Green  Pencil

Sabtu, 06 Juli 2013

FF 13 Days with Miss Arrogant *5


Judul: 13 Days with Miss Arrogant
Genre: Romance, Fantasy, Comedy
Part: 1-18
Cast:
Lee RinRin (You)
Luna/ park seon yeong (Fx)
Onew/ Lee Jinki (Shinee)
Cho kyuhyun (Super Junior)
Kim Taeyeon (Snsd)

Ost: A Pink - My My

Part *5

Tuan lee menemui direktur park. Di dalam benaknya, Ajeossi itu memikirkan tentang biaya sekolah yeorim.
''apa yang harus aku lakukan?'', tanya tuan lee.
''kau hanya perlu melepas selang oksigen seonyung'', jawab direktur park.
''apa???''.
Tuan lee sangat terkejut dengan perkataan tuan park.
''seonyung putrimu! Apa kau gila?'', teriak tuan lee.
''dan kau butuh uang'', kata tuan park.
Tuan lee menggelengkan kepalanya, ''tidak, jika harus membunuh orang. Nyawanya sangat berharga. Bagaimana aku yang sedang menghadapi putriku diambang maut harus merenggut nyawa anak lain?''.

Tuan lee meninggalkan tuan park dan kembali ke ruang perawatan rinrin.
Nyonya lee dan yeorim datang bersamaan dengan tuan lee.
''ayah, rinrin melakukan apa? Dia selalu membuat masalah'', seru yeorim saat melihat ayahnya datang.
''kakakmu terbaring di rumah sakit, kau masih bisa berkata bahwa dia membuat banyak masalah. Kau manusia atau bukan?'', teriak tuan lee.
''jangan berteriak pada anakku!'', teriak nyonya lee.
''appa, bagaimana dengan uang sekolahku? Jangan bilang jika ayah tidak punya uang!'', kata yeorim.
''ini salahmu, kenapa kau memasukkan semua anakku ke sekolah mahal'', kata tuan lee sambil menunjuk ke arah nyonya lee.

Tidak lama kemudian, dokter yang menangani rinrin keluar dari ruangan itu.
''putrimu harus di operasi? Karena ada pendarahan di lapisan menings otaknya dan juga patah di bagian tulang ekornya'', kata dokter itu.
''operasi??'', seru nyonya lee.

Di dalam kamar perawatan seonyung,
Nyonya park duduk di sisi ranjang putrinya itu.

*cekret* Pintu terbuka dan jinki masuk ke dalam ruangan itu.
''seonyung ah??'', ucapnya lirih saat melihat yeoja yang ia cintai terbaring dengan peralatan medis menempel di beberapa bagian tubuhnya.
''ajumma, bagaimana dengan seonyung?'', tanya jinki.

Nyonya park hanya menangis tanpa menjawab sepatah katapun.

Tuan park duduk di luar kamar perawatan seonyung dan terlihat sedang memikirkan sesuatu.
''apa yang bisa kulakukan agar anak itu mati?'', batinnya.

''mweo? Direktur? Kau ada di sini?'', tanya nyonya lee saat berjalan mencari toilet dan melihat majikan suaminya ada di rumah sakit yang sama.
''tuan, terima kasih lho mobil tuan yang mewah itu sempat parkir di rumahku'', kata nyonya lee lagi.

Tuan park hanya tersenyum dan terkesan mengejek.
''kenapa direktur ada di sini? Kalau aku, anakku yang selalu berulah menyebalkan itu kecelakaan dan harus operasi. Sudah tahu kami ini miskin kenapa harus masuk rumah sakit'', cerocos nyonya lee.
''kau perlu uang??'', tanya tuan park.

Nyonya lee memandang tuan park lekat.
''kau perlu uang?'', tanya tuan park lagi.
''untuk biaya anakku'', jawab nyonya park.
''aku bisa memberimu lebih dari biaya rumah sakit. Kau perlu mobil?''.
''mweo? jeongmalyo?''.
''kau hanya perlu melakukan satu hal untukku''.
''katakan tuan! Katakan!'', seru nyonya lee riang.
''kau hanya perlu mencabut selang oksigen seonyung di dalam kamar ini''.
''apa!!!''.
''berarti aku harus membunuh orang?'', gumannya lagi.
''kau tidak membunuh, hanya melepas selang oksigennya saja dan aku memberikan apa yang kamu minta, uang!''.
Nyonya lee mengangguk.



=Pusat Kendali kehidupan manusia=
Sebuah tempat dengan banyak awan berwarna putih (seperti kerajaan langit di serial kera sakti- wkwkwk)

Jungsu cheonsa memberikan sebuah alat mirip dengan IPad pada seorang malaikat bernama cho kyuhyun yang sedang duduk di taman menikmati bala tentara langit mendendangkan lagu diringi kecapi.
''Kita bertugas menyaring setiap orang yang layak masuk ke dalam kerajaan seribu tahun damai'', kata junsu.
''ya! kau bertugas melihat kelahiran dan membawa kabar baik, sedangkan aku melihat kematian'', kata kyuhyun.
''kau nikmati saja! Manusia menerima ganjaran dari setiap perbuatannya''.
''kau hanya menunggu dalam hitungan Menit!'', kata malaikat jungsu lagi.
''mweoya??''.
''tapi ingat waktu kita bukan waktu mereka, jalan kita bukan jalan mereka''.
Kyu cheonsa memandang bala tentara langit yang sedang bermain musik itu kemudian mengangguk.
''aku siap!''.



=Kamar perawatan seonyung=
Direktur park masuk ke dalam kamar perawatan itu dan melihat istrinya masih saja menangis.
''lebih baik kau istirahat di rumah'', kata tuan park.
''aniyo! Aku ingin menunggu seonyung'', kata nyonya park terisak.
''ajumma, istirahatlah di rumah'', kata jinki melihat nyonya park begitu lelah.
''kau juga segera pulang! Jangan khawatir tentang seonyung'', kata tuan park seraya menatap jinki.
''tapi paman?'', kata jinki ragu.
''di sini rumah sakit, ada banyak perawat yang selalu memantau kondisi seonyung. Aku lebih khawatir jika kau tetap disini''.

Jinki menatap nyonya park lalu ajumma itu mengangguk.
''kau pulanglah jinki ah'', kata nyonya park.
Tuan dan nyonya park serta jinki keluar dari kamar itu.



=Di tepian sungai tidak jauh dari SMU Shinhwa=
Taeyeon duduk sambil memandang arus sungai yang tidak terlalu jernih. Sesekali yeoja itu melempar kerikil lalu merenung.
''seonyung dan jinki tidak mencariku untuk meminta maaf?'', gumannya.
''tapi walaupun mereka minta maaf padaku, aku tidak akan merestui hubungan mereka!'', kata taeyeon lagi.

Yeoja itu berdiri lalu meletakkan kedua telapak tangannya didekat mulutnya.
''kenapa kalian begitu menyebalkan!!'', teriaknya.
''dan kau kim taeyeon kenapa kau menyukai jinki??'', serunya pada diri sendiri.



=Depan kamar perawatan seonyung=
Nyonya park celingukan dan melihat situasi aman terkendali lalu masuk ke dalam kamar seonyung. Ajumma itu melihat seonyung terbaring dengan peralatan medis menempel di beberapa bagian tubuhnya.
''aku tidak membunuhnya hanya melepas selang oksigennya saja'', kata nyonya park menenangkan diri.

Nyonya park perlahan mendekati tubuh seonyung dan memegang selang oksigen yang menempel di hidungnya.
''untuk biaya rinrin! Untuk biaya sekolah yeorim! Untuk sebuah mobil!'', kata nyonya park lalu melepas selang oksigennya.

*slaaatttt*
Irama nafas seonyung menjadi tidak stabil. Seonyung kesulitan bernafas dengan layar monitor detak jantung yang menunjukkan detak jantung yeoja itu begitu labil.

Nyonya park bergegas pergi dari kamar seonyung tanpa menoleh ke belakang.



=Di depan ruang operasi rinrin=
Tuan lee terlihat mondar mandir dan begitu gelisah.
Nyonya lee muncul dari ujung koridor lalu mendekati suaminya.
''kau kemana saja? Belajarlah menjadi ibu yang baik bagi rinrin'', kata tuan lee.
''aku sudah menjadi ibu yang baik bagi putriku. Rinrin dioperasi hari ini, aku sudah bicara dengan dokter yang menangani rinrin'', kata nyonya lee.
''mweoya?? Kita tidak punya uang!''.
''kau tidak tahu kan jika aku punya perhiasan? Aku akan menjualnya untuk putrimu, lee rinrin''.

Tuan lee tersenyum dan nampak kelegaan di wajahnya.
''gomapda!'', kata tuan lee.

Yeorim duduk di depan kamar perawatan rinrin dan hanya memandang ayah dan ibunya yang berdiri di dekatnya.
''kau dan yeorim pulanglah ke rumah. Aku akan menunggu operasi rinrin'', kata tuan lee.
''ne! Aku belum mengerjakan pr ku'', kata yeorim.


Didalam kamar seonyung, gadis itu masih kesulitan bernafas dan alat deteksi detak jantung tidak stabil.



=Rumah Rinrin=
Yeorim membolak-balik buku pelajarannya.
Ia tertarik dengan beberapa baris kalimat yang ada di bukunya itu.
*selagi masih ada kesempatan, lakukanlah yang terbaik dan jadilah diri kit yang terbaik karena kita tidak pernah tahu kapan hari itu akan tiba. Kasihilah orang yang paling dekat di hati kita seolah hari ini adalah hari terakhir, entah bagi kita atau bagi mereka- the power of hope- paulus winarto*

Yeorim menutup bukunya lalu berlari ke arah nyonya lee.
''eomma!! Ayo kita kembali ke rumah sakit! Aku ingin menemani rinrin sampai operasinya selesai'', kata yeorim.
''kau kenapa jadi aneh seperti ini?'', tanya nyonya lee terheran.
Yeorim hanya tersenyum lalu menarik tangan ibunya cepat2.



=Di Sebuah jalanan tidak jauh dari rumah sakit seoul=
Jinki berhenti mengayuh sepedanya dan menoleh ke arah belakang.
''kenapa hatiku tidak tenang, apa aku harus kembali ke rumah sakit?'', guman jinki.

Ponsel di saku jinki bergetar.
''kenapa nenek menelponku?'', guman jinki saat melihat layar ponselnya muncul nomer telepon rumahnya.
''yeoboseyo??'', jawab jinki.
''kau cepat pulang! bukankah kau berjanji akan pulang lebih awal'', kata nenek jinki.
''oh, eung! Nenek, tunggu! aku harus,,,''.
''kembali ke rumah, sekarang!!''.
*klik*

Jinki menoleh ke belakang kemudian mulai mengayuh sepedanya lebih cepat kembali ke rumahnya.

Beberapa saat kemudian,
*sttttttt* jinki mengerem sepedanya begitu mendadak karena ia hampir menabrak seorang ajeossi.
Pria itu terjatuh karena begitu terkejut dan jinki segera turun dari sepedanya lalu membantu paman itu berdiri.
''mianhamnida ajeossi, aku terlalu terburu2 tanpa memperhatikan anda'', kata jinki.
''apa hatimu sedang tidak damai?'', tanya ajeossi itu.
''paman, bagaimana kau tahu?''.
Jinki menuntun sepedanya kemudian duduk di bawah pohon tidak jauh dari tempat itu.

''ada satu hal yang ku sesali sampai hari ini, yaitu aku belum sempat membawa istriku jalan2 ke pulau bali. Itu impian istriku! Tahun demi tahun berlalu dan sesungguhnya aku punya uang dan kesempatan itu melakukan itu hanya saja waktu itu aku menyepelekan keinginan istriku'', cerita paman itu.
Jinki memandang ajeossi itu, ''apa sekarang istrimu sudah melihat pulau bali?''.
''istriku sudah berpulang ke rumah Tuhan di surga'', kata ajeossi itu tersenyum.
''siapa namamu?'', tanya ajeossi itu lagi.
''jinki! Lee jinki!''.

Ajeossi itu memandang ke jalan dan jinki menikmati hembusan angin segar di bawah pohon itu.
''untuk menjadi lebih berbahagia adalah dengan menganggap hari ini adalah hari terakhir hidup kita di dunia'', kata ajeossi itu.
''paman, aku punya pacar namanya seonyung. Saat ini dia sedang sakit dan aku sangat mengkhawatirkannya. Aku ingin mendampinginya selamanya dan aku berharap setiap hari cintaku semakin bertumbuh'', kata jinki.
''dengan menganggap hari ini sebagai hari terakhir, kita punya kesempatan untuk menunjukkan kasih kita kepada orang yang dekat di hati kita''.
''ajeossi, kau bercerita seolah aku akan mati''.
Ajeossi itu tersenyum,
''bagaimana jika kekasihmu hari ini akan pergi meninggalkanmu jauh dari dunia ini?''.
''mweo?''.
''tidak ada yang pernah tahu kapan kita akan dipanggil. Tidak ada juga yang tahu kapan orang yang kita kasihi akan dipanggil Tuhan. Setiap hari kita diberi kesempatan untuk mengasihi siapapun. Ingat jinki ah, anybody!''.
''salah satu cara terbaik menunjukkan kasih kita kepada mereka yang telah tiada adalah dengan mengasihi orang yang masih hidup, khususnya orang2 yang dekat di hati kita'', pesan ajeossi itu lagi.

Ajeossi itu memandang jinki berlalu dari hadapannya dan tiba2 tubuh paman itu berubah menjadi sosok Jungsu cheonsa.

Jinki kembali mengayuh sepedanya dan di ujung jalan tidak jauh dari rumahnya, namja itu melihat hyunah hakjangnim keluar dari mobilnya dan melihat ke arah rumah jinki.
''hyunah hakjangnim??'', sapa jinki.

Hyunah hakjangnim terlihat terkejut saat tahu namja yang menyapanya itu adalah lee jinki.
''oh, kau'', kata hyunah Hakjangnim.
''kenapa anda bisa datang ke tempat ini?''.
''aniyo, hanya saja mobilku sedikit bermasalah''.

Jinki turun dari sepedanya lalu membuka kap mobil kepala sekolahnya itu.
''tidak ada yang bermasalah'', kata jinki.

Hyunah hakjangnim masuk ke dalam mobilnya lagi dan mulai menstater.
''mungkin tadi mesinnya sedikit panas'', kata hyunah hakjangnim.
''hakjangnim, rumahku di ujung sana, terlihat dari sini, apa anda ingin mampir sebentar untuk sekedar minum kopi?'', kata jinki.

Hyunah hakjangnim memandang jinki lalu tersenyum,
''aku sangat sibuk, lain waktu saja. Oh ya, gomapda jinki ah''.
Jinki mengangguk, ''ne, araseoyo!''.



=Rumah Jinki=
Nenek jinki duduk di teras rumah bersama seorang gadis yang masih berseragam smu shinhwa.
''siapa namamu? Maafkan aku, aku sedikit pelupa'', tanya nenek jinki.
''namaku taeyeon. Kim taeyeon! Nenek sudah menanyakan hal yang sama, lebih dari 5 kali'', kata taeyeon.
Nenek jinki tertawa, ''benarkah sebanyak itu?''.
Taeyeon mengangguk lalu tersenyum, ''apa nenek juga sering menanyakan hal yang sama pada jinki?''.
''tidak! Aku bisa mengingat namanya''.
''waeyo?? Nenek curang padaku''.

Taeyeon melihat jinki mengayuh sepedanya masuk ke halaman rumah. Namja itu menyandarkan sepedanya lalu menghampiri dan mencium tangan neneknya.
''kenapa kau lama sekali?'', tanya nenek jinki.
''tadi aku bertemu dengan guruku. Mobilnya mogok di depan sana'', jawab jinki.
''apa mobil itu berhasil kau perbaiki?''.
''tidak ada masalah dengan mobilnya. Aneh sekali!''.

Jinki tidak menyapa taeyeon kemudian masuk ke dalam rumah.
''jinki ah??'', sapa taeyeon.
''hei kau jinki ah!! Apa kau tidak mengenal gadis ini? Dia menunggumu sejak tadi'', kata nenek jinki.
''apa nenek menelponku hanya karena dia?'', tanya jinki.
''apa yang terjadi denganmu? Aku datang untuk minta maaf'', kata taeyeon.
''minta maaf??''.
''aku tidak memaafkan bahwa kau dan seonyung pacaran tapi aku tidak ingin hubungan kita menjadi tidak baik''.
''dan kau datang ke rumahku hanya untuk minta maaf??''.
Taeyeon mengangguk.

Taeyeon menghampiri jinki.
''kau tidak tahu bagaimana seonyung sekarang ketika kau pergi dengan keras hatimu??'', tanya jinki.

Taeyeon semakin tidak mengerti dan hanya memandang jinki.
''aku bertanya padamu bagaimana dengan seonyung?'', tanya jinki memandang taeyeon lekat.
''jangan memandangku seperti itu, kau membuatku merasa bersalah. Kalian yang salah bukan aku'', jawab taeyeon.
''seonyung terbaring di rumah sakit, itu karenamu!''.
''apa??''.
Taeyeon begitu terkejut dengan pernyataan jinki.

''seonyung sakit. Apa kau tahu itu taeyeon ah? Janganlah menjadi egois''.
''seonyung sakit? Tidak!! Seonyung tidak boleh sakit''.




=Ruang Operasi Rinrin=
Rinrin sedang dalam penanganan dokter karena cidera parah yang ia alami.



=Di pusat kendali kehidupan manusia=
Kyuhyun berdiri seolah2 ia bisa melihat seluruh belahan dunia.
''saatmu tiba, kau harus selesaikan tugasmu'', kata jungsu cheonsa pada kyuhyun.

Namja itu mengangguk lalu melangkahkan kakinya pada sebuah awan berwarna putih dan awan itu bergerak semakin jauh dan tidak terlihat.



=Ruang Operasi Seonyung=
Seonyung sedang di tangani tim medis karena kondisinya yang tiba2 drop dengan posisi selang oksigen yang terlepas dari hidungnya.



=Rumah seonyung=
Nyonya park panik saat ia dihubungi pihak rumah sakit bahwa kondisi seonyung tiba2 kritis.
''seonyung?? Apa yang terjadi dengannya?'', seru nyonya park dengan gagang telepon masih menempel di telinganya.

Nyonya park memandang suaminya yang berdiri di dekatnya.
Kita harus ke rumah sakit!'', kata nyonya park begitu panik.
''Seonyung colaps??'', tanya tuan park.

''seonyung, lebih baik kau tidak ada di dunia ini, agar aku dan ibumu benar2 merasakan sebuah keluarga baru'', batin tuan park.

''ayo kita ke rumah sakit!!'', kata nyonya park kemudian berlari keluar rumahnya.
''ne!''.



=Rumah Sakit seoul=
Sebuah sinar putih memenuhi ruang perawatan seonyung.
*swiiiinggg* malaikat bernama cho kyuhyun itu muncul dengan pakaian jas hitam dengan hiasan bunga di saku kanannya (seperti jas pernikahan-red).

Seonyung masih di tangani oleh tim dokter dengan alat kejut jantung.
''sudah saatnya'', kata kyuhyun.

*tiiiiiiiiittttttt* alat deteksi denyut jantung menunjukkan garis lurus.

Tim dokter itu saling memandang kemudian menggelengkan kepala.
''gagal'', kata salah seorang dokter.
''kita lakukan sekali lagi! Setidaknya kita berharap untuk sedikit mujizat'', kata dokter yang lain.
Mereka meletakkan alat kejut jantung itu sekali lagi namun monitor detak jantung sudah menunjukkan garis lurus dengan bunyi *tiiiiitttt*



=Di ruang operasi rinrin=
Yeoja itu muntah darah dan keluar darah dari telinganya. Beberapa dokter yang menangani operasi rinrin berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan gadis itu.

*tiiiiiiiittttttttt* alat deteksi detak jantung rinrin menunjukkan garis lurus.

Di dalam ruang operasi itu muncul sinar berwarna merah dan tampak malaikat kyuhyun dengan dua orang berpakaian algojo.
''sudah saatnya!'', kata kyuhyun lagi seperti saat ia ada di kamar seonyung.

Secara bersama di tempat yang berbeda dalam rumah sakit yang sama.
Arwah seonyung dan rinrin bangkit dari tubuh masing2.



=rumah jinki=
Taeyeon memegang tangan jinki dan berkali2 mengucapkan maaf pada namja itu.
''ayo ke rumah sakit, aku ingin melihat seonyung!'', kata taeyeon.
''kau akan menyakiti hati seonyung. Kau tidak perlu menemuinya'', kata jinki.
''aku dan seonyung bersahabat sejak lama. Aku ingin melihat keadaan seonyung!!''.

Ponsel taeyeon bergetar *bibi park calling*
''yeoboseyo ajumma??'', jawab taeyeon.
''taeyeon ah! seonyung,,,'', kata nyonya park terisak.
''ya ajumma, seonyung kenapa??''.
''seonyung sudah pulang''.
''pulang?? Syukurlah ajumma, aku akan segera ke rumah seonyung''.
*klik* taeyeon menutup sambungan teleponnya.


Taeyeon menatap jinki lalu tersenyum, ''seonyung sudah pulang''.

Jinki terkejut dengan pernyataan taeyeon.
''pulang??'', tanya namja itu.
Taeyeon mengangguk.



=Rumah Sakit Seoul=
Kyuhyun cheonsa dan dua algojo itu yang disebut gwanriin itu berdiri di lorong rumah sakit.
Dan arwah kedua yeoja itu seolah2 mengikuti panggilan untuk berjalan ke arah kyuhyun.

Rinrin tidak mengerti saat dirinya bisa menembus tubuh orang yang ia temui.
''apa yang terjadi denganku?'', gumannya.

Hal yang sama dialami oleh seonyung.
''aku tidak mengerti, kenapa aku bisa menembus tubuh manusia, apa aku sedang bermimpi?'', guman seonyung.

Di lorong yang sama, rinrin dan seonyung saling memandang dan berjalan beriringan namun seolah ada sesuatu yang menahan mereka untuk berkomunikasi.

''lee rinrin! Park seonyung!!'', panggil kyuhyun cheonsa.
''siapa kau??'', tanya rinrin dan seonyung karena melihat seorang dengan postur pria namun wajah namja itu diselimuti cahaya yang sangat terang sehingga mereka berdua tidak bisa melihat wajah pria itu.
''Kyu Cheonsa!'', jawab kyuhyun.
''lalu siapa dua orang menyeramkan di sampingmu?'', tanya rinrin.
''garis hidup kalian berhenti disini, secara otomatis kalian pensiun dari kehidupan di dunia ini''.
''mweo???'', seru kedua yeoja itu dengan mata terbelalak.

Tiba2 tempat itu di kelilingi garis warna warni seperti pelangi kemudian menyelubungi mereka.

*sriiiinnggggg* Seonyung dan rinrin berdiri di hamparan berwarna putih.

Kyuhyun cheonsa menunjukkan dua buah buku berwarna hitam dan putih.
''ini buku kehidupan yang berisi semua perbuatan kalian saat hidup di dunia'', kata kyuhyun.
''buku kehidupan??'', tanya seonyung dan rinrin seraya memandang pria yang memiliki wajah bercahaya itu.

Kyuhyun mengacungkan jari telunjuk kanannya ke atas, tiba2 muncul sebuah neraca berwarna kuning berkilauan seperti emas.
''buka hitam berisi catatan semua tingkah lakumu yang jahat dan buku putih adalah semua tingkah lakumu yang baik'', kata kyu cheonsa.
''tunggu! Tunggu! Apa kau bisa mencatat semua tingkah laku manusia dari lahir sampai hari matinya?'', tanya rinrin.
''ya! Dan tidak ada yang terlupakan. Semua ada di buku ini''.

Kyuhyun menunjuk seonyung, ''ini buku kehidupanmu. Aku akan menimbangnya, berat salah satu buku ini akan menentukan kehidupanmu setelah mati''.

Kyu cheonsa mulai menaruh buku kehidupan milik seonyung, buku warna hitam disisi kiri dan warna putih disisi kanan.

*deg deg deg* *gleeeekkk* neraca itu menunjuk bahwa buku warna putih milik seonyung lebih berat.
''kau banyak melakukan hal baik selama hidup! Selamat seonyung park kau masuk ke dalam kerajaan seribu tahun damai'', kata kyuhyun lalu mengulurkan tangannya.

Seonyung menjabat tangan kyu cheonsa.

Serombongan bala tentara langit berdiri di atas awan2 lalu muncul sebuah tangga dari emas dan kyuhyun menyuruh seonyung mendaki tangga itu.
''Barang siapa menuai angin, dia akan menuai badai. Barang siapa menabur hal yang baik, dia akan menuai yang baik pula. Chukhahae park seonyung!'', kata kyu cheonsa.

Seonyung tersenyum lalu mulai melangkah menaiki tangga yang bersinar itu.

''bagaimana denganku??'', tanya rinrin cemas.

Kyu cheonsa mulai menimbang buku kehidupan milik rinrin.
''ini buku kehidupanmu, lee rinrin!'', kata kyuhyun.

*deg deg deg* *jegleeekkk*



=di dunia, rumah seonyung, kota seoul=
Tubuh seonyung berada di dalam sebuah peti kayu dengan banyak hiasan bunga dan foto seonyung terpampang diatas peti mati itu.

Di depan rumah, taeyeon dan jinki penasaran dengan beberapa gelintir orang yang memakai pakaian serba hitam.
''mereka seperti di pemakaman saja? Aneh sekali, seonyung kan sudah pulang, berarti itu hal baik bukan?'', tanya taeyeon.
Jinki tidak menjawab pertanyaan taeyeon dan terus memperhatikan rumah seonyung dengan resah.

Kaki taeyeon tiba2 terhenti saat melihat sebuah peti mati dengan foto seonyung di atasnya.
''jinki ah??'', ucap taeyeon lirih.

Jinki tidak kalah terkejutnya dengan taeyeon.
''tidak! Itu bukan seonyung!'', kata jinki.

''seonyung ah!!'', seru taeyeon berlari ke dalam rumah seonyung lalu mendekati peti mati itu.

Taeyeon menangis tersedu demikian juga jinki yang berdiri tidak jauh dari peti mati seonyung.
''maafkan aku seonyung ah! Mianhaeyo'', kata taeyeon lagi.
''kau harus bangun! Ayo seonyung ah, buka matamu'', kata taeyeon lagi dengan air mata berderai.

*tesss* Tetes air mata taeyeon membasahi jenazah seonyung.

Jinki tidak kuasa membendung air matanya.
''kenapa kau pergi secepat ini seonyung ah? aku masih ingin melewati masa bahagiaku bersamamu'', batin jinki.



=Di sebuah tempat di atas langit=
Neraca itu bergerak naik turun menimbang buku kehidupan milik rinrin.

*jeglekkkk* buku hitam milik rinrin lebih berat.
''tingkah lakumu selama hidup banyak melakukan hal jahat lee rinrin!! Kau harus menanggung semuanya di dalam api penyucian'', kata kyu cheonsa.
''aniyo! Aniyo!!'', seru rinrin ketakutan saat melihat dua gwariin itu mendekat ke arahnya.

Rinrin melangkah ke belakang dan gwanriin itu terus mendekat.
''tidak! Aku tidak jahat! Aku bertobat'', seru rinrin lagi.
''kau sudah terlepas dengan kehidupan dunia, bagaimana caranya kau akan bertobat?'', tanya kyu cheonsa.
''aku akan memperbaiki semuanya!! Tolong aku, aku ingin tempat seperti seonyung!'', kata rinrin memohon pada kyu cheonsa.

Kyu cheonsa menatap rinrin yang sedang berteriak histeris itu.
''Siapapun kau! Tolonglah aku!'', kata rinrin.

Yeoja itu menoleh ke sekeliling tempat itu yang berkabut putih. Tiba2 rinrin berlari dari tempat itu.
Rinrin terus berlari dengan ketakutan.
Sejauh apapun ia berlari, ia selalu diperhadapkan dengan tempat yang sama.
''Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat2nya. Gamsahae park seonyung!'', kata kyu cheonsa.

Namja itu menjentikkan jarinya kemudian muncul putaran cahaya dari telapak tangannya.

Kemudian,
''aaaaaaaaaa!!'', teriak rinrin saat dirinya tiba2 jatuh ke tempat yang tidak terlihat dasarnya.

Gadis itu memejamkan matanya, ''tolong aku!pak malaikat, dowajuseyo!''.

*glekkkk* Rinrin merasa tubuhnya terbanting jatuh di suatu tempat.

Perlahan matanya terbuka memandang sekeliling. Seperti sebuah rumah dan dirinya terbaring di dalam peti kayu.
Perlahan2 rinrin bangun dengan mendongakkan separuh tubuhnya.

''seonyung ah???''.

(Ost G.Na - I will back off so you can live)

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar