Green  Pencil

Sabtu, 08 Juni 2013

Nami Romance *5

Judul: Nami Romance
Genre: Action, Romance, Comedy
Part: 1-10
Cast:
Cha Na Mi (You)
Lee SeungRi (BigBang)
Choi Siwon (Super Junior)
Park Gyuri (Kara)
Ost: Kim Hyun Joong - Kiss Kiss

Part *5
=Nami Island=
Pulau nami berada di Chungseonsi, provinsi gwangwondo. Terbentuk karena dibangunnya sebuah danau bernama cheongpyeong.

Go>>

Nami berlari secepat kilat ke arah kapal feri.
''nami ah!??????'', teriak tuan cha melihat anaknya naik ke atas kapal motor.

*sttttttsss*
Kaki nami seolah memiliki rem cakram yang membuat kakinya dengan gesit berhenti.

Seungri berlari ke arah dermaga, Kakinya juga seolah memiliki rem cakram, langkahnya untuk mengejar nami terhenti tatkala dirinya melihat siwon dan gyuri turun dari kapal motor itu.
(ost Kim Hyun Joong- Kiss Kiss)

Tuan cha berlari lebih cepat untuk mengejar nami yang sudah naik ke atas kapal. Yeoja itu tetap bergegas naik ke kapal tanpa mengindahkan ayahnya terus saja memanggilnya.

Siwon dan gyuri hendak bersiap menuruni tangga antara kapal dan dermaga seraya menenteng koper milik mereka.

''Cha Nami!! Kembali!!'', teriak tuan cha yang sudah ada didekat kapal.
Nami menoleh ke kanan-kiri lalu bersembunyi dibalik tubuh seorang namja.
''tolong, jangan sampai ayahku tahu!'', bisik nami.
Namja itu hanya menoleh kearah nami yang sedang menunduk2 dibelakang tubuhnya.
''siwon ah?? Lebih baik kita segera turun'', kata gyuri pada namja yang sedang digunakan nami sebagai tameng itu.
Nami bersembunyi dibelakang tubuh choi siwon.
''tuan, dowajuseyo, jebal (help me, please)'', kata nami dengan wajah memelas.
Siwon hanya menatap yeoja yang sedang memohon padanya itu. Gyuri melepas tangan nami yang mencengram erat kemeja siwon.
''kau siapa? Kami tidak ingin terlibat dengan masalahmu'', kata gyuri.
''tolong aku! Jangan keras2'', ucap nami lirih sambil mengarahkan telunjuknya ke arah bibirnya dan terus memperhatikan sekeliling berharap tuan cha tidak menemukannya.

Nami tetap mencengkram kemeja siwon dan dengan terpaksa namja itu melepas tangan nami.
''kau mungkin pencuri yang akan mencari jalan untuk kabur'', kata siwon.
''aniyo! Aku bukan pencuri, apa tampangku seperti pencuri? Aiss!!'', kata nami.
''lalu kenapa kau terlihat sangat gusar?'', tanya gyuri.
''Aku hanya ingin ayahku tidak membawaku kembali ke rumah'', terang nami.

Di tempat yang tidak jauh dari nami berada, Seungri mengurungkan niatnya untuk menolong nami dari amukan tuan cha karena melihat siwon dan gyuri ada di sana.
''aiss, kenapa polisi itu bisa datang kemari, apa yang membawanya kemari?'', guman seungri.
''Apa dia tahu aku ada disini? Uhm, bagaimana dia tahu?'', guman seungri lagi dengan beribu pertanyaan memenuhi pikiran.
Namja itu bergegas pergi dari dermaga sebelum siwon dan gyuri melihatnya. Langkahnya terhenti lalu menoleh ke belakang.
''jika aku tidak menolong nami, mungkin gadis itu akan dihajar ayahnya sampai mati!'', guman seungri lalu berbalik ke arah dermaga.
''lalu bagaimana jika kedua polisi itu melihatku? Aku akan dihajar sampai mati! Tidak tidak, lebih baik aku tidak menolong nami sekarang'', kata seungri lagi lalu berlari dari tempat itu tanpa menoleh lagi ke belakang.

Seungri bergegas kembali ke penginapan. Namja itu berlari masuk ke dalam kamarnya dan mengambil pistol yang ia simpan dibawah lemari lalu menyisipkannya dibagian belakang pinggangnya.
''aku harus waspada, sebelum aku temukan bukti yang kuat, jangan sampai polisi itu menangkapku'', guman seungri.

Seungri mencari bibi sora dan mengaku akan kembali ke seoul.
''apa yang membuatmu terburu2 kembali ke seoul?'', tanya bibi sora.
Seungri memandang bibi sora yang terlihat keheranan padanya karena kembali ke seoul begitu tergesa2, ''karena,,,'',
''karena penginapanku tidak nyaman untukmu?''.
''aniyo! anjing pudelku akan melahirkan. ajumma, gamsa hamnida!'', kata seungri *bow* lalu bergegas pergi dari tempat itu.

Bibi sora memandang seungri yang terburu2 keluar dari halaman penginapannya.
''aigoo, dia berada jauh dari seoul, kenapa masih memikirkan anjing, kenapa anjingnya tidak dibawa kemari saja'', kata bibi sora keheranan.
''aku akan memilih menikmati liburanku daripada mengurusi seekor anjing'', guman bibi sora lalu masuk ke dalam penginapannya.


=Dermaga pulau nami=
Siwon menarik tangan nami dengan tangan kiri menenteng sebuah tas dan membawanya turun ke dermaga walau gadis itu meronta tidak mau ikut siwon turun dari kapal.

Tuan cha naik ke kapal dan berhasil meraih bahu putrinya itu.
''apa gadis ini ingin kabur dari rumah?'', tanya siwon.
''ne, aku melarangnya pergi ke seoul'', jawab tuan cha.
''ajeossi, lebih baik kau ijinkan putrimu ke seoul. Dia tidak akan pergi diam2 jika kau ijinkan pergi. Dan hal semacam ini tidak akan terjadi'', terang gyuri.

Nami tetap memohon pada ayahnya untuk mengijinkannya pergi ke seoul.
''ayah tolong dengarkan kata ajumma ini, ijinkan aku ke seoul'', kata nami terus memohon.
''aiss!! Kau menyebutku ajumma??'', seru gyuri seraya melotot ke arah nami.
Siwon menggenggam tangan gyuri dan memberi isyarat agar gadis itu menenangkan diri.

''andwe!! Kalau kau pergi, aku mati'', kata tuan cha.
''ayah??'', rengek nami.
''kalau begitu aku mati!''.

Di saat yang bersamaan, Ada tiga orang asing yang ikut turun dari kapal feri itu ke dermaga. Ketiga pria ini terlihat begitu memperhatikan pembicaraan siwon, gyuri, nami dan ayahnya.
''disini tidak ada sinyal'', kata seorang pria dari ketiga pria asing itu sambil menunjukkan ponsel yang ia genggam.
''kita akan naik ke bukit itu'', kata seorang yang lain.

Ketiga pria ini bergegas pergi dari tempat itu. Siwon dan gyuri tidak merasa curiga dengan ketiga pria yang terus memperhatikan mereka sejak dari seoul.


=Di bukit karang=
Seungri duduk diatas bukit karang yang menghadap ke laut.
ponsel seungri berdering. Namja itu memperhatikan layar ponselnya.
''yakk!! Ponselku berdering, hal yang luar biasa! Tolong jangan terputus sebelum aku menyelesaikan pembicaraanku. Atau kau benar2 ku lempar ke laut!'', kata seungri pada ponselnya kemudian menekan tombol OK.

''yeoboseyo?'', jawab seungri.
''apa kau butuh bantuan, seungri ah? Apa kau mampu bekerja sendirian?'', tanya seorang pria dari ponsel seungri.
''sejauh ini aku baik2 saja. Aku akan bekerja sendirian, jika aku membutuhkan bantuanmu, aku akan segera menghubungimu''.


Ketiga pria asing yang turun dari kapal feri bersamaan dengan siwon dan gyuri itu sampai di bukit karang untuk mencari sinyal ponsel.
''yak aku dapat sinyal'', seru namja itu.
''berikan padaku! Aku akan menghubungi tuan choi'', kata pria yang satunya.

''aku akan munghubungimu nanti!'', kata seungri lalu memutuskan sambungan teleponnya saat mendengar pembicaraan ketiga pria itu tidak jauh dari tempat ia duduk.
Seungri perlahan2 mendekati ketiganya dengan bersembunyi dibalik batu besar.

''tuan choi, sejauh ini aman. Putramu bersama rekan wanitanya sudah tiba di pulau nami. aku melihat pria bernama cha chunsu itu masih hidup'', terang pria itu.

''mweo?? mereka juga mencari cha chunsu?'', guman Seungri yang terus memperhatikan pembicaraan pria itu, tanpa menyadari seorang dari ketiga pria itu berdiri di belakangnya.

Pria itu menepuk pundak seungri hingga membuat seungri terkejut lalu menoleh perlahan.
''kau menguping pembicaraan kami?'', tanya pria asing itu.
''uhm aniyo'', jawab seungri singkat lalu bergegas pergi.
''hei tunggu!! bukankah kau pria yang pernah ku lihat di seoul'', seru namja itu lalu memperhatikan postur tubuh seungri seksama.

Sontak seungri menghentikan langkahnya.
''ya aku yakin sekali, kau pria yang sama seperti pria yang ku temui di seoul'', kata pria itu lagi.

Salah satu dari ketiga pria asing itu adalah anggota perdagangan senjata ilegal yang dijaring oleh departemen kepolisian dibawah pimpinan choi siwon. Pria sing itu dapat lolos bersamaan dengan kaburnya seungri.

Flash Back
#seungri kabur dengan memecah kaca jendela, bersamaan itu, pria asing anggota pedagang senjata ilegal kabur melalui jendela yang berhasil dipecah seungri. Pria asing itu dan seungri saling menatap kemudian berhasil kabur dari tempat itu.
''loe gue end'', kata seungri ala wendy cagur.
Tidak Tidak ini hanya ada dibayangan author#end.

''sial! Dia mengenalku'', guman seungri lalu berlari dari tempat itu.

Melihat seungri mencoba kabur darinya, Pria asing tadi mengejar seungri dan berhasil meraih bahu namja itu lalu memukul punggung seungri dengan tangannya.
*bak buk bak buk*
Seungri menangkis serangan pria itu dengan tangannya. Terjadi baku hantam antara seungri dan pria asing itu.
Pria asing itu mencengkram bahu seungri dan menjegal kaki seungri hingga membuat namja itu hampir terjungkal, namun seungri bisa mengendalikan situasi.
Seungri menendang perut pria asing itu membuat pria itu hingga terjatuh ke belakang lalu meringis kesakitan.
Melihat orang itu jatuh tidak berdaya, Seungri mencoba kabur dari tempat itu.
*krosakk*
Tanpa disadari, ponsel di sakunya terjatuh.


=Rumah Nami=
Tuan cha membawa nami kembali ke rumahnya dengan menjewer telinga gadis itu.
''ayah, sakit! Jangan tarik telingaku, telingaku bisa putus!'', seru nami sambil memegang tangan ayahnya yang terus menjewer telinganya.
''lebih baik telingamu putus. Kau membuatku kecewa, nami ah!'', kata tuan cha.
''ayah, telingaku benar2 bisa putus!''.
''lebih baik kau punya satu telinga asal kau tetap bersamaku disini''.
''ayah???''.
''apa gunanya kau punya telinga jika kau pergi meninggalkanku dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi denganmu di seoul?''.

Tuan cha mengurung nami didalam kamarnya.
Nami melihat jaket seungri masih digantung di balik pintu kamarnya.
''mweo? aku lupa belum mengembalikan jaket itu'', kata nami.
Yeoja itu melepas jaket seungri dari hanger dan mulai meraba bagian belakang dekat krah jaket itu.
''apa ini label harga, kenapa kecil sekali? Ini terlihat aneh'', kata nami sambil melepas alat pelacak itu lalu ditempelkan di balik pintu kamarnya.


=Penginapan bibi sora=
Siwon dan gyuri berdiri di depan sebuah penginapan yang ditunjukkan oleh seorang ajeossi pribumi dari pulau nami.
''kau bisa menginap disini? Pemiliknya sangat baik dan aku yakin kau akan menyesal'', kata ajeossi itu.
''gamsa hamnida'', kata siwon lalu memberikan beberapa lembar uang pada ajeossi itu.
''aku tidak menjual informasi. Simpanlah uangmu untuk hal yang lebih penting'', kata ajeossi itu seraya menolak uang pemberian siwon.
''gamsa hamnida ajeossi'', kata gyuri dan siwon.
Paman itu mengangguk lalu pergi dari tempat itu.
''semua orang bisa di pakai Tuhan menjadi seorang pahlawan setiap saat'', kata gyuri.
''ya, ajeossi itu pahlawan kita'', kata siwon tersenyum.
''semoga penginapan ini tepat untuk kita''.

Siwon dan gyuri menyewa kamar penginapan milik bibi sora.
''kau datang dari seoul??'', tanya bibi sora.
Siwon dan gyuri mengangguk.
''kalian sudah menikah?'', tanya bibi sora lagi.
Siwon dan gyuri saling memandang lalu menggeleng.
''kami sedang menikmati liburan bersama'', kata siwon dan gyuri serempak.
''oh kalian berpacaran lalu berlibur bersama, baiklah. Tidak masalah''.
Siwon dan gyuri memesan dua buah kamar yang berbeda.

Siwon mengeluarkan alat pendeteksi di dalam kamarnya dan sinyal alat pelacak namun hasilnya sama saja, yaitu alat itu tidak bisa bekerja karena tidak ada sinyal.
''pulau ini keterlaluan, tidak seperti yang ku baca di iklan majalah. Ya pemandangan disini memang indah, tapi aiss benar2 jauh dari peradaban..'', gerutu siwon sambil melempar alat detektor itu ke atas tempat tidurnya.

Di dalam kamar penginapan gyuri, yeoja itu telah selesai menata tas miliknya lalu keluar dari kamar penginapan.
Gyuri melihat bibi sora sedang sibuk menumbuk padi di halaman penginapan.
''bibi, apa disini tidak ada penggilingan padi?'', tanya gyuri melihat bibi sora kerepotan menumbuk padi.
''uangmu akan habis jika kau bermalas2an disini, sewa penggilingan itu sangat mahal'', jawab bibi sora sambil meletakkan alat penumbuk padinya dan mengusap peluhnya.
Gyuri hanya mengangguk tanda mengerti, ''uhm ajumma, apa aku boleh mencobanya??''.
Bibi sora memberikan alat penumbuk padinya pada gyuri.
''orang seoul tidak akan bisa melakukannya'', kata bibi sora.
''ya, karena aku hanya perlu masuk ke supermarket, mengambil beras kualitas baik dan memasukkannya ke dalam troli belanjaanku'', jawab gyuri.

Yeoja itu mencoba menumbuk padi, sesekali menghapus peluh yang mengalir di dahinya.
''ajumma, aku menyerah!'', kata gyuri lalu meletakkan alat penumbuk padinya lalu menghapus peluhnya sekali lagi.


=Rumah Nami=
Nami mengetuk2 pintu kamarnya, berharap agar tuan cha segera membuka pintu untuknya.
''ayah, buka pintunya!'', seru nami berulangkali, Karena merasa usahanya sia2, mata nami tertuju pada jendela kamarnya yang saat itu masih tertutup. Seulas senyum tersungging dibibirnya.
''selalu ada jalan untukku'', gumannya.
''hanya sejauh lutut dengan lantai, maka Tuhan akan membantumu berdiri'', kata nami lagi.

''Tuhan, lapangkan jalanku. Aku ingin keluar dari rumah lewat jendela itu, jangan biarkan ayah tahu. Jangan biarkan ayah memukul pantatku, aku mohon'', kata nami seraya berlutut.

''yak berhasil!!'', ucap nami ketika berhasil keluar melalui jendela kamarnya.
Perlahan2 nami keluar dari rumahnya sambil membawa jaket milik seungri.


=penginapan bibi sora=
Nami bergegas masuk ke penginapan bibi sora dan mengira seungri masih ada disana.
Nami menengok kamar seungri dan melihat kamar itu sudah kosong tidak ada tanda2 barang milik seungri.
''bibi, apa kau tahu dimana seungri sekarang? Dia tidak ada di kamarnya'', tanya nami.
''pria itu sudah pergi tadi pagi'', kata bibi sora.
''mweo? Jeongmalyo?'', tanya nami.
Bibi sora mengangguk, ''dia kembali ke seoul''.
''tidak! Tidak! Ini tidak boleh terjadi, seungri tidak boleh ke seoul tanpaku. Kenapa bibi sora mengijinkan dia pergi?''.
''karena dia terlihat buru2, katanya anjing pudelnya akan melahirkan''.
''mweo?? Seungri kembali ke seoul hanya untuk seekor anjing?''.
''kau terkejut''.
Nami mengangguk, ''aku juga terkejut sama sepertimu. Biarkan saja, itu menjadi urusan seungri dan keluarganya''.

Gyuri melihat yeoja yang tadi pagi berurusan dengannya itu di tempat ia menginap.
''hyaaaa, kau! Kau masih berani keluyuran, ayahmu begitu mengkhawatirkanmu'', teriak gyuri.

Nami menoleh dan memandang yeoja yang berdiri di depan pintu penginapan bibi sora.
''ayahku memang sedikit galak, tapi kalau tensinya turun, pasti akan baik2 saja. Jangan khawatir'', kata nami.
''aiss!! Kalau kau adikku, kau akan ku lempar ke tong sampah''.
''untung saja aku bukan adikmu!''.

Gyuri melepas sepatu kiri yang ia kenakan lalu mencoba melemparkannya ke arah nami.
''dasar gadis kampung, udik! Urakan!'', teriak gyuri emosi.

Nami berhasil menghindar dan menjulurkan lidahnya sebagai tanda bahwa gyuri tidak pandai melempar sepatu.
''untung tidak kena, kalau kena sepatumu pasti kepalaku sudah bocor'', canda nami.

Siwon keluar dari kamarnya dan mendengar gyuri sedang berteriak2.
''yakk gyuri ah! Apa yang kau lakukan!'', seru siwon lalu mengambil sepatu milik gyuri.
''gadis itu selalu membuatku emosi! Sabar sabar!'', kata gyuri seraya mengelus dadanya.

Siwon memandang nami, ''kenapa kau masih berkeliaran? Kau seharusnya masuk ke dalam pusat rehabilitasi anak'', kata siwon.
''eung tuan? Apa disana aku bisa makan dan tidur gratis? Apa disana aku juga bisa menjadi seorang polisi?'', tanya nami hingga membuat gyuri semakin emosi.
''lebih baik kau tidak terpancing dengan polah tingkah gadis itu, masuklah ke dalam'', kata siwon pada gyuri lalu gadis itu menuruti kata siwon untuk masuk ke penginapan.

Nami keluar dari penginapan bibi sora.
''hei kau, apa kau tahu dimana aku mendapat sinyal yang bagus disini?'', tanya siwon yang tiba2 keluar menyusul nami.
Nami menoleh lalu menganggukkan kepalanya.
''di bukit sana'', kata nami seraya menunjuk ke arah lain dengan jari telunjuknya.
''kau benar2 ingin masuk rehabilitasi anak?'', tanya siwon seraya berjalan beriringan dengan nami.
''itu akan ku lakukan jika aku bisa ke seoul dan menjadi polisi''.
Siwon hanya tersenyum.


=tidak jauh dari pantai, pulau nami=
Saat menuruni bukit, seungri berpapasan dengan tuan cha.
''eh paman??'', kata seungri.
''kau!'', kata tuan cha sambil menengok ke arah belakang seungri memastikan tidak ada sesuatu yang terjadi.
''ada apa??''.
''aku hanya memastikan tidak ada yang membuatmu lari tergesa2''.
''aniyo, hanya sedikit olah raga. Paman, kau akan pergi kemana?''.
''ke gunung!? Apa kau tidak melihat aku membawa jala?? Aku akan pergi ke pantai''.
''aiss!! Paman galak sekali'', gerutu seungri.
''apa kau ingin ikut denganku'', ajak tuan cha.
''jeongmalyo?''.
Tuan cha mengangguk, ''gaja!!''.

Seungri menyelam didalam laut kemudian muncul dari permukaan air sambil mengangkat sebuah jala ditangan kirinya.
''paman, aku berhasil mendapatkan kerangnya!!'', seru namja itu sambil mengangkat jala itu tinggi2.
''eung, seungri ah! Bawa kemari'', teriak tuan cha dari tepi pantai.
Seungri berenang ke tepi lalu memberikan jaring yang berisi kerang itu pada tuan cha.

Tuan cha dan seungri duduk diatas pasir sambil memandang laut.
''paman, ijinkan aku tinggal di rumahmu'', kata seungri.
''mweo?'', seru tuan cha.
''uangku habis, hanya kau satu2 keluarga yang ku kenal disini''.
''aiss kenapa kau berubah miskin?''.
''karena aku benar2 tidak punya uang, paman''.

Seungri yang telanjang dada itu beranjak mengambil bajunya dan meraba sakunya mencari ponsel miliknya.
''eomeo, ponselku dimana?'', kata seungri sambil mengibaskan bajunya.
''aiss!!'', gerutu seungri yang menyadari ponselnya terjatuh ketika berlari dari kejaran pria asing itu.


Di suatu tempat di dekat pantai, Nami membawa siwon keatas bukit karang, tempat dimana sinyal telepon selalu penuh disana.
''apa kau sudah mendapat sinyal, tuan?'', tanya nami.
''jangan memanggilku dengan sebutan tuan'', jawab siwon.
Nami memandang siwon.
''choi siwon imnida, ireumi nuguya?'', tanya siwon.
''eung, cha nami imnida, mannasseo bangapseumnida'', kata nami *bow*.

Setelah mendapat sinyal ponsel cukup baik, siwon mencoba menghubungi ayahnya.


=departemen kepolisian seoul=
Komasaris choi sedang memimpin sebuah rapat ketika ponselnya berdering.
''yeoboseyo?'', jawab komisaris choi.
''ayah, aku sudah tiba di pulau nami. Oneul appaneun eotteohke jinesoyo? (Bagaimana kabar ayah hari ini?)'', tanya siwon.
''ne arasseo (aku sudah tahu), jal jinaeyo (aku baik2 saja)''.
''mweo? Ayah tahu aku tiba di nami?''.
''eung, aku hanya menebak saja'', kata komisaris choi seraya tertawa.

Terdengar suara dari ponsel siwon
*komisaris choi, seseorang dari badan intelejen negara ingin menemuimu*
''ayah, kau sedang sibuk? Uhm mianhamnida'', kata siwon.
''ne, tolong kau hubungi aku lagi nanti. Siwon ah, geuriweoyo'', kata komisaris choi.
*klik*

Nami terus memperhatikan namja yang bernama choi siwon itu.
''apa kau sedang berlibur disini?'', tanya nami.
''aniyo, aku sedang dalam tugas'', kata siwon.
''oh kau pasti pegawai pajak''.
''aniyo!'''.
'eung, apa gadis itu kekasihmu?'', tanya nami lagi.
''aniyo''.
''neoui yeodongsaeng (adikmu?)''.
''aniyo''.
''neoui nuna (kakakmu)? Dia terlihat begitu tua''.
''hyaa, kenapa kau bertanya2 tentangnya? Dia adalah gadis yang ku suka'', teriak siwon.
''aiss, pantas saja. Kalian berdua sama2 galak dan suka berteriak2. Cocok! Rumahmu akan ramai seperti pasar setiap saat''.

Siwon memperhatikan jaket yang dipakai nami.
''jaket ini? Aku seperti mengenalnya?'', guman siwon.
''uhm, apa katamu?'', tanya nami lalu memandang jaket yang ia kenakan.

Flash back
#siwon menempelkan alat pelacak ke jaket lee seungri, jaket kulit berwarna merah#end.

''apa itu jaketmu? Atau kau mendapatkan jaket itu dari seseorang?'', tanya siwon.
''mweo?'', nami menoleh dan nampak muka polosnya itu.

(Ost Kim Hyun Joong - Kiss Kiss)

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar