Green  Pencil

Sabtu, 06 Juli 2013

FF 13 Days With Miss Arrogant*3


Judul: 13 Days With Miss Arrogant
Genre: Romance, Fantasy, Comedy
Part: 1-18
Cast:
Lee RinRin (You)
Luna/ park seon yeong (Fx)
Onew/ Lee Jinki (Shinee)
Cho kyuhyun (Super Junior)
Kim Taeyeon (Snsd)

Ost: A Pink - My My

Part *3

Rinrin mengambil buku agenda taeyeon yang didalamnya berisi tulisan *lee jinki* yang diberi tanda love. Menyadari taeyeon diam2 menyukai jinki, rinrin mencoba memberitahukan rahasia itu pada jinki yang kebetulan ada di perpustakaan.
''hei jinki ah, apa kau ingin tahu sebuah rahasia?'', seru rinrin.
Jinki menoleh, ''rahasia apa?''.
(Ost A Pink- My My)

Taeyeon membekap mulut rinrin namun yeoja itu menghempaskan tangan taeyeon.
''jangan dengarkan ucapan gadis arogan ini!'', kata taeyeon.

Jinki dan seonyung saling memandang karena tidak mengerti dengan sikap taeyeon yang tidak wajar.

Rinrin pov
#jika aku katakan pada jinki bahwa taeyeon menyukainya. Pasti persahabatan mereka akan retak karena aku tahu jinki menyukai seonyung. Haha tidak ada yang tidak bisa dibuat rusak oleh lee rinrin. Aku ingin segera melihat akhir persahabatan mereka begitu yang dramatis#end.

Rinrin menarik tangan taeyeon lalu membawanya ke hadapan jinki dan seonyung.
''kau ingin tahu sebuah rahasia??'', tanya rinrin.
Jinki dan seonyung saling memandang.
''rahasia apa??'', tanya jinki dan seonyung serentak.
''oh ya, ini ada hubungannya denganmu juga seonyung ah. Jadi dengarkan baik!!''.

Lee rinrin memandang jinki lalu tersenyum, ''taeyeon menyukaimu, lee jinki!''.

Taeyeon merebut kembali buku agendanya dari tangan rinrin.
''apa katamu??'', tanya jinki terkejut lalu memandang taeyeon.

Yeoja itu berkali2 menggelengkan kepalanya untuk meyakinkan jinki bahwa ucapan rinrin tidak benar.
''apa kau lebih percaya pada ucapan gadis arogan itu? Aku tidak mungkin menyukaimu, kita bersahabat'', kata taeyeon pada jinki.
''kau akan tahu jawabannya kelak. Aku akan mengumpulkan bukti2nya'', kata rinrin.

Ketiga sahabat itu hanya bisa saling memandang.
''berhati2lah kim taeyeon'', bisik rinrin lalu meninggalkan mereka bertiga dan kembali ke meja yang berisi tumpukan buku matematika miliknya.

Taeyeon keluar dari perpustakaan lalu di susul oleh jinki.


=Di sebuah tempat=
Sebuah layar besar terdapat beberapa tayangan seperti tayangan film. Namun di dalam tayangan itu merupakan penggalan kisah hidup seorang lee rinrin. Tayangan itu berhenti saat lee rinrin membuka salah satu buku matematikanya.
''jika manusia tahu kalau dia akan mati, pasti manusia itu akan segera bertobat dan kembali ke jalan yang benar'', kata Park Jungsu, seorang pria yang memakai jubah warna putih dengan dua buah sayap di punggungnya.
Dari wujudnya, pria itu tergolong Cheonsa yang berada di atas awan, di atas dunia dan dibawah surga.

Seorang namja lain yang berdiri di samping Jungsu Cheonsa itu mengangguk.
''dua gadis ini akan meninggalkan dunia dalam waktu bersamaan'', kata pria itu.
''kau benar kyu''.

Author pov
#park jungsu (leeteuk) menjadi cameo karena kim taeyeon berperan dalam FF ini. Leeteuk mau menjadi cameo untuk beberapa part ke depan dan juga karena adanya cast cho kyuhyun di sini. Dengan rayuan maut dari author, leeteuk berkenan jadi cast di ff ini gitu wkwkwk#end.

''apa gadis itu akan di bawa ke api penyucian?'', tanya kyu cheonsa.
''salah satu dari mereka akan dibawa ke api penyucian'', jawab jungsu cheonsa.


=SMU Shinhwa=
Rinrin memandang tumpukan buku matematika yang ada diatas mejanya, berkali2 ia menyentuh dahinya.
''aigo! Aigo! Tulisan2 ini membuatku pusing'', guman rinrin.

Seonyung memperhatikan rinrin dari salah satu sudut perpustakaan lalu menghampiri gadis itu.
''apa kau sedang kesulitan? Apa yang bisa ku bantu untukmu?'', tanya seonyung lembut.
''apa karena kau pintar lalu memandangku begitu bodoh dengan buku2 matematika ini?'', tanya rinrin.

Seonyung menggeleng, ''aniyo! Aku melihatmu kesulitan. Apa kau begitu sulit hanya untuk berkata *ya aku tidak mengerti, tolong bantu aku*?''.

''kau pergilah!'', kata rinrin lagi lalu mendorong bahu seonyung.
''matamu bisa meledak jika kau membaca semua ini dalam waktu singkat'', kata seonyung sambil menunjuk buku geometri dengan halaman yang begitu tebal.
''aku menikmati hukumanku! Pergilah, wajahmu menghalangi pikiranku''.


Diluar perpustakaan,
Taeyeon menyusuri koridor sekolahnya sambil terus menepuk kepalanya.
''babo! Babo!'', kata taeyeon pada dirinya sendiri.

Jinki melihat ke sekeliling mencari sosok taeyeon.
''aiss, gadis itu larinya cepat sekali'', guman jinki seraya menyusuri koridor sekolah.

''hyaaa!! Kim taeyeon!'', seru jinki saat melihat taeyeon di ujung koridor sekolah.
Gadis itu menoleh dan melihat jinki menghampiri dirinya.
''kau tidak usah memikirkan ucapan rinrin'', kata jinki.
''apa itu tandanya kau tidak percaya padanya?'', tanya taeyeon.
''Aku lebih percaya padamu ketimbang pada gadis arogan itu''.
Taeyeon tersenyum.

Taeyeon pov
#walau ucapan rinrin adalah benar bahwa aku menyukai jinki tapi lebih baik jinki tidak mengetahuinya, termasuk seonyung. Serasa aku selamat dari bahaya maut. Tapi rinrin sewaktu2 bisa mengungkapkan kebenarannya. Ancamannya seperti bom waktu#end.


=Ruang perpustakaan=
Rinrin merapikan buku2 yang ia pinjam lalu keluar dari perpustakaan seraya membawa buku catatan yang berisi rangkuman buku matematika yang telah ia baca. Yeoja itu mencari guru kang ke ruangannya.
Saat hendak mengetuk pintu ruangan itu, terdengar percakapan antara guru kang dengan seorang wanita.
''jangan2 guru kang pacaran di dalam ruangannya'', guman rinrin lalu menempelkan telinga kanannya di pintu ruangan itu.

Teman2 sekolahnya yang lewat di ruang guru memperhatikan ulah rinrin.
Yeoja itu menyadari banyak siswa melihat ulahnya lalu ia mengacungkan kepalan tangannya dan menggores lehernya dengan jari telunjuknya.

''itu tandanya kita akan mati kalau berurusan dengannya, ayo kita pergi'', kata seorang murid yang ada di tempat itu.

Di dalam ruangan guru kang,
''aku memanggil taeyeon dan jinki untuk mengikuti olimpiade matematika'', kata kepala sekolah, lee hyunah.

Di luar ruangan guru kang,
''mweo? Itu seperti suara hyunah hakjangnim'', guman rinrin.

Di dalam ruangan guru kang,
''tahun lalu shinhwa mengirimkan taeyeon dan seonyung. Dan kita menang'', kata guru kang.
''aku ingin jinki tidak hanya baik di bidang sastra. Dia akan berusaha lebih baik di matematika''.
''nilai matematikanya sangat pas2an''.
''tapi dia pasti bisa menjadi baik''.
''kalau kau memilih jinki, akupun bisa memilih rinrin, yang tidak tahu apa2 tentang matematika untuk ikut olimpiade''.
''jangan bandingkan jinki dengan rinrin. Aku lebih mengenal jinki''.

Diluar ruangan guru kang,
''aiss!! Mereka menganggapku tidak tahu apa2?'', guman rinrin yang masih terus menguping.

Di dalam ruangan guru kang,
''lebih mengenal jinki? Kau baru mengenalnya saat duduk di kelas 1 sma'', kata guru kang.
''aku kepala sekolah di sini, aku tahu yang terbaik untuk semua muridku'', kata hyunah hakjangnim.

*cekret* pintu terbuka dari dalam, rinrin dengan sigap langsung bergeser ke dinding dan melihat hyunah hakjangnim keluar dari ruangan itu.

''annyeong hasimnikka'', sapa rinrin *bow*.

Hyunah hakjangnim hanya mengangguk lalu meninggalkan tempat itu.
''hallo guru kang, apa aku menganggumu?'', tanya rinrin yang tiba2 muncul dari balik pintu ruangan itu.
''aiss!! Kau mengagetkanku!'', seru guru kang seraya menyentuh dadanya.

Rinrin memberikan buku catatan tugasnya pada guru kang.
''1300 eksemplar buku, sehari 10 buku dan akan ku selesaikan dalam waktu 13 hari'', kata guru kang saat membaca tulisan yang ada di sampul buku itu.
Rinrin mengangguk, ''itu adalah rencanaku 13 hari ke depan''.
''apa kau benar2 menyelesaikan 10 buku dalam waktu sehari?''.

Rinrin menggeleng, ''hari ini baru 3 buku. Berarti besok aku akan menyelesaikan 17 buku''.
Guru kang menggeleng, ''itu tidak mungkin''.
''itu sangat mungkin bagi rinrin. Jangan khawatir. Geureom, aku akan kembali ke kelas. Gamsa hamnida''.
Rinrin keluar dari ruangan guru kang.

''sekarang 3 buku, besok 17 buku. Aiss, gadis itu banyak bicara tapi hasilnya nol'', gerutu guru kang.


=Di sebuah perusahaan otomotif=
Tuan lee, ayah rinrin bekerja sebagai supir pribadi seorang direktur perusahaan otomotif.

Sebuah mobil masuk ke arena parkir perusahaan itu. Ayah rinrin keluar dari mobil dan membukakan sisi pintu lain dari mobil itu.
Seorang ajeossi keluar dari mobil dan masuk ke dalam Perusahaan otomotif itu.
''kau boleh pulang tapi kembalilah kemari pukul 6 sore'', kata ajeossi itu.
Tuan lee mengangguk, ''gamsa hamnida!''.


=SMU Shinhwa=
Bel pulang sekolah berbunyi. Rinrin bergegas merapikan buku2nya lalu mencangklong(?) tas ranselnya.
''minggir2!'', seru lee rinrin menyerobot deretan siswa untuk keluar lebih dulu dari kelasnya.
''aku lebih tenang hidupnya kalau rinrin tidak masuk sekolah'', bisik rombongan siswa itu.

Rinrin terlihat celingak celinguk mencari tumpangan, karena ia tidak punya sepeda lagi gara2 menyelamatkan diri dari tabrakan maut dengan mobil pengangkut sayur waktu itu.

Di area parkir, jinki mengayuh sepedanya dan berhenti di sisi seonyung lalu menunjuk jok belakang dengan jarinya.
''mweo?'', tanya seonyung yang tidak mengerti isyarat tangan jinki.
''kau tidak mengerti juga?'', tanya jinki.

Taeyeon mengambil sepedanya lalu berhenti di dekat seonyung.
''ayo seonyung ah'', panggil taeyeon.
''ne??'', jawab seonyung.

Taeyeon memandang jinki dan melihat raut muka jinki berubah kecewa.
''oh, aku lupa! Aku ingin membeli sesuatu untuk ayahku'', kata taeyeon.
''kenapa mendadak sekali?'', tanya seonyung.
''hei jinki ah, kau bisa mengantar seonyung sampai ke rumahnya kan?'', tanya taeyeon pada jinki.
Namja itu mengangguk, ''ya tentu!''.

Seonyung dan jinki berbocengan lalu namja itu mengayuh sepedanya keluar dari gerbang sekolah dengan semangat.
Taeyeon memandang ke depan lalu merapikan tali ranselnya dan mulai mengayuh sepedanya, namun rinrin dengan sigap menghadang taeyeon dan menahan stang sepeda itu.
''kenapa ada gadis bodoh terlahir di dunia seperti kau ini!'', kata rinrin.
''apa maksudmu?'', tanya taeyeon ketus.
''kau membiarkan jinki bersama seonyung? Eomeo! Eomeo! Kau hidup penuh dengan kepura2an. Kau berpura2 tidak ada masalah dan kau akan masuk ke dalam kamarmu lalu menangis terisak tanpa seorangpun tahu, kemudian kau memenuhi buku agendamu dengan tulisanmu yang begitu menyedihkan''.

Taeyeon memasang kaki kanannya ke atas pedal sepeda lalu mulai mengayuh keluar dari halaman sekolah.
''taeyeon ah!! Sebentar lagi air matamu pasti keluar'', teriak rinrin.

''huh gadis babo!!'', guman yeoja itu lagi.

Rinrin berjalan keluar dari smu shinhwa sendirian, kemudian sebuah mobil berhenti di sebelah gadis itu. Rinrin melongok saat kaca mobil itu terbuka.
''mweo?? Appa??'', seru rinrin saat melihat ayahnya ada di dalam mobil itu.

Tuan lee mengangguk lalu membuka pintu mobil dari dalam. Rinrin duduk di samping ayahnya. Gadis itu melongok keluar jendela dan menunjukkan rasa bangganya karena ia dijemput dengan mobil mewah.
''aku di jemput dengan mobil, keren kan? Hei lihat ke arah sini'', seru rinrin seraya melambai ke arah teman2nya.

Tuan lee hanya menggeleng kepala.

''gomaweoyo appa karena sudah menjemputku ke sekolah. Ayah tahukan aku tidak punya sepeda?'', kata rinrin.
''ini mobil direktur. Kau seharusnya bisa bersikap wajar2 saja'', kata tuan lee.
''bertahun2 ayah bekerja sebagai supir, baru kali ini aku merasakan naik mobil mewah''.


=Sampai di depan rumah rinrin=
Nyonya lee melongok dari dalam rumah dan melihat suaminya dan rinrin turun dari mobil mewah.
''wah kau pasti kredit mobil kan?'', tanya nyonya lee berbinar kemudian menyentuh cat mobil itu yang begitu mulus.
''aniyo! Ini mobil tuan park!'', jawab tuan lee.
''ayo ayo, kita pergi dengan mobil ini!''.
Tuan lee menggeleng, ''aku harus ke kantor untuk menjemput direktur jam 6''.
''aiss!!'', gerutu nyonya lee.
''apa pekerjaanmu bertahun2 menjadi supir orang kaya tidak bisa untuk membeli mobil?'', teriak nyonya lee lagi.
''eomma! Kenapa yang ada dipikiranmu hanya mobil! Kau tidak memikirkan bagaimana kita bisa makan sampai sekarang? Itu karena ayah, arraseo??'', kata rinrin.
''apa kau puas hanya karena bisa makan kenyang??''.

Tuan lee tidak menjawab apapun lalu bergegas masuk ke dalam kamarnya. Ajeossi itu duduk di dekat jendela lalu melihat nyonya lee yang sibuk menggosok kaca spion mobil dengan lengan bajunya.

Tuan lee menangis, ''maafkan aku! Karena menjadikanmu istri seorang sopir. Lee rinrin, walau kau tidak berkata padaku bahwa kau memerlukan sebuah sepeda, aku akan membelikannya untukmu''.

*toktoktok* Pintu kamar ajeossi itu di ketuk seseorang.
''appa??'', kata rinrin dari luar kamar.

Tuan lee membuka pintu kamarnya dan melihat rinrin berdiri di sana.
''ayah, jangan pikirkan perkataan ibu. Jangan membuat hidup ayah rumit'', kata rinrin.
''aniyo, aku tidak memikirkannya'', kata tuan lee lalu mengusap kepala putrinya.
Rinrin memeluk ayahnya, ''ayah, jika kau mau. Aku akan menjual beberapa medali yang ku peroleh''.
''tidak!! Harga medalimu mungkin hanya 10 ribu won. Tapi bagaimana dengan usahamu dan bagaimana ayah bersorak memberimu dukungan saat kau berlari?''.

*tesssss* air mata rinrin berlinang.
''tidak ada yang bisa mengantikan posisi ayah di hatiku. Dari semua yang ada, kau segalanya bagiku. Appa saranghamnida!''.

Tuan lee membalas dengan memeluk erat putrinya.
''aku mohon ayah jangan membelikanku sepeda baru. Jalan kaki, itu cukup. Selagi kedua kakiku masih bisa berjalan'', kata rinrin lagi.

Tuan lee mengajak rinrin masuk ke dalam kamarnya dan duduk di dekat jendela.
''kita bisa mengubah kondisi keluarga kita'', kata tuan lee.
''bagaimana caranya?'', tanya rinrin.
''berdoa! Kau bisa berdoa kan?''.
''tidak! Aku tidak bisa berdoa. Ini sangat sulit'', rinrin berkali2 menggeleng kemudian air matanya kembali menetes.
''hanya Tuhan yang mampu mengartikan bahasa tetes air mata. ayo berdoa''.
''aku tidak bisa berdoa, karena aku tidak tahu apa yang akan kukatakan pada Tuhan''.
''dengar rinrin ah, ada seorang anak bernama rinrin. Dia hidup di daerah pedalaman korea. Di desanya ada seekor beruang yang mengamuk. Rinrin dan beberapa warga desa kabur dari amukan beruang itu. Tapi rinrin adalah gadis yang masih kecil hingga dia berlari paling belakang. Gadis itu sudah putus harapan, kemudian duduk bersimpuh dan berdoa *Tuhan, berkati makananku hari ini*''.

Rinrin menatap ayahnya, ''kenapa dia berdoa untuk memberkati makanannya? Dia butuh pertolongan''.
''bukan kata2 yang kamu doakan tapi bagaimana kau berdoa dengan benar. Tuhan tahu apa yang kamu butuhkan seperti gadis itu, Tuhan tahu ia butuh pertolongan untuk bebas dari amukan beruang. Setelah rinrin berdoa, beruang itu terduduk di depan gadis itu dan berubah jinak''.
''rinrin ah, dengan doa mampu mengubah sesuatu'', kata tuan lee lagi.


=di sebuah tepi sungai=
Jinki dan seonyung duduk di tepi sungai di samping sepedanya lalu memandang jernihnya sungai itu.
''aku sering lewat sungai ini bersama ibuku saat aku masih kecil, aku tidak menyangka sungai ini sangat indah'', kata seonyung tersenyum.

Jinki menggenggam tangan seonyung hingga membuat gadis itu menoleh memandang jinki dan mencoba menarik tangannya namun jinki semakin erat menggenggam tangannya.
''aku menyukaimu, seonyung ah'', kata jinki.
''mweoya?'', kata seonyung terkejut.
''aku menyukai park seonyung!!'', seru jinki berteriak ke arah sungai.
''jinki ah??'', kata seonyung.
''jangan menyukaiku!'', kata gadis itu lagi.
''mweo?'', kata jinki terkejut.
''kau akan menyesal jika menyukaiku''.
''aniyo! aku akan menyesal jika menyukaimu hanya dari tempat yang tersembunyi''.
Seonyung memandang jinki, ''kau tahu, aku punya penyakit kelainan pembuluh darah, aku tidak akan hidup lama''.
''apa kau Tuhan? Sehingga kau bisa menentukan kapan kau akan mati?''.
Seonyung menggeleng.

*tesssss* air mata gadis itu menetes dan jinki langsung memeluk gadis itu.


=di sebuah toko cokelat=
Taeyeon menyandarkan sepedanya di depan toko dan masuk ke dalam lalu memandang sekeliling yang berisi menu cokelat dengan berbagai bentuk.
''aku ingin membeli yang ini'', kata taeyeon pada toko pelayan itu.

Taeyeon membeli cokelat berbentuk segi empat batangan dan meminta untuk mengukir nama *jinki saranghaeyo*

''astaga, aku lupa memberikan buku sastra klasik ini pada jinki'', guman taeyeon saat membuka tasnya untuk mengambil uang.


=Kamar Lee Rinrin=
Gadis itu membuka lemari pakaiannya dan mengambil sebuah kotak. dibukanya kotak itu dan terlihat sepasang sepatu yang sudah usang.
''aku akan tetap memakaimu saat lomba marathon nanti'', kata rinrin tersenyum.


=malam hari, rumah seonyung=
Seonyung duduk di kamarnya lalu tersenyum sendirian hingga tidak menyadari nyonya park berjalan ke arahnya.
''seonyung ah?'', panggil nyonya park.
''ne??'', jawab seonyung menoleh ke arah sumber suara dan melihat ibunya ada di dalam kamarnya.
''eomma!! Jika aku memberitahu satu hal, apa kau akan terkejut?'', kata seonyung lagi.
''mweo?''.
''sekarang aku punya pacar, namanya lee jinki''.
''kau punya pacar??'', nyonya park terlihat terkejut.
Seonyung mengangguk, ''namja yang pernah datang ke rumah waktu itu''.
''namja itu? Ya aku mengingatnya, aku lihat dia pemuda yang baik. Asalkan kau bahagia seonyung ah. Tapi ingat, jangan lupakan studi mu''.
Seonyung mengangguk lalu mengacungkan jempolnya.


Sebuah mobil masuk ke halaman rumah seonyung. Tuan lee, ayah rinrin keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil itu disisi kanan.

Seonyung melihat melalui tirai jendela kamarnya saat tuan park keluar dari mobilnya.
''apppaaaaaa!!'', seru seonyung saat melihat tuan park berjalan di teras rumah.
''aku lelah, jangan memelukku'', kata tuan park saat seonyung memeluknya.
''ayah lelah? Apa ingin aku buatkan kopi hangat?'', tanya seonyung.
''tidak perlu!''.
''bagaimana dengan air hangat untuk mandi?''.
''ibumu sudah melakukannya untukku''.
''lalu apa yang boleh kulakukan?'', tanya seonyung tersenyum lalu memandang ayahnya.
''berhenti menyambutku seperti ini setiap malam, itu membuatku gerah'', jawab tuan park.

Tuan lee memperhatikan seonyung dan tuan park dari dekat mobil.

Tuan park meninggalkan seonyung yang berdiri termangu di teras rumahnya.
''seonyung ah??'', panggil tuan lee.
''paman??'', jawab seonyung tersenyum.
''direktur sangat lelah, jangan kau anggap bahwa ayahmu tidak mengasihimu''.
''aniyo! Aku hanya anak tiri bagi ayah. Tapi aku ingin ayah menganggapku sebagai anak kandungnya. Aku akan tetap belajar mengasihi ayahku''.
''suatu saat direktur akan mengasihimu sebagai anak kandung''.
''gomapseumnida ajeossi''.

Tuan park pamit untuk kembali pulang ke rumahnya.
''paman, tunggu!'', kata seonyung.
Tuan lee menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah seonyung.
''tunggu sebentar, jangan kemana2!'', kata seonyung lalu bergegas masuk ke dalam rumah.

Tidak lama kemudian seonyung keluar dari rumahnya sambil membawa sepasang sepatu.
''paman, kalau tidak salah, kau punya anak perempuan seumuran denganku kan?'', tanya seonyung.
Tuan lee mengangguk.
''dimana putrimu bersekolah?'', tanya seonyung lagi.
''di smu shinhwa, sama sepertimu bukan?'', jawab tuan lee.
Seonyung mengangguk lalu memberikan sepasang sepatu yang ia bawa pada tuan lee.
''tolong berikan sepatu ini untuk putrimu'', kata seonyung.
''tapi??'', tuan lee seakan tidak percaya.
''ibu membelikanku sepatu setiap saat. Ini sepatu yang ibu berikan saat ulang tahunku, tapi aku tidak mau memakainya''.

Didalam rumah,
Tuan park melonggarkan dasi yang ia kenakan lalu duduk di sofa.
''bisakah kau menyuruh anakmu untuk tidak menganggapku sebagai ayahnya setiap hari?'', tanya tuan park.
''mweo??'', tanya nyonya park terkejut.
''aku cukup memberikan margaku padanya, sudah ku beritahukan padamu jangan membawanya tapi kau tetap membawanya!''.
''seonyung anakku, aku akan membawanya kemanapun aku pergi''.

Seonyung masuk ke dalam rumah dan mendengar pembicaraan nyonya park dan ayah tirinya itu.

*taptaptap*
Seonyung berlari ke arah kamarnya.

Seonyung duduk di kursi belajarnya lalu memandang foto dirinya, nyonya dan tuan park. Waktu itu seonyung masih berumur 5 tahun.
''ayah berkali2 bilang bahwa aku anak tirinya'', guman seonyung.
''aku bertahan untuk ibu'', kata seonyung lagi.

*tesss* seonyung mimisan dan darahnya menetes pada meja belajarnya. Bergegas seonyung mengambil tisu lalu mengusap hidungnya.


=Rumah Rinrin=
Rinrin sedang asik menonton acara music bank di televisi.
''eonni, ganti chanelnya'', kata yeorim, adk perempuan rinrin.
''aniyo!'', jawab rinrin singkat.
''eomma!! eonni tidak mau mengganti chanel tivi nya'', seru yeorim pada ibunya yang sedang menyetrika baju.

*plakkk* nyonya lee memukul kepala rinrin.
''apa kau masih bersikap kanak2?'', seru nyonya lee.
''eomma??'', ucap rinrin lirih.
''yeorim ah, kau ingin chanel apa?'', tanya nyonya lee sambil memberikan remot tivi nya pada yeorim.

Yeorim menjulurkan lidahnya ke arah rinrin hingga membuat rinrin mendengus dan mengepalkan tangan ke arah yeorim.

Nyonya lee kembali ke kamarnya dan melihat setrikanya sudah membuat sebuah lubang di baju yang ia setrika.
''aiss!! Aigooo!'', seru nyonya lee.

Mendengar ibunya berteriak, rinrin dan yeorim bergegas ke kamar ibunya.
''kau lihat ini ulahmu rinrin ah!!'', seru nyonya lee.
''aiss!! Itu seragam sekolahku!'', teriak yeorim.
''eomma, aku tidak akan pergi ke sekolah dengan seragam bolong kan?'', tanya yeorim pada ibunya.
''tidak! Jangan khawatir''.
Yeorim mengangguk lalu kembali menonton tivi.

''eomma, apa kau punya uang untuk membelikan seragam yeorim? '', tanya rinrin.

*plak plok plak* nyonya lee memukul kepala rinrin berkali2.
''kau harus bertukar seragam dengan adikmu!'', kata nyonya lee.
''tapi eomma, ini seragam smp'', kata rinrin.
''aku tidak peduli. Seragam smu mu juga berwarna putih, kau tinggal mengganti bed sekolahmu dengan milik yeorim''.

Rinrin keluar dari kamar ibunya sambil membawa seragam sekolahnya dan juga seragam sekolah milik yeorim yang bolong terkena setrika.
Yeoja itu hanya memandang yeorim yang sedang asik menonton televisi lalu pergi ke teras rumah.

Rinrin pov
#ibu tidak pernah memperhatikan perasaanku. Yeorim selalu mendapat pembelaan dari ibu sedangkan aku tidak. Aku anak kandungnya atau bukan? Kenapa aku tidak pernah merasakan kasih sayang dari ibu. Ibu selalu memukulku karena kesalahan yang tidak kubuat#end.

Tidak lama kemudian, sebuah sepeda motor masuk ke halaman rumah rinrin.
Yeoja itu menoleh dan melihat ayahnya sedang melepas helm.
''mweo? Kenapa kau duduk di luar, angin malam tidak baik untuk kesehatan'', kata tuan lee.
''aniyo appa'', jawab rinrin.

Tuan lee memberikan sepatu pemberian seonyung pada rinrin.
''sepatu baru??'', seru rinrin.
''apa ayah membelinya? Ini sepertinya sepatu mahal'', tanya rinrin lagi.
Tuan lee menggeleng, ''anak direktur tempatku bekerja memberikan ini untukmu. Semoga kau menyukainya''.
''apa itu anak direktur park? pasti anak perempuan itu sangat baik karena mau memberikan sepatu terbaiknya untuk orang lain'', tanya rinrin.
''dia satu sekolah denganmu''.
''jeongmalyo?? Siapa namanya?''.

(Ost A Pink - My My)

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar