Green  Pencil

Sabtu, 06 Juli 2013

FF 13 Days with Miss Arrogant *11


Judul: 13 Days with Miss Arrogant
Genre: Romance, Fantasy, Comedy
Part: 1-18
Cast:
Lee RinRin (You)
Luna/ park seon yeong (Fx)
Onew/ Lee Jinki (Shinee)
Cho kyuhyun (Super Junior)
Kim Taeyeon (Snsd)

#seon-rin: roh lee rinrin yang ada didalam raga park seonyung#

Ost: G.Na - I will back off so you can live

Part *11

Saat masuk ke dalam rumah taeyeon, nyonya park tergerak dengan deretan bingkai foto yang berjajar rapi di ruang tengah rumah itu.
Nyonya park mengambil salah satu bingkai foto taeyeon dan ayahnya saat berlibur di jepang.
''pria ini??'', guman nyonya park.
(Ost: G.Na - I will back off so you can live)

Nyonya park melihat deretan foto yang lain. Foto saat taeyeon kelulusan sekolah dasar dengan lencana prestasinya.
''ini seperti milik seonyung'', ucap nyonya park tersenyum.

Nyonya park memandang foto besar yang ada di dinding. Foto taeyeon dan tuan kim. Foto yang menggambarkan keharmonisan ayah dan putrinya tanpa ibu berdiri disisi gadis itu.
''pria ini, aku sangat mengenalnya. Kim Jang hoon?'', gumannya.

Nyonya park dengan mata berkaca2 karena menahan air matanya kemudian menoleh keluar rumah.
''jang hoon ah, Siapa taeyeon itu?'', tanya nyonya park.

Jinki masuk ke dalam rumah dan melihat nyonya park memandangi foto taeyeon dan ayahnya.
''ajumma, apa kau sudah menemukan kotak obatnya?'', tanya jinki.

Nyonya park terkejut mendengar suara jinki tepat di belakangnya.
''aku sedang mencarinya? Dimana ya? Tolong tanyakan pada taeyeon'', kata nyonya park.
''ne. Jankkanman gidariseyo''.

Jinki menoleh lagi ke arah nyonya park dan ajumma itu sibuk mencari kotak obat di lemari panjang di bawah foto besar itu.
''ajumma, kau tidak akan menemukan kotak obatnya di sana'', kata jinki.
''jeongmalyo? Geureom, aku akan mencarinya di tempat lain'', kata nyonya park.

Jinki keluar rumah menemui taeyeon sedangkan Nyonya park menaiki tangga rumah itu.
''Janghoon biasa menaruh kotak obatnya di dekat kamarnya'', gumannya.

Ajumma itu tersenyum saat melihat sebuah kotak bertanda plus di samping pintu kamar.
''apa janghoon sudah menikah lagi? Apa taeyeon adalah anak dari kim dan istri barunya?'', guman nyonya park lagi.

Di luar rumah taeyeon,
''kotak obatnya ada di lantai atas, di dekat kamar ayahku'', kata taeyeon.

Saat jinki hendak menyusul nyonya park, ajumma itu sedang menuruni tangga seraya membawa botol minyak urut (?).

Nyonya park menghampiri taeyeon kemudian memijat pergelangan kaki gadis itu.
''bibi, bagaimana dengan seonyung?'', tanya jinki.
''eung? Seonyung?'', jawab bibi park sedikit terkejut karena ia bisa tidak mengingat seonyung dalam beberapa waktu dan menyibukkan diri dengan mengobati taeyeon.
''astaga! Kenapa aku melupakan seonyung?'', gumannya seraya menepuk dahinya.
''aku akan mencarinya'', kata jinki lalu mengambil sepedanya.


=Di sebuah negeri antah berantah bagaikan negeri diatas awan=
Kyuhyun duduk berbaring diatas padang rumput sedangkan rinrin sibuk mengejar seekor anak domba milik penggembala itu.
''hei jangan lari! Tunggu, aku sudah sangat lelah! Baiklah aku menyerah saja'', kata rinrin seraya berlari ke sana kemari dan domba itu masih berlari dengan sangat gesitnya.

''kyu cheonsa??'', Terdengar suara memanggil kyuhyun dan namja itu seperti mengenali sosok yang memanggilnya itu.
''cheonsa sunbaenim??'', gumannya.

Ia bangkit lalu melihat cheonsa sunbaenim dan beberapa gwanriin ada di sana.
''kyu!! Kau melanggar hukum langit!'', kata cheonsa sunbaenim dengan wajah geram karena ulah kyuhyun membawa rinrin ke tempat suci(?) itu.

Rinrin masih asyik bermain dengan domba2 milik gembala itu tanpa memperhatikan kyuhyun sedang berbicara dengan beberapa orang asing.

''bawa gadis itu ke gerbang alam maut. Dia seharusnya sudah ada di dalam api penyucian'', perintah cheonsa sunbaenim pada beberapa gwanriin yang mengikutinya.

Gwanriin itu mendekati rinrin namun dengan sigap kyuhyun mendahului mereka kemudian menarik tangan rinrin. Keduanya berlari sangat cepat meninggalkan tempat itu.

''jangan biarkan mereka lolos'', kata cheonsa sunbaenim.
Gwanriin itu mengangguk lalu melayangkan tubuh mereka untuk mengejar rinrin dan kyuhyun.

''aku tidak ingin kau musnah kyu! Kau melanggar semuanya dan itu membahayakan keberadaanmu sendiri'', guman cheonsa sunbaenim.

''siapa mereka?? Kenapa mereka mengejar kita?'', seru rinrin seraya menoleh ke belakang dan melihat sosok berjubah hitam itu mengejarnya.

Di tengah pelariannya, rinrin tiba2 teringat saat dirinya berada di sebuah tempat dengan neraca besar dan beberapa sosok berwajah sangat terang dan juga barisan sosok berjubah seperti yang saat ini mengejarnya.
Rinrin menghentikan langkahnya sedangkan gwanriin itu bergerak semakin dekat.
''apa yang kau lakukan? Kenapa berhenti?'', teriak kyuhyun.
''aku seperti pernah mengalami hal ini?'', jawab rinrin.
Rinrin memandang kyuhyun berharap namja itu mempercayai ucapannya.
''saat aku mati!'', katanya lagi.
Kyuhyun tidak menanggapi ucapan rinrin kemudian menoleh ke arah gwanriin yang terus bergerak ke arah mereka. Namja itu menggandeng tangan rinrin erat kemudian membawanya lari dari tempat itu.


=Malam hari, Rumah Taeyeon=
Nyonya park menyiapkan makan malam untuk taeyeon.
''terima kasih ajumma'', kata taeyeon seraya duduk di ruang makan.
Nyonya park tersenyum.
''taeyeon ah, aku melihat fotomu sepertinya itu diambil di jepang'', kata nyonya park.
''ya itu memang jepang. Aku pergi dengan ayah saat liburan tahun lalu'', jawab taeyeon.
''lalu dimana ibumu?''.
''aku tinggal dengan ayah. Ayah tidak banyak bercerita tentang ibuku''.

Nyonya park memberikan taeyeon semangkuk nasi lalu menggeser semangkuk besar sup ke dekat gadis itu.
''aku harus pulang. Aku harap seonyung sudah ada di rumah'', kata nyonya park.
''bibi, tunggulah sebentar. Ayahku tidak lama lagi sampai rumah. Ayah pasti sangat berterima kasih padamu''.
''lain waktu aku akan datang lagi kemari''.

Taeyeon mengantar nyonya park sampai di teras rumah. Sebelum masuk ke dalam mobilnya, nyonya park melambai ke arah taeyeon.
''seandainya bibi park itu ibuku, aku akan sangat bahagia'', batin taeyeon.

Mobil nyonya park melaju kencang di jalanan depan rumah taeyeon.

Saat yeoja itu berbalik hendak berjalan ke dalam rumah, sebuah mobil masuk ke halaman rumah itu.
*tiiinnn* mobil itu membunyikan klaksonnya.
''ayah??'', seru taeyeon.

Tuan kim keluar dari mobilnya dan melihat putrinya berjalan agak terpincang.
''eomeo! Ada apa dengan kakimu??'', seru tuan kim panik.
''gwaenchanayo appa!'', jawab taeyeon.
''bagaimana kau bilang baik2 saja padahal kakimu sakit? Ayo kita ke rumah sakit!''.
''Ayah jangn khawatir. bibi park sudah memijit kakiku''.
''bibi park? Geu sarami Nuguya?''.
''ibu seonyung. Dia sangat baik padaku. Lain waktu ayah harus berterima kasih padanya. Bibi menemani ku sampai malam''.
Tuan kim mengangguk, ''siapapun yang baik terhadapmu, aku juga akan baik padanya''.
''termasuk pada jinki?''.
''kenapa kau tidak mengerti juga. Kekhawatiran seorang ayah bila putrinya dekat dengan seorang pria''.

Taeyeon tersenyum lalu memeluk ayahnya.
''aku rindu ibuku'', kata taeyeon.
Tuan kim tertegun lalu membelai rambut putrinya.


=Rumah Jinki=
Nenek jinki sedang menikmati acara televisi running man. Jinki keluar dari kamarnya lalu mengambil remote dan menggantinya dengan tayangan music bank.
''nenek, jangan protes. Aku butuh inspirasi musik untuk sastra ku'', kata jinki.
''setiap malam kau berkata karya sastra. Aku tidak pernah melihat hasilnya'', kata nenek jinki.
''aku ingin menjadi penulis. Banyak hal sudah aku tulis di sini''.

Jinki menunjukkan buku yang berisi coretan tangannya. Nenek jinki tersenyum lalu mengacungkan ibu jarinya.
''sekarang pindah chanelnya'', kata nenek jinki.
''halmeoni!?'', kata jinki.

Nenek jinki beranjak dari kursinya lalu masuk ke dalam kamar.

Saat jari jemarinya menorehkan beberapa kalimat, jinki teringat akan seonyung.
''seonyung?? Apa gadis itu sudah kembali ke rumah?'', guman jinki.

Namja itu beranjak ke kamar neneknya.
''nenek, aku akan pergi ke rumah seonyung'', kata jinki.
''aniyo!'', jawab nenek jinki dari dalam kamarnya.

Nenek jinki mengambil sebuah sweater tua berwarna hijau pastel dari dalam lemarinya.
''pakai ini! Udara malam sangat dingin, apa kau akan memakai sepedamu?'', tanya nenek jinki.

Jinki memandang sweater yang ia rentangkan dengan kedua tangannya.
''aku tidak mau memakainya'', kata jinki karena tidak menyukai sweater yang diberikan neneknya.
''ibumu yang merajutnya untukmu''.
''mweo?'', seru jinki terkejut lalu memandang neneknya.
''apa ibu datang kemari? Kenapa nenek tidak memberitahuku?'', tanya jinki lagi.
''jangan berharap banyak pada ibumu''.
''aku tidak pernah tahu bagaimana wajah ibuku. Nenek, kau tega sekali padaku!''.
''kau pergilah ke rumah seonyung. Dan lupakan ibumu''.

Nenek jinki menutup pintu kamarnya rapat2. Halmeoni itu duduk di tempat tidurnya.
''aku hanya ingin kau kembali menjadi ibu yang baik untuk anakmu. Jinki memerlukanmu'', guman nenek jinki lalu terisak.


=Negeri di atas awan=
Kyuhyun dan rinrin masih berlari tergopoh2 karena gwanriin suruhan cheonsa sunbaenim masih mengejar mereka.

*stttttt*
Kyuhyun memeluk rinrin dan tiba2 saja dari tubuhnya muncul sinar dan muncul dua sayap berwarna putih terang dari punggungnya.
Gwanriin itu tidak berani menyentuh kyuhyun dan juga rinrin. Karena sinar yang sangat terang itu membuat rinrin memejamkan matanya.

*swiiiinggggg* rinrin membuka matanya lalu lamat2 memandang sekelilingnya. Ada tembok berwarna putih dengan atap yang sederhana. Yeoja itu melihat tubuhnya diselimuti dan tertidur di sebuah tempat tidur. Roh rinrin kembali ke dalam tubuh seonyung.
''aku dimana? Kyuhyun??'', ucapnya lirih.

Seorang ajumma menengok ke dalam kamar tempat tidur seon-rin.
''kau sudah siuman? Kau pingsan begitu lama'', kata ajumma itu.
''aku harus pulang. Ibuku akan sangat khawatir'', kata seon-rin lalu beranjak dari tempat tidurnya.
''ini jam 2 pagi''.
''lalu dimana kyuhyun?''.
''kyuhyun? Geusarami nuguya?''.
''aku menemukanmu tergeletak di jalan, tidak ada siapapun'', kata ajumma itu lagi.

Seon-rin memperhatikan ajumma yang menolongnya itu.
''ibu??'', gumannya.
''apa katamu?'', tanya ajumma itu yang ternyata adalah nyonya lee.

Seon-rin memandang kamar itu dan menyadari bahwa itu kamar miliknya, milik lee rinrin. Seon-rin terisak dan mulai menangis.
''apa kau sakit?'', tanya nyonya lee.
''aniyo! Aku hanya merindukan kamarku'', jawab seon-rin.
''anggap saja ini kamarmu. ini kamar putriku, dia satu sekolah denganmu. kau pasti mengenal lee rinrin kan?''.
Seon-rin mengangguk.
''jika rinrin sekarang masih hidup, aku ingin mengatakan satu hal bahwa aku begitu menyesal membuatnya menderita''.

Seon-rin memandang ibunya.
''aku akan memberitahu ibu bahwa aku adalah lee rinrin, putrinya'', batin seon-rin.
''sebenarnya aku adalah ek eh ek'',

Seon-rin tidak bisa melanjutkan ucapannya karena lidahnya seolah terkunci.
''aku bisu lagi? Waeyo?'', batinnya sambil menutup mulutnya.
''apa yang ingin kau ucapkan??'', tanya nyonya lee.

Seon-rin memberi isyarat tangan bahwa tidak ada yang ingin ia katakan.
''kau istirahatlah, besok pagi aku akan mengantarmu pulang'', kata nyonya lee kemudian menutup pintu kamar itu.

Di depan rumah rinrin, jinki menuntun sepedanya lalu menengok ke arah arloji di tangan kanannya.
''jam 3 pagi. Ini adalah tempat terakhir dimana seonyung seharusnya berada'', gumannya.

Jinki perlahan mendekati pintu rumah rinrin. Saat tangannya hendak mengetuk pintu rumah itu, jinki mengurungkan niatnya dan hanya berdiri di teras rumah rinrin.
''babo! Ini jam 3 pagi. siapa yang mau membukakan pintu saat jam 3 pagi?'', gumannya kemudian bersandar di dekat pintu rumah rinrin.

Seon-rin beranjak dari tempat tidurnya lalu keluar dari kamar. Yeoja itu mengintip di sebuah kamar lain dengan membuka celah pintu kamar itu. Seon-rin melihat nyonya dan tuan lee serta yeorim tidur berdesakan dengan pulasnya.
''aku benar2 merindukan hal itu, tidur bersama kalian, berdesakan, saling berebut selimut'', guman seon-rin lalu tersenyum.

*klik* seon-rin menyalakan lampu ruang tamu.
''aku ingin pulang ke rumah ini! Aku ingin di sini'', kata seon-rin.

Yeoja itu menoleh ke arah pintu kemudian tergerak hatinya untuk membuka pintu rumah itu.
*cekrekkkk* suara decitan engsel pintu terdengar jelas, seon-rin menoleh ke arah namja yang duduk dengan kepala tertunduk. Seon-rin mendekati perlahan kemudian menyentuh bahu namja itu.
Namja itu terbangun lalu menoleh ke arah seon-rin.
''jinki ah?'', pekik seon-rin.
''kenapa kau tidur di sini? Kau seharusnya ada di rumah'', kata seon-rin lagi.
''aku mencarimu'', kata jinki.
Seon-rin tertegun, ''kau mencariku? Wae?''.

Seon-rin pov
#jinki mengorbankan waktu dan tenaganya untuk orang yang dia cintai. Jika seonyung masih hidup, ia pasti akan menangis karena akupun akan melakukan hal yang sama. Waktu dimana banyak orang menikmati tidurnya tapi jinki pergi mencari seonyung. Mencariku!#end.

''kau tidak perlu khawatir padaku, jinki ah. Aku baik2 saja'', kata seon-rin lalu duduk di samping jinki.
''aku sangat khawatir karena terakhir aku melihatmu, kau pergi dengan seorang pria. Wajar bukan kalau aku mencemaskanmu? Kau meninggalkan aku begitu saja, hanya karena seorang cho kyuhyun'', kata jinki.
''jinki ah, kau tidak boleh berpikir seperti itu tentangku. ada hal yang tidak bisa aku ceritakan padamu''.
''aku akan berusaha memahaminya. Tiap orang memiliki segi rahasia yang tidak perlu diberitahukan pada orang lain''.
''tapi kau bukan orang lain bagiku. Kau dan taeyeon, kalian berharga''.
Jinki tersenyum,
''uhm jinki ah, apa kau mau bercerita untukku? Apa saja, aku ingin mendengarnya!'', kata seon-rin.

Seon-rin menyandarkan kepalanya di pundak jinki,
''seorang pria sedang menunggu seorang gadis di sebuah stasiun kereta. Gadis yang dekat dihatinya tapi ia tidak mengenal wajahnya. Gadis dengan setangkai bunga mugunghwa. Keduanya kenal melalui media maya. Pria itu ingin sekali melihat wajah gadis itu dengan foto, tapi ia selalu menolak dan berkata *kalau cintamu tulus, bagaimanapun wajahku tidak akan mengubah perasaanmu*. Pria itu harus pergi selama 2 tahun untuk wajib militer dan gadis itu berjanji akan menemui pria itu di sebuah stasiun kereta api setelah pria itu menyelesaikan wajib militernya'', kata jinki.
''lanjutkan! Ini menarik. Apa gadis itu yang membawa setangkai mugunghwa di tangannya?'', tanya seon-rin.
''akhirnya waktu yang ditunggu tiba, pria itu menunggu di stasiun dan melihat seorang gadis yang sangat cantik, matanya sangat indah, rambutnya hitam dan panjang. Pria itu menyusul gadis itu, dia bahkan tidak menghiraukan bahwa gadis itu tidak membawa setangkai mugunghwa. Hanya tinggal satu langkah lagi, tiba2 ia melihat seorang wanita tua rambutnya mulai memutih dengan setangkai mugunghwa di tangannya. Perasaan pria itu mulai kacau, tapi akhirnya ia memutuskan satu hal yaitu kesetiaan. Belajar setia pada wanita yang menunggunya selama dua tahun''.
''apa pria itu akhirnya bersama dengan wanita tua itu?''.
''tidak, wanita tua itu berkata *setangkai mugunghwa ini adalah pemberian gadis berambut panjang itu* Ya, gadis dengan mata yang sangat indah itu. Gadis yang membuat pria itu terpesona saat melihatnya pertama kali di stasiun itu. Gadis itu menghampirinya kemudian berkata *aku hanya mengujimu. Apakah kau cukup setia pada satu pilihan atau dengan mudah berpaling pada yang lain?*''.
''uhm seonyung ah, bagaimana denganmu apa kau tetap setia pada satu pilihan atau kau sudah mulai berpaling pada yang lain?'', tanya jinki lagi seraya menengok pada gadis yang bersandar di pundaknya itu.
Tidak disangka, yeoja itu sudah tertidur dengan pulasnya. Jinki menoleh ke arah seon-rin lalu membelai rambutnya.
''jujur saja! Aku lebih menyukai seonyung yang sekarang'', bisik jinki.

Keesokan harinya,
''nae napyeon!!! (suamiku)'', seru nyonya lee saat melihat namja asing tertidur di depan rumahnya dengan seorang yeoja tidur di sampingnya.
''ini seonyung! Kenapa dia tidak tidur di kamarnya? Siapa pemuda ini?'', tanya nyonya lee pada yeorim yang berdiri di sebelahnya.
''pria itu juga sekolah di shinhwa, mereka teman rinrin'', jawab yeorim.

Tuan lee bergegas pergi ke teras rumah.
''wae gurae?'', tanya tuan lee.
Nyonya menunjuk ke arah jinki dan seon-rin.
Mendengar lamat2 seorang ajumma berteriak, jinki mengusap matanya lalu memandang orang2 itu.
''oh!'', seru jinki lalu mendorong kepala seon-rin yang masih bersandar di pundaknya.
''paman! Bibi!'', ucap mereka berdua *deep bow*.
''kau seonyung? Bagaimana kau ada di sini?'', tanya tuan lee.
''apa bibi tidak memberitahu paman tentangku?'', tanya seon-rin.
''hyaaa!! seonyung itu anak direktur park dan kau tidak memberitahuku?'', seru tuan lee pada istrinya.
''sudahlah paman, gwaenchanayo! Mungkin bibi tidak memberitahumu agar paman tidak panik'', ujar seon-rin.

Tuan lee memandang jinki,
''annyeong hasimnikka ajeossi'', kata jinki *deep bow*.
''siapa kau? Apa hubunganmu dengan seonyung?'', tanya tuan lee.
''jinki itu pacarku, paman. Dia menjagaku sejak tadi malam di sini'', kata seon-rin lalu menggenggam tangan jinki.

Beberapa saat kemudian, Seon-rin menenteng tas ranselnya.
''gamsa hamnida! semua berkat kalian, aku sangat berterima kasih'', kata seon-rin *deep bow*.
''ne! Kau sudah menjadi bagian dari keluarga kami'', kata tuan lee.
''Ne appa, kalian memang keluargaku'', batin seon-rin lalu tersenyum.

Seon-rin membonceng jinki dan namja itu mengayuh sepedanya dengan semangat.
''jamkkanman!!'', seru seon-rin.
Jinki menghentikan sepedanya.
''wae gurae?'', tanya jinki.
''apa kau akan mengantarku pulang?''.
''ne! Ibumu pasti sangat khawatir''.
''aniyo! Aku takut ibu seonyung akan memarahiku!''.
''mweo? Ibu seonyung?''.
''maksudku ibuku akan marah''.


=Rumah Seonyung=
Nyonya park duduk di kursi ruang tamu. Tuan park menyiapkan keperluan untuk pergi ke kantor sendirian.
''wanita itu sibuk menangisi anaknya hingga tidak mempedulikan aku'', guman tuan park seraya mengambil kemeja di dalam lemari pakaiannya.

Tuan park menenteng kopernya lalu menghampiri istrinya.
''apa kau bisa berhenti menangis?'', tanya tuan park.
''apa kau tidak peduli bagaimana nasib seonyung? Seonyung putriku dan kau,,,'', ucap nyonya park.
''dan aku ayah tirinya? Begitu mau mu? Aku tidak bisa menerima seonyung''.
''kau tidak melihat bagaimana seonyung mencoba untuk menjadi putri yang baik bagimu? Aku menyesal menikah denganmu!''.

*plak* tuan park menampar pipi nyonya park. Ajumma itu terisak seraya menyentuh pipi kanannya.
''aku ingin bercerai denganmu!'', kata nyonya park.

Tuan lee mematikan mesin motornya lalu berjalan ke arah rumah tuan park. Tuan lee mendengar suara ribut2 di dalam rumah itu. Tuan lee hanya melihat nyonya park berlari menaiki tangga rumah.
''direktur?'', sapa tuan lee.
''antar aku ke kantor'', kata tuan park.
''direktur, seonyung semalam menginap di rumahku. Dia ditemukan pingsan oleh istriku. aku akan memberitahu nyonya park tentang ini''.
''tidak perlu!''.
''hajiman...''.
''tidak!''.

Tidak lama kemudian mobil tuan park melaju keluar dari halaman rumah itu.
Taeyeon menyandarkan sepedanya di halaman rumah seonyung.
''silyehamnida'', ucap taeyeon seraya menekan bel rumah seonyung.

Beberapa saat tidak ada sahutan dari dalam rumah itu. Perlahan taeyeon menyentuh gagang pintu lalu membukanya.
''bibi park??'', panggilnya namun rumah itu tampak sepi.

Taeyeon menaiki tangga rumah lalu berdiri di depan sebuah kamar.
''bibi park??'', panggil taeyeon lagi.
''taeyeon ah??'', kata nyonya park saat melihat taeyeon ada di depan kamarnya.
''ajumma, mianhamnida! Aku masuk ke dalam rumah tanpa ijin, karena aku sangat khawatir denganmu. Apa seonyung sudah kembali ke rumah?'', tanya taeyeon.
''seonyung belum pulang ke rumah. Aku benar2 khawatir''.
''apa bibi sudah lapor polisi? Apa jinki sudah memberi kabar?''.


=Rumah Jinki=
Jinki sudah mengenakan seragam sekolahnya dengan rapi dan melihat seon-rin masih dengan pakaian lusuhnya.
''bagaimana dengan seragammu? Sebaiknya kau pulang ke rumahmu'', tanya nenek jinki.
''gwaenchanayo, halmeoni'', kata seon-rin lalu merapikan seragamnya.
''nenek, apa aku boleh meminjam telepon untuk menghubungi ibuku?'', tanya seon-rin.
Nenek jinki mengangguk seraya menunjuk ke sebuah telepon rumah disisi sofa ruang tengah.

Seon-rin menganggak gagang telepon itu.
''aku tidak tahu nomer telepon rumah seonyung'', batin seon-rin.

''aku tidak ingat nomor telepon rumahku'', kata seon-rin.
''mweo? Kau tidak mengingatnya? Itu tidak mungkin'', kata jinki.
Jinki menekan beberapa angka dan seon-rin sudah menempelkan gagang telepon itu ditelinga kanannya.


=Rumah Seonyung=
Telepon rumah seonyung berdering.
Taeyeon duduk di sisi nyonya park yang masih menangis.
''bibi, ada telepon'', kata taeyeon.

Nyonya park mengangkat gagang telepon itu, ''yeoboseyo?''.
''ibu!!!'', seru seon-rin terdengar dari telepon itu.
''seonyung???'', seru nyonya park tampak berbinar.
''ibu, aku baik2 saja! Jangan khawatir, maaf baru menghubungi sekarang karena aku tidak bisa mengingat nomor telepon rumah kita''.
''jigeum eodieseo?''.
''jinki menolongku. Ibu, temui aku di sekolah ya. Aku mencintaimu''.
*klik*

Nyonya park memandang taeyeon lalu tersenyum.
''seonyung baik2 saja. Dia bersama jinki'', kata nyonya park.
''seonyung dan jinki?'', guman taeyeon.
''syukurlah eomma! Seonyung baik2 saja'', seru taeyeon.
''eh??'', ucap taeyeon saat menyadari ia memanggil nyonya park dengan sebutan ibu.
''gwaenchanayo. Gaja!''.


=Smu Shinhwa=
Kyuhyun memandang gerbang smu shinhwa. Entah dari mana ia datang, kyuhyun tiba2 sudah ada di sana.
''10 hari lagi'', guman kyuhyun.
''10 hari lagi? Jeongmalyo?'', kata jungsu cheonsa tiba2 berdiri di samping kyuhyun, tanpa seorangpun dapat melihatnya.
''kau melindungi gadis itu dengan kekuatan malaikatmu. Waktumu dipotong 3 hari, jadi 7 hari lagi, arayo?'', kata jungsu cheonsa lagi.
''mweo? 7 hari?''.
''semakin tidak mungkin, bukan?''.
Kyuhyun memandang jungsu cheonsa dengan tatapan terkejut.

(Ost: G.Na - I will back off so you can live)

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar