Green  Pencil

Sabtu, 06 Juli 2013

FF 13 Days with Miss Arrogant*2


Judul: 13 Days with Miss Arrogant
Genre: Romance, Fantasy, Comedy
Part: 1-18
Cast:
Lee RinRin (You)
Luna/ park seon yeong (Fx)
Onew/ Lee Jinki (Shinee)
Cho kyuhyun (Super Junior)
Kim Taeyeon (Snsd)

Ost: A Pink - My My

Part *2

Rinrin mengayuh sepedanya seraya menengok ke belakang melihat jinki.
Sebuah mobil pengangkut sayur melaju ke arah rinrin.
*tinnnn tinnnnnn* Mobil itu membunyikan klakson keras2.

Rinrin terkejut saat mobil itu berada beberapa meter di depannya dengan kecepatan tinggi. Yeoja itu dengan sigap langsung membelokkan stang sepedanya ke arah parit.

* krosssaakkk byurrrrrr* Rinrin terjungkal bersama sepedanya ke dalam parit.

Jinki terpaku melihat hal yang ada didepan matanya, disaat rinrin, orang yang menjahilinya itu selamat dari maut.

Rinrin tertindih sepedanya.
''apa kau baik2 saja?'', tanya jinki lalu mengangkat sepeda rinrin dan menarik yeoja itu keluar dari parit.

Seonyung dengan lutut yang terluka menyusul jinki dan rinrin.
''rinrin ah!! Aku tidak menyangka kau selamat dari tabrakan. Aku kira kau akan mati'', kata seonyeon.
''aiss!! Apa kau senang aku mati?'', teriak rinrin.
Jinki memukul kepala rinrin, ''kau masih bisa berteriak?''.

Jinki menghampiri seonyung lalu memperhatikan luka gores yang ada di lutut seonyung.
''ini pasti sangat sakit'', kata jinki.
Seonyung menggeleng, ''gwaenchanayo''.

Rinrin mengibaskan kotoran yang menempel di siku dan lututnya lalu membersihkan seragamnya dengan telapak tangannya.
''kalau kau ingin mati, jangan saat ada aku dan seonyung'', kata jinki.
''ayo seonyung ah kita pulang, lukamu harus segera diobati agar tidak infeksi'', kata jinki lalu menggandeng seonyung.
Yeoja itu mengangguk, ''ne! Gaja!''.

Seonyung memandang rinrin,
''rinrin ah, apa kau bisa pulang sendiri? Tapi ban sepedamu rusak'', kata seonyung.
''kalau kau ingin pulang, pulang saja! Tidak usah memikirkan ban sepedaku rusak, selesai!'', kata rinrin.

Jinki mengoyangkan sepedanya, memastikan bahwa sepeda miliknya layak ditumpangi.
''biarkan gadis arogan itu mengurusi dirinya sendiri'', seru jinki.
''kau cepat pulang rinrin ah, lukamu harus diobati'', kata seonyung.

Rinrin tidak mendengarkan ucapan seonyung dan sibuk membersihkan bajunya.

Jinki mulai mengayuh sepedanya.
''pegang erat2 nanti kau jatuh'', kata jinki.
Seonyung berpegangan erat pada pinggang jinki.


Tidak lama kemudian, mereka sampai di sebuah rumah dengan banyak tanaman buah.
''seonyung ah, apa kau bisa ambil kotak obat untukku?'', tanya jinki.
Seonyung masuk ke dalam rumah dan mengambil kotak obat.

Jinki duduk di bangku depan rumah seonyung seraya melihat tanaman buah di sekitar rumah itu.
''apa kau teman seonyung?'', tanya seorang ajumma yang terlihat baru saja selesai berkebun.
''oh ne ajumma.. Annyeong hasimnikka'', kata jinki.

Seonyung membawa kotak obat lalu menghampiri jinki.
''aigo!! Kau terluka seonyung ah??'', pekik ajumma itu kemudian menghampiri putrinya dan menyentuh lutut seonyung.
''gwaenchana eomma'', kata seonyung.
''melihatmu terluka sedikit saja itu membuatku cemas''.
Seonyung tersenyum, ''eomma, gomaweo. Bersihkan tubuh ibu dari kotoran. Lihat! Ibu benar2 sangat kotor''.
''ya itu benar'', kata nyonya park seraya menengok pakaiannya.

Nyonya park masuk ke rumah dengan meneteng peralatan berkebunnya.

Seonyung memperhatikan jinki.
''apa kau terluka?'', tanya seonyung.
Jinki menggeleng.
''lalu kenapa kau meminta kotak obat dariku?'', tanya seonyung lagi.

Jinki mengambil obat merah dan plester lalu berjongkok dan mulai mengobati luka seonyung.
''aku akan mengobati lukamu, kalau tidak segera diobati nanti bisa infeksi'', kata jinki.
''aku bisa mengobati lukaku sendiri jinki ah, gwaenchanayo'', kata seonyung.
''jika kau tidak ijinkan aku mengobati lukamu. Aku akan merasa bersalah selamanya''.
''selamanya??''.
''selama lama lamanya'', kata jinki dengan gaya bicara seperti spongbob.

Seonyung tersenyum dan jinki memperhatikan senyuman yang tersungging dibibir yeoja itu.
''apa persahabatan kita seperti spongbob dan patrick?'', canda seonyung.
''ne, taeyeon seperti sandi si tupai dan rinrin seperti plankton cumb bucket'', kata jinki.
Seonyung tertawa terpingkal.
''seonyung ah, jangan menganggapku sahabat untuk selamanya karena aku sangat khawatir jika itu terjadi'', kata jinki.
''mweo??''.
Jinki hanya tersenyum.


=Rumah Taeyeon=
Bersamaan dengan taeyeon masuk ke dalam rumahnya, sebuah mobil masuk ke halaman rumah itu. Taeyeon menoleh dan senyumnya tersungging saat melihat seorang ajeossi keluar dari mobil itu.
''ayah!!'', seru taeyeon.
''bagaimana dengan nilai matematikamu? Apa kau akan ikut olimpiade lagi?'', tanya tuan kim, ayah taeyeon.
''aku tidak akan ikut olimpiade tanpa seonyung''.
''apakah prestasimu di tentukan oleh orang lain?''.
''seonyung adalah sahabatku sejak kelas 1 smp''.
''seonyung sahabatmu? Tapi aku sama sekali tidak tahu bagaimana keluarganya, apakah dia dari keluarga baik2 atau tidak''.
''bagaimana keluarganya itu tidak penting''.

Taeyeon masuk ke dalam rumah dan meninggalkan tuan kim yang masih berdiri di dekat mobilnya. Tuan kim hanya menggeleng karena sikap keras kepala taeyeon dan menganggap apa yang ia yakini adalah benar dan baik untuknya.

Taeyeon masuk ke dalam kamarnya lalu mengambil sebuah bingkai foto dirinya dan seonyung dengan sebuah piala kejuaraan olimpiade matematika.
''aku ingin mendapat sebuah piala lagi bersamamu'', guman taeyeon.


=Di sebuah jalanan tidak jauh dari rumah rinrin=
Gadis itu berjalan kaki dan meninggalkan sepedanya di dekat parit.
Saat hendak masuk ke dalam rumah, rinrin mendengar ayah dan ibunya bertengkar.
''aku tidak bisa hidup hanya dengan kata sabar. Bagaimana kau bekerja seharian ini!!'', teriak nyonya lee, ibu rinrin.
''gaya hidupmu yang mewah, menyekolahkan rinrin di sekolah mahal. Kau tidak berpikir bahwa aku hanya seorang supir'', kata ayah rinrin.
''aku ingin rinrin bergaul dengan orang kaya. Dan kau, kenapa kau tidak meminta uang pada atasanmu, apa gunanya kau menjadi supir seorang pengusaha!''.

Rinrin berdiri di depan pintu rumah, tuan dan nyonya lee tidak melihat anak perempuannya itu ada di sana.
''aku masuk sekolah shinhwa itu karena bea siswa. Bukan karena ibu'', batin rinrin.

Gadis itu lalu bergegas masuk ke dalam kamarnya dan menangis sejadi2nya sambil memeluk erat dirinya sendiri. Rinrin memandang tulisan yang ia buat dan tertempel besar di dinding.
*Nobody Trust (tidak ada orang yang bisa dipercaya)*

Rinrin tertidur dengan masih berpakaian seragam sekolahnya.


=Malam Hari, Rumah Jinki=
Jinki tinggal berdua dengan neneknya.
Kedua orang tuanya bercerai dan tidak di ketahui keberadaannya.
''jinki ah, kau sudah sma, apa kau tidak ingin mencari keberadaan orang tua mu?'', tanya nenek jinki.
''aniyo! Aku sudah hidup dengan nenek dan aku sudah cukup bahagia'', jawab jinki sambil menikmati mie ramen buatan neneknya dan meniupi helaian mie yang ada di sumpitnya karena kepanasan.
''bagaimana kalau besok aku mati?''.

Jinki memandang neneknya.
''nenek tidak akan mati besok!''.
''Jinki ah, aku memintamu kelak jangan menjadi seorang guru''.
''mweo? Bukankah guru sangat berjasa bagi semua orang''.
''dulu saat kekalahan jepang pada perang dunia kedua, kaisar jepang tidak bertanya *berapa sisa dokter atau tentara yang ada?* tapi dia bertanya *berapa sisa guru yang kita punya?*'', terang jinki.
''kau hanya mempelajarinya di buku sejarah, kenyataannya guru hanya membuat pintar orang lain tanpa memperhatikan anaknya sendiri. Seperti orang tuamu!''.
Jinki meletakkan sumpit yang ia pakai diatas meja di samping mangkuk mie ramennya.
''aku akan mengerjakan tugas sekolahku. Annyeong hijumuseyo'', kata jinki lalu pergi ke dalam kamarnya.

Didalam kamarnya, jinki terlihat membuka halaman buku pelajarannya.
''aku tidak ingat kapan kedua orang tuaku berpisah, karena wajahnya pun aku tidak ingat'', guman jinki.

Ponsel jinki diatas meja berdering, *Taeyeon calling*
''yeoboseyo?'', jawab jinki.
''apa kau sudah mengerjakan tugasmu?'', tanya taeyeon terdengar dari ponsel jinki.
''ne! Wae gurae?''.
''aku punya buku tentang sastra klasik italia, apa kau ingin membacanya?''.
''jeongmalyo?''.
''sampai bertemu besok di sekolah''.

Jinki meletakkan ponselnya di atas meja lalu memandang bingkai foto antara dirinya dan dua yeoja, kim taeyeon dan park seonyung.


=Keesokan harinya, rumah rinrin=
Rinrin mengambil tas ranselnya lalu berjalan keluar rumah.
''dimana sepedamu?'', tanya nyonya lee.
''rusak!'', jawab rinrin singkat.
''rusak! Kau bilang rusak? Dimana sepedamu sekarang??'', teriak nyonya lee.
''aku bisa pergi ke sekolah dengan jalan kaki, hidup jangan dibuat rumit, selesai!''.

Nyonya lee menarik rambut rinrin.
''kenapa kau lahir menjadi anak menyebalkan! Ini semua karena ayahmu yang miskin'', kata nyonya lee.

Rinrin menahan rambutnya dengan tangannya agar mengurangi rasa sakit akibat jambakan ibunya.
''bukan aku atau ayah yang menyebalkan, tapi kau yang menyebalkan!!'', teriak rinrin.

Tuan lee keluar dari kamar tidurnya dan melihat istrinya sedang menyakiti putrinya.
''hentikan!! Kau memperlakukan rinrin seperti orang lain, dia anak kandungmu sendiri'', seru tuan lee lalu menolong rinrin.

Gadis itu merapikan rambutnya yang acak2an.
''jika kau menganggapku orang lain, aku tidak akan melakukan hal yang sama'', kata rinrin.

Nyonya lee mendekati rinrin lalu menampar pipinya.
''apa kau sekolah hanya untuk bisa mengguruiku? Lebih baik kau tidak usah sekolah'', kata nyonya.

Tuan lee menarik tubuh istrinya lalu mendorong rinrin keluar dari rumah.
''pergilah ke sekolah dan belajarlah dengan baik'', kata tuan lee.

Rinrin berjalan menyusuri tepi jalan ke arah SMU Shinhwa.

*kringg kringgg*
Sebuah sepeda berhenti di samping rinrin.
''ayo naik!'', kata namja itu.

Rinrin menghentikan langkahnya lalu menoleh.
''oh kau jinki ah??'', kata rinrin.

Jinki menunjuk boncengan kosong di belakangnya lalu menunjuk jam tangannya.
''aiss!! Namja ini mencoba mendekatiku! Aku tidak dengan mudah baik padanya'', batin rinrin.

Rinrin menyadari bahwa jika di tempuh dengan jalan kaki, ia bisa terlambat ke sekolah.
''uhm guraeyo!!'', kata rinrin.
Saat rinrin hendak menbonceng ke jok belakang, jinki langsung mengayuh sepedanya.
''yaaaa!!! kau menipuku!!!'', teriak rinrin.
Jinki mengayuh lebih cepat lalu menoleh ke belakang. Rinrin mengarahkan kepalan tangannya kepada namja itu.


Di area parkir sekolah, jinki memarkirkan sepedanya lalu berjalan di koridor sekolah.
''jinki ah??'', panggil taeyeon dan seonyung.
Jinki menoleh lalu melambaikan tangan, ''joheun achim!''.

Mereka bertiga berjalan beriringan menuju ke kelasnya. Seonyung iseng menyentuh hidungnya.
''darah? Aku mimisan lagi'', batin seonyung.
Taeyeon menoleh dan melihat hidung seonyung berdarah.
''Seonyung ah, kau mimisan??'', seru taeyeon.
Jinki menoleh dan melihat seonyung sedang menutupi hidungnya dengan sapu tangan.
''aniyo. Aku hanya kelelahan saja, aku terlalu keras belajar. Gwaenchanayo'', kata seonyung.
''apa aku perlu membagikan separuh otakku agar kau tidak perlu keras belajar?'', tanya jinki.

Taeyeon pov
#aku melihat jinki menyukai seonyung. Perhatiannya pada seonyung kadang membuatku ingin berada di posisi seonyung. Seonyung ssi ga jeil joheun chinguya (seonyung sahabat baiknya). Tidak masalah jika jinki menyukai seonyung#end.

Jinki menyentuh pipi taeyeon hingga membuat lamunan yeoja itu buyar.
''mweo??'', tanya taeyeon.
''seonyung masih mimisan, aku akan mengantarnya ke poliklinik. Kau pergilah ke kelas lebih dulu'', kata jinki.
Taeyeon tersenyum lalu mengangguk.


Jinki dan seonyung pergi ke poliklinik sekolah. Dokter sekolah itu memeriksa seonyung.
''apa kau sudah memeriksakan rutin kesehatanmu di rumah sakit seoul?'', tanya dokter smu shinhwa.
''aku datang ke rumah sakit seoul setiap seminggu sekali'', jawab seonyung.

Author pov
#warga korea memiliki kartu kesehatan, seperti kalau di indonesia adalah KTP elektronik yang bisa di akses dimanapun. Jadi saat memeriksakan diri di rumah sakit lain, dokter yang mengobati tahu kronologi sejarah kesehatan pasien, jadi jarang terjadi malpraktek#end.

Jinki memperhatikan pembicaraan seonyung dan dokter smu shinhwa itu.
''dari obrolan mereka, sepertinya seonyung menyadari gangguan kesehatannya. berarti mimisan itu tidak biasa, dia tahu kenapa dia mimisan bukan karena belajar terlalu keras'', batin jinki.

Dokter itu memberikan obat untuk seonyung.
''gamsa hamnida'', kata seonyung.


=halaman smu shinhwa=
*kriiiinggg kriinggg* Rinrin mengayuh sepeda dan seperti biasa sibuk membunyikan bel untuk mengagetkan teman sekolahnya yang berjalan kaki.

*ssstttt* Rinrin memparkirkan sepeda itu dengan gesit dan teman yang duduk di jok belakang tampak setres.
''kau turunlah!'', kata rinrin lalu merapikan tas ransel dan juga rambutnya.
Si pemilik sepeda tidak menjawab kata2 rinrin.
''oya aku hampir lupa. Terima kasih untuk tumpangannya'', kata rinrin lagi.
Yeoja itu masih terdiam sambil menyentuh dadanya.

''hyaaa!! Aku mengucapkan terima kasih padamu dan kau diam saja??'', teriak rinrin sambil mendorong dahi temannya itu dengan jarinya.

*bbruuuukkkk* Teman rinrin itu tiba2 jatuh pingsan.
Rinrin sangat terkejut melihat temannya itu tergeletak di depannya.Yeoja itu menoleh ke kanan-kiri dengan panik.
''eotteohke! Aduh kenapa kau pingsan segala'', gerutu rinrin.

*teeeeetttttt* bel sekolah berbunyi menandakan waktu pelajaran di mulai.
''insung ah, kau pasti bisa bangun sendiri. Kau tidak boleh manja'', kata rinrin.

Rinrin meninggalkan temannya yang jatuh pingsan itu di area parkir yang sudah tidak ada orang. Yeoja itu bergegas masuk ke dalam kelas.
''bukankah kau bersama insung tadi?'', tanya seorang teman sekelas rinrin.
''oh aku tidak tahu insung ada dimana sekarang, aku mendahuluinya masuk ke kelas'', jawab rinrin gugup.

Rinrin duduk di tempat biasa, di belakang bangku taeyeon dan di sebelah bangku jinki.
Yeoja itu berpura2 mengambil buku dan membacanya.

Tidak lama kemudian, seonyung dan jinki masuk ke dalam kelas.
Namja itu mendekati rinrin lalu membetulkan posisi buku yang dibaca yeoja itu.
''apa kau bisa membaca buku dengan posisi terbalik?'', tanya jinki.
''Uhm!! Aku bisa segalanya termasuk membaca buku terbalik'', jawab seonyung lalu membalikkan posisi bukunya lagi.

''aku melihat insung pingsan di area parkir'', kata teman sekelas rinrin saat muncul dari koridor kelas.
Semua murid kelas itu lalu berdiri dan bergegas pergi ke area parkir, termasuk rinrin.


=Poliklinik Smu Shinhwa=
Semua murid berdiri di depan poliklinik dan saling berbisik membicarakan tentang insung yang tiba2 pingsan setelah sebelumnya bersama dengan rinrin.
''kalian membicarakan aku?'', teriak rinrin sedikit gugup.
''kenapa kau terlihat panik?'', tanya taeyeon.
''jeongmalyo?? Kau salah!''.
''bukankah kau bilang tidak tahu apa2 tentang insung?''.

Jinki memperhatikan rinrin yang benar2 terlihat gelisah. Guru kang menghampiri kerumunan itu lalu menyuruh mereka kembali ke kelas.
''guru kang, aku ingin menunggu insung, dia sahabatku'', kata rinrin.
Guru kang mengangguk, ''semuanya kembali ke kelas, kecuali lee rinrin''.

Rinrin mengintip ke ruang rawat. Yeoja itu mendengar Dokter shinhwa membicarakan sesuatu dengan guru kang.
''insung mengalami serangan jantung ringan'', kata dokter shinhwa.
''apa itu berbahaya?'', tanya guru kang.
''aniyo, hanya saja insung harus lebih hati2''.

mendengar semua itu, rinrin terlihat sangat lega.
Tidak lama kemudian gadis yang bernama insung itu keluar dari ruangan itu dan melihat rinrin duduk di depan poliklinik.
''hei insung ah, syukurlah kau baik2 saja!'', kata rinrin.
''kau tidak terkena serangan jantung gara2 aku kan? Iya kan?'', kata rinrin lagi lalu memeluk yeoja itu.
''ayo kembali ke kelas'', ajak insung.

Ketika sampai di depan kelas, Rinrin menarik tangan insung.
''kalau kau bercerita yang tidak2 pada teman2ku, kau tahu kan aku bisa membuat hidungmu berdarah?'', bisik rinrin.
''kau tidak punya teman satupun disini. Kalau aku tahu akan seperti ini, aku tidak akan memberikan tumpangan padamu'', kata insung lalu masuk ke dalam kelas.
''aku tidak butuh teman. No body trust!'', guman rinrin.

Saat masuk ke dalam kelas sedang pelajaran bahasa korea dan seonyung sedang menulis di papan tulis.

Rinrin duduk di bangkunya dan jinki terlihat tidak memperdulikan yeoja yang duduk di sebelahnya itu.
Setelah menulis jawaban soal yang diberikan oleh guru Goo Ahra, seonyung kembali ke bangkunya. Saat hendak duduk, kursi milik seonyung di tarik ke belakang oleh rinrin hingga membuat yeoja itu terjungkal.
''aduh!!'', seru seonyung terkejut.
Sontak semua siswa di kelas itu tertawa.
''apa kalian pikir ini lucu!!'', teriak jinki seraya beranjak dari bangkunya.

Taeyeon membantu seonyung berdiri.
Rinrin menahan tawanya dan jinki melotot ke arahnya.
''tertawamu akan kau bayar dengan sangat mahal rinrin ah! Ingat itu!'', kata jinki.
''aku tidak akan mengingatnya'', kata rinrin.

Guru Goo menghampiri seonyung.
''apa kau baik2 saja?'', tanya guru cho.
''apa anda tidak bisa melihat bahwa seonyung tidak dalam keadaan baik?'', tanya jinki.
''sopanlah sedikit dengan guru Goo'', bisik taeyeon pada jinki.
''jinki ah, kau masih saja tidak bisa menahan amarahmu'', kata guru Goo lembut seraya tersenyum.

Guru Goo memandang rinrin dan yeoja itu tampak tidak merasa bersalah.
''apa yang kau lakukan bisa membahayakan orang lain, bagaimana kalau seonyung terjatuh dan kepalanya terantuk?'', tanya guru Goo.
''itu hanya *kalau* guru Goo, kenyataannya dia tidak terantuk'', jawab rinrin.

Guru Goo hanya menggeleng, ''saat ini kau tidak tahu bagaimana menghargai hidup orang lain, tapi suatu saat kau akan mengerti''.

*Teeeettt teeettt* bel istirahat berbunyi.
Tiba2 guru kang masuk ke dalam kelas dan mengacungkan telunjuknya ke arah rinrin.
''kau tidak lupa dengan hukumanmu bukan? Meringkas semua buku matematika di perpustakaan'', kata guru kang.
Rinrin menoleh ke arah temannya yang duduk di belakang bangkunya, ''dengarkan kata guru kang, ingat hukumanmu''.
''hei kau lee rinrin! Ingat hukumanmu'', teriak guru kang.
Semua anak terdiam dan menoleh ke arah rinrin.


Rinrin berjalan ke arah perpustakaan.
''ingat hukumanmu!'', goda semua temannya yang berjalan mendahului dirinya ke perpustakaan.
''kau benar2 ingin membuat ambulan poliklinik mengantarmu ke rumah sakit!!'', teriak rinrin.


=Perpustakaan shinhwa=
Rinrin menghampiri petugas perpustakaan,
''seonsaengnim, ada berapa buku matematika di perpustakaan shinhwa?'', tanya rinrin.
''1300 eksemplar buku'', jawab petugas perpustakaan itu.
''mweo!!!'', seru rinrin.
''bukan hal yang aneh bukan? Biasakan dirimu!''.

Rinrin berjalan ke rak yang berisi kumpulan buku matematika lalu mengambil 10 buku. Yeoja itu berjalan melewati bangku taeyeon yang sedang sibuk menulis di buku agendanya. Diam2 rinrin melongok dari belakang dan melihat taeyeon sedang menggambar denah tempat duduk, ada bangku milik taeyeon lalu seonyung, jinki dan rinrin.
''seonyung sahabatku, jinki? kenapa diberi tanda love? Aku, aiss miss arrogant?'', batin rinrin penasaran.

Rinrin lalu mengambil buku agenda taeyeon hingga membuat taeyeon terkejut.
''kembalikan bukuku!!'', seru taeyeon sambil mencoba meraih buku agendanya dari tangan rinrin.
''kau menyukai jinki??'', goda rinrin seraya menunjukkan gambar love yang ada dibuku agenda itu.

Rinrin mencari sosok jinki dan dilihatnya namja itu sedang membaca buku di samping seonyung.
''hei jinki ah, apa kau ingin tahu sebuah rahasia?'', seru rinrin.
Jinki menoleh, ''rahasia apa?''.

(Ost A Pink- My My)

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar