kabarmu akhir2 ini?''.
''kami kurang baik karena tidak ada kau bersama kami'', kata yoochun.

Nami melihat ke arah yoochun dan minyoung.
''kau pasti mencari dimana seungri hyeong bukan?'', tanya yoochun.
Nami mengangguk.

Tidak lama kemudian, pintu terbuka dan muncullah sosok lee seungri. Namja itu tersenyum kemudian menunjukkan sebuah buket bunga.
''brigadir cha! Kau sudah sadar? Ini sangat membahagiakan'', seru seungri.

Seungri memandang nami yang sedang bercanda kecil dengan kedua kakak beradik itu.
''nami ah, apa kau tahu ada peluru di dalam tubuhmu sekarang? Tepatnya di jantungmu? Aku sangat berharap kau akan baik2 saja'', batin seungri.



Beberapa hari kemudian, nami sudah diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit. Nami menemui dokter di ruangannya.
''dokter, terima kasih banyak'', kata nami.
''ada hal yang perlu ku beritahukan padamu'', kata dokter itu lalu menunjukkan beberapa foto hasil rontgen.

Nami mencoba menerawang gambar transparan itu.
''aku tidak paham dengan foto ini'', kata nami seraya mengangkat foto itu tinggi2 ke udara.
''itu foto hasil rontgen mu. sebelah kiri itu adalah jantungmu''.

Dokter itu menunjuk dengan jarinya.
''kau tertembak'', kata dokter itu lagi.
Nami mengangguk, ''dan sekarang aku selamat. Tapi apa ada masalah?''.
Dokter itu mengangguk,''titik hitam itu peluru. Peluru itu hampir menembus lapisan jantungmu paling luar. Aku tidak bisa mengeluarkannya karena itu bisa membunuhmu''.

Nami memandang dokter itu tanpa berkata sepatah katapun. Yeoja itu sangat terkejut dengan pernyataan dokter.
''nona cha nami, aku tidak akan merahasiakan apapun padamu karena ini menyangkut hidupmu. Aku harap terus dapat memantaumu mulai hari ini'', kata dokter itu seraya menepuk bahu nami.

''apa aku akan mati??'', tanya nami seraya memandang dokter itu sayu.

Dokter itu menggeleng, ''untuk saat ini, tidak!''.

Nami tersenyum walau senyumannya terkesan tidak sesuai dengan apa yang ia rasakan dihatinya.
''aku memberitahukan hal ini pada temanmu'', kata dokter itu.

Nami keluar dari ruangan dokter itu dengan membawa amplop cokelat ditangan kanannya. Nami bersandar didinding koridor rumah sakit. Yeoja itu terisak dengan kepala tertunduk.
''ini seperti mimpi. Aku tidak bisa menerima hal ini harus terjadi dihidupku'', ucap nami lirih.

Nami mengangkat hasil rontgen itu tinggi2. Ia terus saja memandang titik hitam di bagian dalam tulang rusuknya. Ia teringat akan peristiwa yang dialami di alam bawah tidurnya.
''Pelangi inikah yang Tuhan maksud? Tuhan melukis sebuah pelangi di foto rontgen ini! Lukisan yang tidak pernah terbayangkan olehku'', batin nami.

Nami memeluk erat hasil rontgen itu kemudian mulai menangis lagi.

Nami pov
#Tuhan maafkan aku! Aku sadar bahwa Tuhan telah berada disisiku sepanjang waktu, tepat disampingku dan membuat hidupku indah pada waktunya. Lewat semua kejadian yang aku lalui, Tuhan ingin membuat hidupku seperti lukisan pelangi yang Tuhan maksudkan saat itu. Keindahan yang ada didekat jantungku#end.

Nami menoleh ke arah lain di rumah sakit itu dengan pipi yang sudah basah oleh air mata. Dilihatnya siwon berjalan ke arah ruang perawatannya. Nami segera menghapus air matanya dan berlari ke kamarnya.

''annyeong brigadir cha!'', sapa siwon saat membuka pintu ruang perawatan nami.

Yeoja itu sibuk menata semua pakaiannya ke dalam tas.
''kau meninggalkan dinasmu hanya untuk menjemputku inspektur?'', tanya nami.
''hari ini aku cuti. Aku senang semakin hari kau semakin tampak baik''.

Nami tersenyum lalu memandang siwon, ''karena aku sedang menikmati keindahan pelangi yang Tuhan buat!''.
''kau kenapa memandangku seperti itu?'', tanya siwon karena nami memandangnya dengan tatapan aneh.
''uhm aniyo! Apa kau sudah mendapat hal yang kau tunggu2 selama ini?'', tanya nami.
''hal apa??''.

Nami menatap cincin milik siwon yang tersemat dijarinya.
''aku tidak menyadari jika selama ini aku terus memakainya'', kata nami lalu mencoba melepaskan cincin itu dari jarinya.

Siwon menggenggam telapak tangan nami dan mencegah yeoja itu melepas cincinnya.
''kau tidak perlu melepasnya, aku ingin kau memakainya''.
''eung?? Ini seharusnya kau berikan pada gyuri. Uhm aku akan memberikannya saat gyuri kembali dari,,'', kata nami.
''darimana? Kau tidak tahu kemana gadis itu pergi. Lupakan saja''.


Siwon dan nami berjalan beriringan di koridor rumah sakit.
''pinjam ponselmu!?'', kata nami.

Siwon merogoh kantongnya dan memberikan ponselnya pada nami.
''yeoboseyo, seungri ah. Aku sudah keluar dari rumah sakit. Kau tidak perlu khawatir karena siwon bersamaku'', kata nami.

''mweo? Kau meminjam teleponku hanya untuk seungri?'', tanya siwon sentimen.

''apa siwon marah padamu? Apa aku harus memukulnya?'', goda seungri terdengar dari ponsel itu.
''kau tidak perlu repot, aku hanya perlu menjentikkan jariku, dia sudah terkapar'', kata nami.

Siwon menghampiri nami lalu merebut ponselnya dan menekan tombol end. Nami menggerutu dan berjalan meninggalkan siwon.
''brigadir cha??'', panggil siwon.
Nami menoleh, ''apa kau ingin katakan *jangan tinggalkan aku! Tolong maafkan aku*?''.
Siwon menggeleng, ''kau melupakan tasmu!''.

Siwon menyerahkan tas jinjing milik nami lalu meninggalkan gadis itu.
Nami terpaksa membawa tas jinjing miliknya lalu melangkah keluar dari rumah sakit.

Siwon mengikuti nami dari belakang tanpa diketahui yeoja itu. Nami masuk ke dalam sebuah bis lalu duduk di dekat jendela sedangkan siwon mengikuti bis itu dengan mobilnya.
''siwon benar2 keterlaluan!'', guman nami.


Tidak lama kemudian, Bis itu berhenti di sebuah halte dan nami melangkah turun lalu berjalan memasuki sebuah rumah.
''mweo?? kenapa aku pergi ke rumah siwon??'', guman nami melihat sekeliling rumah yang ia datangi itu.
''ya ampun, aku sudah mulai gila!'', kata nami lagi lalu berbalik arah, tidak disangka siwon sudah berdiri dibelakang gadis itu.

''tinggallah disini sampai kau benar2 pulih'', kata siwon.
''aniyo, aku bisa tinggal bersama keluarga yoochun atau mungkin bersama seungri'', kata nami lalu bergegas pergi dari tempat itu.
''kenapa kau keras kepala berusaha jauh dari sisiku padahal diluar kesadaranmu hanya aku yang kau pikirkan'', teriak siwon.
''jelas2 aku menyukai seungri. Aku menyukainya! Kenapa kau berpikir seperti itu? Bahkan saat ini kau sama sekali tidak aku pikirkan!'', kata nami.
''kalau kau menyukainya dan memikirkan pria intel itu seharusnya kau berdiri di rumah seungri sekarang, kenapa kau berdiri di rumahku?''.
''eung itu karena.. Uhm karena seungri sedang berdinas!''.

Siwon melewati nami lalu membuka pintu rumahnya, gadis itu berjalan semakin jauh dari siwon.
''apa kau tetap akan pergi??'', tanya siwon.
''uhm siwon ssi, apa aku boleh minta segelas air? Aku haus'', kata nami.
Siwon tersenyum, ''sebanyak apapun yang kau inginkan''.

Nami berjalan di belakang siwon lalu namja itu berbalik dan meminta tas yang dibawa nami.
''Uhm, siwon ssi??'', panggil nami.
''cukup! Jangan memanggilku berulang kali'', kata siwon.
''kau kenapa? Setiap kali kau bersikap ramah padaku. Tiba2 kau selalu berubah sikap menjadi menyebalkan''.

Malam Harinya, Siwon memanggil nami yang ada didalam kamarnya lalu mengajak gadis itu di taman belakang. Nami melihat sebuah panggangan barbeque dengan bara api yang sudah dipersiapkan.
''apa kau ulang tahun??'', tanya nami.
Siwon menggeleng, ''ini untukmu''.
Nami tersenyum, ''gomaweoyo siwon ssi!''.

Nami meletakkan potongan daging sapi yang sudah ia olesi dengan bumbu diatas panggangan. Siwon berdiri dibelakang nami lalu memegang tangan nami yang sibuk membolak balik daging panggangnya.
''itu cara membalik yang buruk. Akan aku ajari!'', kata siwon.
''ini mungkin cara untuk mengingatkannya pada gyuri'', batin nami saat teringat tugas yang dimandatkan oleh gyuri padanya.

Nami berbalik dan memandang siwon lalu tersenyum. Gadis itu menyentuh bahu siwon.

''nami ah, apa kau menyukaiku??'', tanya siwon.
''mweoya??'', tanya nami dengan tidak mengerti.
''oh siwon ssi, apa hal ini mengingatkanmu pada seseorang''
''apa kau pikir bisa menjadi seperti gyuri. Jangan memaksakan diri!''.
''aku tidak ingin menjadi seperti gyuri!''.
''kau sepertinya tidak menginginkan gyuri menjadi bagian dari masa lalu! Kenapa kau tidak memikirkan perasaanmu yang yang sesungguhnya''.
''sudah ku bilang aku menyukai seungri''.
''ya dulu kau menyukai seungri tapi saat ini bagaimana perasaanmu??'', teriak siwon.

Nami menatap siwon. Namja itu langsung memeluk nami dan pelukan itu semakin erat, walaupun yeoja itu hanya berdiri seperti patung.
(ost Hwanhee- Love pain)

Siwon mendekatkan wajahnya semakin dekat ke wajah nami.
Dan *cuuuupp* Nami menempelkan potongan daging sapi ke bibir siwon.


''Inspektur choi! Brigadir cha!!'', panggil beberapa orang dan tidak lama kemudian rombongan anggota polisi pusat seoul muncul dari arah pintu.
''itu mereka ada disana??'', seru rekan kerja siwon dan nami yang lain.

Sontak siwon melepas genggaman tangannya dan membersihkan sisa bumbu yang menempel di mulutnya.
''apa yang sedang kalian lakukan??'', tanya salah seorang rekan siwon.
''oh aniyo gwaenchana'', kata nami seraya tersenyum.

Beberapa rekan kerja mereka memasang muka curiga hingga membuat nami tidak nyaman.
''berhentilah memandangiku!!'', teriak nami.


2 jam kemudian, Siwon dan nami mengantar rekan kerjanya itu sampai di depan rumahnya.
''nami ah kami menunggumu di kantor, phaitting!!'', seru rekan2 nami.
Nami mengangguk, ''phaitting!''.

Tidak lama kemudian, mobil itu melaju dan menghilang diujung jalan. Siwon berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan tangan dimasukkan kedalam kedua saku celananya.
''aku tidak tahu berapa lama aku bertahan hidup! 10 tahun? 5 tahun? 1 tahun? Atau 1 bulan? Jika aku mengingatnya, ini membuatku sangat sedih'', batin nami sambil memandang siwon lalu menyentuh dadanya.
''Aku tidak pernah melihat jantungku tapi aku tahu dan aku percaya jantungku bekerja dengan baik dan oleh karenanya aku bisa hidup'', batin nami lagi.

Siwon berhenti lalu menoleh ke arah nami karena gadis itu tidak kunjung menyusulnya. Nami berlari kecil menyusul siwon dan namja itu menggandeng tangannya. Nami memandang genggaman tangannya.
''tanganmu sangat dingin, sepertinya aku harus berbagi kehangatan padamu'', kata siwon.
Nami tersenyum,

''kenapa kalian kembali lagi!?'', kata siwon seraya menoleh ke halaman. Nami terkejut kemudian ikut menoleh.

*cuppp* siwon mencium pipi nami.
''aku mencintaimu! Awalnya aku berpikir dengan menebang sebuah pohon, aku akan kehilangan seluruh hutan belantara. Ternyata ketika aku terlalu takut kehilangan satu pohon itu, aku melupakan sesuatu yang istimewa yang Tuhan ciptakan, kau cha nami!'', kata siwon.

Siwon memeluk nami dan lagi2 yeoja itu hanya terdiam mematung.
''perasaan apa ini? Kenapa ini bisa terjadi?'', batin nami.



=Rumah Yoochun=
Minyoung duduk diteras rumahnya dan yoochun begitu khawatir dengan kesehatan adiknya karena udara yang sangat dingin.
''minyoung ah kau harus tidur sekarang. Apa kau tunggu diluar??'', tanya yoochun.
''kenapa seungri oppa tidak datang ke sini??'', tanya minyoung.

Yoochun duduk disisi minyoung.
''aku sangat merindukan saat2 dulu, saat ada seungri hyeong dan nami nuna'', kata yochun.
''minyoung ah! Yoochun ah! Kembalilah ke dalam dan pergi tidur'', seru ibu yoochun yang sudah sedikit pulih dari gangguan kejiwaannya.



=Rumah Seungri=
Seungri tertidur di ruang kerjanya dengan beberapa lembar arsip berserakan diatas mejanya. Tiba2, namja itu terbangun dan melihat arloji di tangan kanannya.
''jam 1 malam?? Ya ampun'', guman seungri.

Namja itu melangkah keluar dari ruang kerjanya, kemudian ponsel miliknya berdering. Dilihatnya layar ponsel itu menunjukkan nomer asing.
''panggilan luar negeri, dari jepang'', guman seungri.
''yeoboseyo??'', jawab seungri.
''lee seungri eotteohke jinesoyo? (apa kabar)'', tanya seorang gadis dari ponsel seungri.
''kau park gyuri??''.
''bagaimana kau bisa tahu??''.
''aku seorang anggota intelegen. Kau menggunakan nomor panggilan dari jepang. Orang yang ku kenal satu2nya yang saat ini ada dijepang hanya kau''.
Terdengar gelak tawa dari yeoja itu.
''uhm seungri ah, operasiku berhasil. Aku bisa melihat lagi'', seru gyuri.
Seungri tersenyum, ''gyuri ah, aku sangat senang mendengarnya. Itu bagian dari kebahagiaanku juga''.
''aku akan segera kembali ke korea''.
''Jeongmalyo? Uhm, Chukhahaeyo!''.



=Keesokan harinya, Departemen Kepolisian=
Nami keluar dari mobil siwon dan bergegas masuk ke kantor departemen kepolisian. Siwon menyusul gadis itu lalu menggenggam tangannya. Nami berusaha melepas genggaman tangan siwon namun namja itu menggenggamnya erat.
''apa yang kau lakukan ini, akan membuat banyak orang terkejut!'', kata nami.
''biarkan saja! Dilihat ataupun tidak dilihat aku akan tetap seperti ini'', jawab siwon.

Tidak disangka seungri dengan seragam badan intelegennya berdiri di lobi kantor lalu melihat siwon dan nami bergandengan tangan.
''eung seungri ah?'', sapa nami terkejut.

Nami berusaha melepas tangan siwon namun namja itu tidak mau melepas tangannya.
''apa kau baik2 saja hari ini??'', tanya seungri.
''aku baik2 saja! Bagaimana kabarmu??'', tanya nami basa basi dan tetap mencoba melepas tangannya.

''lepaskan tanganku'', kata nami pada siwon.
''aku tidak mau melepasnya, apa kau akan marah padaku??'', tanya siwon.
''ya! Aku benar2 marah'', teriak nami.

''melihatmu jauh lebih sehat seperti sekarang, itu membuatku tenang. Aku akan kembali ke kantor. Selamat bekerja nami ah'', kata seungri lalu meninggalkan tempat itu.

Seungri pov
#apa siwon dan nami menjalin hubungan?? Aku tidak mengerti kenapa aku terlihat seperti orang bodoh, aku meninggalkan mereka berdua begitu saja? Apa maksud dari gandengan tangan itu? Apa itu bagian dari skenario nami atau?? Ahh tidak! Apa yang terjadi denganku sekarang?#end.

Seungri masuk ke dalam mobilnya, tiba2 kaca mobilnya diketuk seseorang. Seungri menoleh dan dilihatnya nami ada di luar mobilnya. Seungri membuka kaca mobilnya.
''uhm seungri ah, mianhae seharusnya kau tidak melihat hal itu'', kata nami.
''gwaenchanayo!! Sekarang kau bekerjalah'', kata seungri tersenyum.
''maafkan aku! maafkan aku seungri ah!'', kata nami yang berkali2 meminta maaf.
''kau tidak perlu minta maaf. kau tidak melakukan kesalahan apapun''.

Seungri menutup kaca mobilnya lalu melajukan mobil itu.

Nami masuk ke dalam kantornya, dilihatnya deretan anggota polisi berjajar di lobi depan kantor departemen kepolisian.
Taera, putri komisaris han menghampiri nami lalu mengalungkan karangan bunga.
''brigadir cha, chukhahamnida'', kata taera.

Nami tidak berkata apapun dan hanya terheran2. Gadis kecil itu menarik tangan nami hingga membuat nami berdiri di depan korps kesatuan polisi. Komisaris han menghampiri nami lalu memberikan jabat tangan.
''brigadir cha nami! Kau dianugrahi bintang jasa dan itu membuatmu naik pangkat lebih cepat'', kata komisaris han.
''ini benar2 sangat cepat komisaris'', kata nami.

Komisaris menyematkan lencana baru di bahu nami.
''selamat, inspektur cha nami!'', kata komisaris.
''ins.. Inspektur??'', guman nami terkejut.


Nami mengemasi barang2nya dan harus berganti ruang kerja. Nami meneteng kardus yang terisi penuh dengan barang miliknya.
''apa?? Aku harus 1 ruangan dengan inspektur choi??'', seru nami pada rekan kerjanya.
''ya! Sampai ruangan baru untukmu selesai dipersiapkan'', kata temannya.
''ya ampun!''.
''aku rasa lebih baik kau satu ruangan dengan inspektur choi karena dia memintanya sendiri''.


Nami bergegas ke ruangan siwon dan namja itu sedang sibuk dengan kasusnya.
Nami meletakkan barang2 miliknya diatas meja siwon.
''dimana aku harus bekerja??'', tanya nami.
Siwon menunjuk ke arah sebuah meja tanpa memperhatikan yeoja itu. Nami hanya mendengus karena siwon mengacuhkannya. Yeoja itu merapikan barang2 miliknya dan sesekali menoleh ke arah siwon. Nami mengambil ponsel miliknya lalu menghubungi seseorang.
''yeoboseyo seungri ah? Apa nanti kau ada waktu untuk makan siang denganku??'', tanya nami.

Mendengar nami menyembut nami seungri, siwon meletakkan pena yang ia pegang dengan keras membuat nami kaget.
''jangan menelpon ketika bekerja!!'', seru siwon.

Nami langsung menekan tombol end pada ponselnya dan mulai membuka arsip administrasi kenaikan pangkat yang harus ia selesaikan.
''inspektur cha nami, lahir 7 februari 1985. Alamat rumah??'', guman nami sambil mengisi data2.
''eung inspektur choi, tolong beritahu alamat rumahmu'', kata nami.

Siwon hanya diam saja tanpa menyahut.
''telepon rumah??'', tanya nami.
''uhm telepon rumahmu berapa??'', tanya nami lagi.

Siwon beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri nami dan berdiri di sisi yeoja itu. Siwon memberitahukan data2 yang harus diisi nami dan yeoja itu mengangguk tanda mengerti.

Yeoja itu sesekali memperhatikan siwon, ''Uhm tidak! Tidak!''.

Nami memejamkan matanya lalu menyuruh siwon kembali duduk di tempatnya dengan menunjuk meja kerja pria itu.



=Kantor Badan Intelegen=
Jam makan siang, nami bergegas keluar dari departemen kepolisian. Nami menemui seungri di kantornya.
''annyeong haseyo??'', kata nami saat membuka pintu ruang kerja seungri.

Namja itu tidak menyangka nami datang ke kantornya. Yeoja itu menunjuk kotak makanan yang ia bawa.
''apa kau sudah makan siang??'', tanya nami.
Seungri tersenyum lalu meletakkan penanya. Nami menghampiri seungri dan meletakkan kotak makanannya di atas meja.
''aku pikir kita akan makan bersama diluar?'', tanya seungri.
''ne! Aku kita pergi di tempat dimana aku bisa melihat pulau nami dari jauh!'', jawab nami.



Di tepi sungai han, nami dan seungri duduk berdampingan. Yeoja itu membuka kotak makanannya dan memberikan salah satunya pada seungri.
''apa kau merindukan pulau nami??'', tanya seungri.
Nami mengangguk. Seungri menoleh ke arah nami yang sedang asik mengunyah makanan. Nami menyentuh dadanya lalu tersenyum.
''aku masih baik2 saja! Dokter itu salah besar'', batin nami.
''apa luka mu sudah benar2 pulih?? Aku sampai tidak menanyakan hal itu karena kau terlihat begitu baik'', kata seungri.
''ya! Segala sesuatu terjadi karena Tuhan, tanpa Tuhan tidak ada segala sesuatu''.
Nami mengangguk, ''uhm seungri ah, mianhaeyo''.
''minta maaf??'', tanya seungri heran.
''mungkin aku begitu jahat padamu. Aku tidak mengerti bagaimana perasaanku sekarang. Tapi itu harus kukatakan padamu walau ini akan sangat menyakitkan''.
''katakan saja?!''.
''aku menyukai siwon''.

(Ost Park Bo Ram (Superstar K 2)- Forever)

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar