Green  Pencil

Sabtu, 06 Juli 2013

FF 13 Days with Miss Arrogant *4


Judul: 13 Days with Miss Arrogant
Genre: Romance, Fantasy, Comedy
Part: 1-18
Cast:
Lee RinRin (You)
Luna/ park seon yeong (Fx)
Onew/ Lee Jinki (Shinee)
Cho kyuhyun (Super Junior)
Kim Taeyeon (Snsd)

Ost: A Pink - My My

Part *4

Tuan lee memberikan sepasang sepatu untuk rinrin. Sepatu pemberian seonyung saat tuan lee hendak pulang ke rumahnya.
''apa itu anak direktur park? pasti anak perempuan itu sangat baik karena mau memberikan sepatu terbaiknya untuk orang lain'', tanya rinrin seraya menerima sepatu itu.
''dia satu sekolah denganmu'', jawab tuan lee.
''jeongmalyo?? Siapa namanya?''.
''namanya.....''.
Rinrin mengamat2i sepatu itu kemudian tersenyum,

''suamiku! Kau sudah pulang? Yahh, kau pulang dengan sepeda motor butut mu'', kata nyonya lee saat keluar rumahnya dan melihat motor butut tuan lee ada di depan garasi.

''heii rinrin ah! Apa kau sudah menukar baju seragammu dengan milik yeorim?'', tanya nyonya lee pada rinrin yang berdiri di samping ayahnya.
Rinrin menggeleng, ''sireo!''.
''aiss!! Kau selalu saja seperti itu. Kenapa kau tidak mengalah pada yeorim?''.

Rinrin masuk ke dalam rumahnya sambil menenteng sepasang sepatu pemberian ayahnya itu.
Nyonya lee menoleh ke arah rinrin kemudian mengacungkan jarinya.
''jankkanman!!'', seru nyonya lee hingga membuat langkah rinrin terhenti.

''sepatunya cantik sekali, ini sangat cocok untuk yeorim'', kata nyonya lee kemudian mencoba meraih sepatu yang dibawa rinrin.

''ini sepatuku!'', jawab rinrin lalu bergegas pergi ke kamarnya.

''hyaa!! Kau lihat bagaimana ulah rinrin padaku?'', adu nyonya lee pada suaminya.
''kau seharusnya berkaca, sikapmu pada rinrin yang tidak wajar. Kenapa kau begitu membedakannya?'', jawab tuan lee.
''aku hanya berlaku adil. Yeorim juga anak kita dan dia masih smp. Aku harus memperhatikannya''.
Tuan lee menggelengkan kepala kemudian beranjak masuk ke rumahnya.


=Rumah Seonyung=
Seonyung mengusap hidungnya yang masih terus meneteskan darah. 30 menit lebih gadis itu berkutat dengan mimisannya.

''seonyung ah, apa kau sudah tidur??'', terdengar suara nyonya park dari luar kamar seonyung seraya mengetuk pintu kamar putrinya.

Seonyung membereskan tisu yang berlumuran darah mimisannya.
''aniyo eomma! Aku sedang belajar'', kata seonyung seraya memasukkan tisu2 itu ke dalam kotak sampah.

Seonyung membuka sedikit celah pintunya lalu melongok dan hanya tampak sebagian wajahnya.
''eomma, aku sedang belajar jangan menggangguku'', kata seonyung dengan sifat manjanya.

Nyonya park tersenyum, ''kalau kau lelah, tutup bukumu dan segera tidur''.

''ne, araseo''.

Nyonya park beranjak menuruni tangga.
''eomma!!'', panggil seonyung.
''ne?'', jawab nyonya park.
''annyeong hijumuseyo, areumdaun kkumiya''.
''kau selalu mengucapkannya setiap malam. Gomapda''.
''aku takut kalau malam ini adalah hari terakhir aku hidup, jadi aku tidak boleh lupa untuk mengucapkannya''.
''kau bicara apa seonyung ah? Percayalah, Tuhan masih memberimu waktu untuk mengucapkannya besok malam''.
Nyonya park tersenyum.


Ponsel seonyung diatas meja belajarnya berdering.
*jinki calling*
Seonyung beranjak mengambil ponselnya.
''yeoboseyo??'', jawab seonyung.
''seonyung ah, apa kau punya helikopter?'', tanya jinki.

Seonyung mengeryitkan dahinya karena jinki tiba2 menanyakan hal yang aneh padanya.
''helikopter? aku tidak punya helicopter''.
''kalau kapal pesiar, kau punya?''.
''eobseo (tidak punya)''.
''bagaimana dengan roket ruang angkasa??''.
''eobseo! Apa kau sedang sakit panas, jinki ah??''.
''geureom (kalau begitu), kau punya satu hati untukku kan, chagi?''.
Seonyung tertawa, ''aiss!! Kau menyebalkan''.
Terdengar jinki juga tertawa.
''baboya!!'', kata seonyung.


=Kamar Taeyeon=
Taeyeon memandang sebatang cokelat yang bertuliskan *jinki saranghaeyo* di atas meja belajarnya.
Yeoja itu kemudian mengambil bingkai foto antara dirinya, jinki dan seonyung.
''aku tidak bisa memilih antara kau dan jiki. Karena kau juga berharga'', guman taeyeon kemudian tersenyum.

Taeyeon mengambil buku satra klasik dari dalam tasnya.

Flash Back
#Taeyeon memecah celengan miliknya lalu mengambil beberapa lembar uang won itu. Gadis itu berdiri di depan sebuah toko buku lalu masuk ke dalam toko itu dan melihat deretan buku2.
''agasi, dimana aku bisa menemukan buku sastra eropa terbaik?'', tanya taeyeon pada pelayan toko itu.

Pelayan itu menunjuk sebuah deretan rak buku yang tidak jauh dari tempat taeyeon berdiri.
''ini buku sastra klasik edisi terbatas, hanya ada 5 buah di toko ini, jika kau membelinya, kau adalah pemilik terakhir karena sekarang buku ini hanya ada satu'', kata pelayan itu seraya mengambil sebuah buku yang masih tersampul rapi.
''berapa harganya??'', tanya taeyeon.
''52 ribu won''.

Taeyeon menghitung uang yang ia bawa,
''49 ribu won, masih kurang 3 ribu won'', guman taeyeon.
''tolong, aku titip buku ini dulu, jangan diberikan pada orang lain. Aku berjanji 30 menit lagi aku kembali'', kata taeyeon pada pelayan toko itu lalu bergegas keluar dari toko.

Taeyeon berhenti di depan pintu toko buku itu lalu menoleh ke sekeliling.
''bagaimana caranya aku mendapat 3 ribu won? Aku bisa saja minta pada ayah tapi itu akan menjadi tidak bermakna'', batinnya.

Taeyeon masuk ke dalam kedai sosis korea lalu membeli beberapa tusuk sosis.
''2000 won'', kata pemilik kedai itu.

Taeyeon memberikan 2 ribu won pada pemilik kedai, ''gamsa hamnida!''.

Taeyeon keluar dari kedai lalu memandang bungkusan sosis yang ia beli.
''sosis korea! Sosis korea! Masih hangat'', seru taeyeon seraya berjalan menyusuri pinggiran jalan dan berhenti di dekat halte bis.

''apa kau mau membeli sosis korea ku? Semuanya 5 ribu won'', kata taeyeon.

''mahal sekali, aku biasa membelinya di sana 2 ribu won'', kata seorang ajumma yang duduk di halte bis seraya menunjuk ke arah kedai sosis tidak jauh dari itu.

''ajumma, 5 ribu won'', kata taeyeon seraya menyodorkan bungkusan sosis itu.
''aniyo! 2 ribu won!!''.

Taeyeon begitu kecewa saat ajumma itu tidak mau membeli sosis koreanya seharga 5 ribu won.

''Kau bukan orang miskin, kenapa kau berjualan sosis korea?'', tanya ajumma itu ketika memperhatikan penampilan taeyeon.
''semua untuk cinta'', jawab taeyeon lesu.

Ajumma itu memberikan beberapa lembar uang won pada taeyeon.

''ajumma! Kau membeli semua sosis ku?'', seru taeyeon riang.
''Anak seusiamu belum mengerti apa arti cinta sebenarnya! Tapi aku rasa kau sudah mengerti''.

Taeyeon melongo, ''mweo?''.
''cinta itu kasih, jika kau bisa mengasihi orang lain seperti kau mengasihi dirimu sendiri, kau memiliki cinta di hatimu. Tetap lakukan, agar kau tidak kehilangan kasih yang semula''.
Taeyeon tersenyum, ''gamsa hamnida''.
''lakukan segala sesuatu sebaik2nya seolah2 kau akan mati hari esoj''. #end.

Kisah dari ajumma itu>
Setelah memberi uang 5000 won pada taeyeon. Bibi itu menyandarkan tubuhnya di dinding halte seraya menyentuh dadanya.
''Tuhan, biarlah kehendakMu saja yang jadi. Tubuh ini tidak kuat rasanya'', ucap ajumma itu lirih.

*brukkkk* ajumma itu terjatuh dan seketika rohnya keluar dari tubuh.
Kyuhyun cheonsa dengan pakaian bersinar mengulurkan tangannya ke arah roh bibi itu.
''manusia tidak perlu tahu masa dan waktu. dan saat ini waktumu sudah selesai'', kata kyu cheonsa.
''apa perbuatan baikku cukup membawaku ke surga?'', tanya roh bibi itu.
''Tuhan menyediakan tempat terbaiknya di surga untuk orang yang dikasihinya''.


=Rumah Rinrin=
*taptaptap* terdengar langkah kaki berlari mendekat ke arah kamar rinrin. Gadis itu sedang asik memperhatikan sepatu baru pemberian ayahnya.
''aku tidak sabar ingin memakainya!!'', ucap rinrin kemudian mengelap sepatunya dengan telapak tangan.

*cekreeettt* Terdengar pintu kamar rinrin dibuka seseorang.
''eonni!! Kau punya sepatu baru?'', seru yeorim dari depan pintu kamar rinrin.
Rinrin menoleh, ''siapa yang menyuruhmu masuk ke dalam kamarku?''.
''eonni! Sepatu itu milikku''.
''tidak! Kau pergilah!''.

Yeorim mengambil sepatu itu dengan paksa namun rinrin mendorong adiknya keluar dari kamar.
''berkali2 aku harus mengalah padamu! Apa sekarang sepatu ini harus aku berikan padamu juga?'', teriak rinrin.

Nyonya lee bergegas pergi ke kamar rinrin dan melihat yeorim terduduk di depan kamar rinrin dengan berlinang air mata.
''eomma! Lihat, dia membentakku!'', adu yeorim pada ibunya.
''mweo??'', seru nyonya lee lalu menyeret rinrin dengan menarik rambut anaknya itu masuk ke dalam kamar mandi.

Rinrin sengaja menahan teriakannya agar ayahnya tidak terbangun.

Berkali2 nyonya lee memukuli wajah rinrin lalu menguyurnya dengan air dingin.
*byurrr byurrr*
''ini akibatnya kalau kau sok berkuasa disini!'', seru nyonya lee.

Rinrin hanya terdiam dengan keadaan basah kuyup dan beberapa lebam di wajahnya.
''adukan pada ayahmu! Nanti ayahmu akan memikirkanmu terus lalu mati'', kata nyonya lee.

Nyonya lee keluar dari kamar mandi meninggalkan rinrin seorang diri di sana.
Gadis itu menangis seraya menyandarkan tubuhnya di dinding kamar mandi.


Keesokan harinya,
Rinrin berdiri di depan cermin kamarnya, memakai seragam putih berlubang milik yeorim lalu memakai rompi sekolahnya sehingga lubang karena setrika itu sedikit tertutup.

Gadis itu tersenyum saat melihat sepatu baru yang kini terpasang di kedua kakinya. Namun, rinrin berubah muram saat melihat bekas pukulan ibunya semalam yang mendarat di pipinya.
''tetap bertahan, walau bertahan itu sulit!'', guman rinrin.


=Rumah Seonyung=
Seonyung berkali2 menyentuh dahinya karena hari ini ia merasa tidak enak badan. Tubuhnya terasa panas tinggi, namun ia tidak ingin nyonya park khawatir tentang keadaannya.
Seonyung memakai lotion penyegar agar wajahnya tampak fresh.

''seonyung ah, ayo sarapan dulu!?'', seru nyonya park dari depan kamar seonyung.
''ne!'', jawab seonyung dengan suara agak lemah lalu keluar dari kamarnya.
''kau sakit?'', tanya nyonya park lalu mencoba menyentuh dahi seonyung namun yeoja itu menahan tangan ibunya.
''aniyo! Aku sangat sehat, ibu!''.
''ayo sarapan, nanti aku bisa terlambat ke sekolah'', kata seonyung lagi lalu bergegas ke ruang makan.

Tuan park sudah duduk di meja makan lalu melihat kedatangan seonyung dengan tatapan sinis.
''apa jalanmu seperti siput? Kenapa lama sekali?'', tanya tuan park.
''mianhamnida'', jawab seonyung kemudian duduk di dekat tuan park.
''biarkan seonyung sarapan dan hentikan ucapan tidak bergunamu itu'', kata nyonya park pada suaminya.

Seonyung menikmati roti panggang isi daging buatan ibunya.


Jinki mengayuh sepedanya dan berhenti di depan rumah seonyung lalu membunyikan bel.
''itu pasti jinki!!'', guman seonyung.

Seonyung meneguk minumannya lalu bergegas keluar dari rumah.

''annyeong hasimnikka'', sapa jinki saat melihat tuan park keluar rumah bersamaan dengan seonyung.
''kau masuklah ke mobil'', kata tuan park pada seonyung.
''appa! Jinki menjemputku'', kata seonyung.
''aniyo! Masuk ke mobil sekarang''.

Seonyung memandang jinki,
''gwaenchanayo'', kata jinki lalu tersenyum.
''mianhae, jinki ah!'', ucap seonyung lirih.

Seonyung masuk ke dalam mobil. Jinki berdiri di samping sepedanya dan melihat mobil itu melaju keluar dari halaman rumah seonyung.
''mweo? Kau jinki?'', tanya nyonya park saat jinki hendak mengayuh sepedanya.
''oh, ne! Ajumma'', kata jinki seraya menoleh ke arah nyonya park.
''dimana seonyung??''.
''seonyung berangkat bersama ayahnya''.


=Rumah Taeyeon=
Taeyeon menuruni tangga kamarnya lalu bergegas mencium pipi tuan kim kemudian berlari ke garasi rumah mengambil sepedanya.

''taeyeon ah, kau melupakan sarapanmu!'', kata tuan kim saat menyusul putrinya ke garasi.
''ayah, nanti seonyung akan lama menungguku'', kata taeyeon lalu bersiap hendak menaiki sepedanya.
''kau berangkatlah bersamaku''.
''aku ke rumah seonyung dulu''.
''kau belum pernah mengajak ayah ke rumah seonyung''.
''lain waktu saja ya ayahku sayang. Sampai jumpa nanti di rumah'', seru taeyeon lalu mengayuh sepedanya cepat2.


=Rumah Seonyung=
Tidak lama kemudian, taeyeon sampai di depan rumah seonyung.
''ajumma, apa seonyung sudah berangkat ke sekolah?'', tanya taeyeon dengan nafas terengal.
''seonyung sudah berangkat bersama ayahnya'', jawab nyonya park.
''uhm aku terlambat menjemput seonyung''.
''aniyo taeyeon ah! Hanya saja tadi ayahnya menyuruh seonyung berangkat bersamanya. Kau seperti jinki''.
''mweoya? Jinki menjemput seonyung?''.
Nyonya park mengangguk.


=Di sebuah jalanan=
Rinrin menyusuri pinggiran jalan dan sesekali menoleh ke belakang.
''aiss!! apa aku harus berjalan kaki ke sekolah setiap hari?'', guman rinrin.
''sepatu baruku bisa cepat rusak!'', gerutu rinrin lagi.

Tiba2 dari kejauhan tampak seorang namja sedang mengayuh sepedanya.
''yakk! Tumpanganku datang!'', seru rinrin lalu tersenyum.

Namun senyumnya sirna saat tahu namja itu adalah lee jinki.
''kau ingin menumpang??'', tanya jinki lalu menghentikan sepedanya.
''aiss! Tidak perlu repot2 padaku!'', kata rinrin lalu berjalan meninggalkan jinki.

Namja itu mengayuh sepedanya di sisi rinrin.
''nanti sepatu barumu itu bisa rusak kalau kau terus2an berjalan'', kata jinki saat melihat sepatu baru yang dipakai rinrin.

Rinrin menoleh ke arah jinki lalu memandang sepatunya.

*wussss* jinki mengayuh sepedanya dan rinrin bonceng(?) di jok belakang.


=SMU Shinhwa=
Seonyung membuka pintu mobilnya lalu beranjak keluar dari mobil.
''gomapseumnida, appa'', kata seonyung tersenyum.

Seonyung menoleh ke arah gerbang sekolah.
''kenapa jinki dan taeyeon belum datang?'', guman seonyung.

Tidak lama kemudian, Jinki muncul dari gerbang sekolah.
''jinki ah??'', seru seonyung lalu melambaikan tangannya.
Seonyung tersenyum ke arah rinrin namun yeoja itu sibuk merapikan bajunya agar lubang setrika itu tidak kelihatan.

Rinrin berjalan ke arah koridor kelas tanpa mengucapkan terima kasih pada jinki.

''aiss!! Gadis itu belum juga berubah'', kata jinki.
''orang tidak bisa berubah hanya dalam waktu semalam, jinki ah. Suatu saat rinrin akan berubah'', kata seonyung.
''gaja!'', jinki menggandeng tangan seonyung lalu duduk di taman baca sekolah seraya menunggu taeyeon.

Tidak lama kemudian, gadis yang mereka tunggu datang juga. Taeyeon menyandarkan sepedanya lalu bergegas ke arah taman baca sekolah. Tempat dimana ia, seonyung dan jinki duduk membaca buku sebelum bel pelajaran dimulai.

Taeyeon tersenyum saat melihat seonyung dan jinki ada di sana lalu berjalan ke arah mereka.
''taeyeon ah, mianhaeyo'', kata seonyung.
''mweo??'', kata taeyeon karena seonyung tiba2 meminta maaf padanya.
''kau pasti menjemputku ke rumah''.
''oh, aniyo. Gwaenchana!''.
''eomeo, jantungku berdegup kencang karena aku mengayuh sepeda begitu kencang'', kata taeyeon lalu menyentuh dada jinki.
''hei taeyeon ah! kau seharusnya menyentuh dadamu'', kata jinki lalu menjentikkan jarinya ke dahi taeyeon hingga membuat yeoja itu terpingkal.

Taeyeon memperhatikan seonyung, ''apa kau baik2 saja seonyung ah? Kau sepertinya sedang sakit''.
''aku hanya demam sedikit'', jawab seonyung.
''mweo? Seonyung ah, kau demam?'', tanya jinki.
''bagaimana kau bisa tahu kalau seonyung demam?'', tanya jinki lagi pada taeyeon.
''aku mengenal seonyung lebih lama darimu'', jawab taeyeon.


Di dalam kelas, rinrin menyiapkan seutas tali yang ia kaitkan di depan pintu kelasnya.
''kalian tetaplah didalam, ara?'', kata rinrin pada teman2nya.
''apa yang akan kau lakukan?'', tanya seorang temannya.
''sedikit bermain''.

Rinrin melongok ke koridor kelas dan melihat orang yang ia tunggu muncul.

*slaaattttt* grobyaaakkk*
Seonyung terjatuh karena kakinya terjerat tali yang sudah di pasang oleh rinrin.
Rinrin tertawa melihat seonyung terperosok sedang taeyeon dan jinki tampak begitu terkejut.
Taeyeon membantu seonyung berdiri sedangkan jinki mendorong rinrin hingga memojokkannya ke dinding.
''kau keterlaluan!!'', teriak jinki.
''aku hanya bermain2'', jawab rinrin santai.

''gwaenchanayo'', kata seonyung saat taeyeon membantunya berdiri lalu beranjak duduk ke bangkunya.

*Tettttttttt* bel tanda dimulainya pelajaran berbunyi.

Rinrin mendorong jinki lalu duduk di bangkunya.
''jangan menjadi pahlawan, seolah2 kau pria sejati. Sebaiknya, besok kau menolong seonyung dengan membawa seekor kuda putih dan berpakain perang'', kata rinrin.

Taeyeon melirik ke arah rinrin dan gadis itu hanya tersenyum sinis.
''kau akan menyesal'', kata taeyeon.
''tidak ada kata menyesal di kamus hidupku'', jawab rinrin.
''eung??''.
''jujur saja, aku menyesal harus hidup denganmu selama 3 tahun''.

Jam istirahat sekolah,
Taeyeon menghampiri jinki yang sedang membaca buku di taman sekolah.
''ini buku sastra klasik yang aku ceritakan waktu itu'', kata taeyeon seraya memberikan buku itu ke jinki.
''kau pasti akan menyukainya'', kata taeyeon lagi.

Jinki tertegun saat menerima buku itu.
''gomaweoyo taeyeon ah, aku pasti akan membacanya'', kata jinki.
Taeyeon mengangguk, ''ne!''.

Rinrin menengok ke papan pengumuman sekolah dan melihat sebuah selebaran lomba lari marathon.
''aku akan ikut lomba itu dan aku harus menang'', guman rinrin.

Seonyung keluar dari poliklinik sekolah lalu berjalan ke arah kelasnya.
''hei seonyung ah, apa kau dan jinki berpacaran??'', tanya rinrin tiba2 dari arah belakang seonyung.
''mweo??'', kata seonyung.
''bukankah sahabat itu tidak seharusnya berpacaran?''.
''apa maksudmu??''.
''kau pura2 tidak mengerti? Astaga!!'', cibir rinrin.

Seonyung memandang ke arah sepatu yang dipakai rinrin.
''sepatumu baru?'', tanya seonyung.
''tentu! Ini sepatu mahal, ayahku yang membelikannya untukku'', jawab rinrin bangga.
''sepatu itu mirip dengan sepatu yang aku berikan pada paman lee'', guman seonyung.
''apa kau bilang??'', tanya rinrin saat mendengar seonyung berguman menyebut nama ayahnya.
''semalam aku memberikan sepatu yang sama dengan milikmu pada supir pribadi ayahku''.
''mweo??''.
Seonyung mengangguk.
''kau anak tuan park??'', seru rinrin terkejut.
''kau anak paman lee?'', tanya seonyung.

''aiss!! Appa!!'', teriak rinrin lalu berlari meninggalkan seonyung.

''kenapa rinrin tidak seperti ayahnya? Aku rasa rinrin anak yang baik hanya saja dia merasa hidupnya tidak beruntung. Padahal aku ingin hidup sepertinya'', batin seonyung.

Di taman sekolah, taeyeon duduk di samping jinki sambil sesekali memperhatikan namja itu.
''jinki sangat manis. Aku tidak salah menyukainya karena dia sangat istimewa'', batin taeyeon.

Merasa taeyeon memandang ke arahnya, jinki menoleh ke arah taeyeon dan gadis itu berpaling ke arah lain.
''kau memandangiku lebih dari 10 detik'', kata jinki.
''aniyo! Uhm jinki ah, kau akan membaca sampai habis buku pemberianku kan?'', tanya taeyeon.
''tentu! buku apapun yang kau berikan padaku, aku akan membacanya''.

Taeyeon tersenyum.
''uhm jinki ah, sebenarnya,,,'', kata taeyeon lalu mengambil sebatang cokelat dari tas nya.

''seonyung ah, kau kemana saja??'', seru jinki saat melihat seonyung berjalan ke arahnya.
''oya kau berkata apa tadi?'', tanya jinki pada taeyeon.
''uhm aniyo'', jawab taeyeon lalu tersenyum.

Taeyeon mengambil sebatang cokelat dari tas nya itu lalu membelahnya menjadi dua bagian.
''cokelat ini untukmu, sebagai tanda persahabatan'', kata taeyeon seraya memberikan cokelat bertuliskan jinki pada pada namja yang duduk di sebelahnya.
''dan ini untukmu, seonyung ah'', kata taeyeon lagi lalu memberikan cokelat bertuliskan *saranghaeyo* pada seonyung.

Seonyung dan jinki saling memandang.
''gomaweo taeyeon ah'', kata mereka serempak.

Taeyeon mengambil tas nya.
''aku ingin menemui hyunah hakjangnim'', kata taeyeon.
Seonyung dan jinki mengangguk.

''seonyung ah, aku harus memberitahu taeyeon bahwa kita sudah berpacaran'', kata jinki.
''aniyo! Hajima!'', cegah seonyung.
''kita tidak bisa hanya dengan diam, lebih baik taeyeon tahu semuanya''.
''taeyeon akan sangat marah besar''.
''tidak!''.

Ternyata, Taeyeon tidak pergi ke ruangan hyunah hakjangnim tetapi pergi ke kelasnya.

Saat jam istirahat, ruang kelas terlihat sepi. Taeyeon duduk di kursinya lalu mulai tertunduk.
''taeyeon kau bodoh, jangan hancurkan persahabatanmu sendiri!'', kata taeyeon pada dirinya sendiri.

Tanpa disadari taeyeon, di kelas di bagian tempat duduk paling belakang, rinrin menangis dengan bersandar pada dinding.
Rinrin menangisi sepatu barunya yang ternyata pemberian dari seonyung.
''ayah!! Kau menyebalkan!!'', kata rinrin lalu mencoba menghapus air matanya.

Saat beranjak berdiri, taeyeon menoleh dan terkejut melihat rinrin duduk di belakangnya. Rinrin juga sama terkejutnya saat melihat taeyeon disana dan melihat air matanya.
''kau??''.

Rinrin bergegas berlari keluar dari kelasnya.
''kau mau kemana? Sebentar lagi guru kang masuk kelas'', kata teman rinrin saat bertemu gadis itu di koridor sekolah.

Jinki dan seonyung mencari taeyeon lalu melihat gadis itu ada di dalam kelas.
''taeyeon ah, aku ingin memberitahumu satu hal'', kata jinki.
''jinki ah, hajima!'', kata seonyung.
Taeyeon menoleh,
''aku dan seonyung berpacaran'', kata jinki sambil menggenggam tangan seonyung erat.

Jinki menaruh tasnya di atas meja, tanpa sengaja tas itu terjatuh dan semua buku yang ada di dalam tas itu tertumpah keluar.
Taeyeon memandang dua buku dengan sampul yang sama, buku sastra klasik italia.

Jinki bergegas merapikan buku2nya itu.
''ternyata kau punya buku yang sama dengan yang aku beri, jinki ah'', kata taeyeon.
''oh itu, itu karena,,,'', kata jinki.
''kalian melihatku seperti seorang gadis yang harus dikasihani bukan?''.
''taeyeon ah??'', kata seonyung.
''kau menerima buku itu hanya untuk membuatku tidak kecewa. Kalian membuat hubungan khusus di belakangku. Apakah kalian tidak menyadari bahwa aku juga bertahan dengan perasaanku?'', teriak taeyeon.
''taeyeon ah, dengarkan aku! Aku menyukai seonyung, kau tidak boleh menyalahkannya'', kata jinki.
''minggir kau!!'',
Taeyeon keluar dari ruang kelasnya.

Seonyung berlari menyusul taeyeon.
*tesss* hidung seonyung kembali mimisan namun yeoja itu terus saja mengejar taeyeon.

Rinrin berdiri di depan rumahnya dengan nafas terengal, dilihatnya tuan lee sedang membersihkan motor bututnya itu.
''ayah! Kenapa kau sangat menyebalkan!!'', teriak rinrin.

Tuan lee menoleh,
Rinrin melepas sepatunya, ''kenapa memberikan sepatu ini padaku! Aku membencinya!'', seru rinrin lagi.
''kau kenapa rinrin ah??'', tanya tuan lee.
''ini sepatu milik seonyung! Dan aku tidak menyukai gadis itu!''.

Rinrin membuang sepatunya lalu berlari keluar dari halaman rumahnya.

*tinnnnnntiiiinnn* sebuah mobil yang melaju kencang membunyikan klakson mobilnya.

*brrrrraaaaakkkkk* mobil itu menyambar tubuh rinrin hingga membuat gadis itu terpental.


=Di SMU Shinhwa=
*bruuuukkk* seonyung jatuh pingsan di koridor sekolah.
Taeyeon terus berlari tanpa menyadari seonyung jatuh pingsan.

Beberapa saat kemudian,

=Di rumah sakit seoul=
Rinrin dibawa masuk ke dalam ruang UGD dan dipasang berbagai peralatan medis.
Tuan lee terlihat cemas menunggu di depan ruangan itu.

Ponselnya berdering, *direktur calling*
''kau segera ke rumah sakit seoul'', terdengar suara direktur park dari ponsel tuan lee.
''aku ada di rumah sakit. Putriku kecelakaan'', kata tuan lee.
''aku memberimu sebuah tugas,,,''.

*klik* Belum selesai tuan park berbicara, tuan lee sudah memutuskan sambungan teleponnya.

Seonyung sedang ditangani oleh dokter di ruangan yang berbeda di rumah sakit yang sama dengan rinrin.

Ponsel tuan lee berdering lagi.
''yeoboseyo?'', jawab tuan lee.
''apa ini ayah dari lee yeorim?'', terdengar suara perempuan dari ponsel tuan lee.
''ne??''.
''jika besok yeorim tidak membayar tunggakan uang sekolahnya, kami terpaksa mengeluarkan yeorim dari sekolah''.
''mweo?''.

Tuan lee terlihat cemas memikirkan keadaan rinrin dan juga nasib yeorim dengan sekolahnya.


Di ruangan lain,
Nyonya park terlihat terisak di pelukan suaminya.
''kau tenanglah'', kata tuan park lalu menyuruh istrinya duduk.
''seonyung kritis, aku sangat khawatir'', kata nyonya park.
''bukankah ini sudah menjadi kebiasaan seonyung??''.
''apa yang kau katakan! Kenapa kau terlihat tenang!''.
''karena seperti biasanya, seonyung akan baik2 saja''.

Dokter dan perawat keluar dari ruang rawat seonyung.
''seonyung sudah stabil, jangan khawatir'', kata dokter itu.
''kenapa anak itu tidak mati saja! Apa aku harus membunuhnya dengan tanganku? Kenapa penyakitnya tidak membuatnya segera mati?'', batin tuan park.

Nyonya park masuk ke ruang rawat seonyung.
Tuan park mengambil ponselnya dan menghubungi tuan lee.
''jika kau tidak menemuiku sekarang, kau akan kehilangan pekerjaanmu'', kata tuan park.
*klik*

Tuan lee memandang pintu ruang UGD lalu pergi dari tempat itu dan mencari direktur park.

''direktur, putriku kecelakaan dan anda menyuruhku bekerja??'', tanya tuan lee saat bertemu dengan direktur park.
''aku tidak peduli bagaimana anakmu, hanya aku ingin kau melakukan satu hal dan aku memberimu bayaran setimpal'', kata direktur park.

Tuan lee memikirkan tentang biaya sekolah yeorim.
''apa yang harus aku lakukan?'', tanya tuan lee.
''kau hanya perlu melepas selang oksigen seonyung''.

''apa???''.

TOBE CONTINUE
(Ost A Pink - My My)

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar