Green  Pencil

Sabtu, 08 Juni 2013

Sweet Innocence *19A

Judul: Sweet Innocence
Genre: Romance 
Part: 1-19 
Cast: 
IU/ Lee JiEun 
Jessica jung/ Jung sooyeon SNSD 
Lee Donghae Super Junior 
TOP/ Choi Seunghyun BigBang 

#lee dongchul: saudara kembar lee donghae (hanya di FF ini^^) 

Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will) 

Part *19A 

Seunghyun mengikuti jieun ke kantor polisi. Yeoja itu begitu girang saat polisi mengatakan bahwa ia bebas dari tuntutan. 
Di luar kantor polisi, jieun bertanya pada seunghyun kenapa namja itu selalu berpura2 tidak menyukainya. 
''kita saudara! Cinta seharusnya tumbuh di dalam hati kita'', jawab seunghyun. 
(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will)) 
Jieun terkejut seraya menatap namja itu tajam kemudian mencibir. 
''aiss! kenapa kau selalu mengada2 seunghyun ssi! Alasanmu tidak masuk akal. Sejak kapan kita bersaudara?'', tanya jieun. 
''sejak aku tahu ibumu adalah ibuku'', jawab seunghyun. 
''anggap saja aku tidak dengar apa2''. 

Jieun berlari meninggalkan seunghyun. Namja itu mengejar jieun dan memegang tangannya. 
''kenapa kau selalu menahanku? Biarkan aku pergi, mungkin aku memang tidak bisa berharap banyak padamu'', kata jieun. 
''lee jieun, dengarkan aku!!'', teriak seunghyun. 
''mweo? Kau membentakku? Aiss, jinja!!'', jieun menghempaskan tangan seunghyun. 

Jieun mencengkram krah kemeja namja itu kemudian menginjak kaki seunghyun. 
''aku sangat membencimu, choi seunghyun!'', kata jieun. 
''kita bersaudara! Ibumu adalah ibuku juga. Choi sila!'', kata seunghyun. 


Seunghyun dan jieun berjalan beriringan menyusuri jalan itu. 
''apa kau putra ibuku yang hilang? Kau masih hidup setelah kecelakaan itu?'', tanya jieun. 
''ne!!'', jawab seunghyun. 
Jieun tersenyum, ''ternyata kau namja yang cengeng duduk di pojokan rumah sakit. Apa kau ingat seorang gadis kecil yang menenangkanmu saat kau menangis? Aku memberimu permen dan kau memberiku satu dari sepasang sepatumu. Itu aku, lee jieun!''. 
''mweo? Kau bukan anak kandung ibuku?''. 
''aniya! Aku dan kakak yatim piatu sejak kedua orang tua kami meninggal karena kecelakaan itu. Ah, aku tidak menyangka itu kau choi seunghyun!!'', kata jieun seraya memeluk namja itu. 
''bogosipda! Bogosipda!'', kata jieun lagi. 
Seunghyun tersenyum kemudian membalas dengan memeluk namja itu erat. 
''nado! Mianhae jieun ah (aku juga, maafkan aku)'', kata seunghyun. 

*tes tes tes* rintik2 air hujan mengguyur tempat itu. Musim panas kali ini banyak di sertai hujan yang cukup lebat. 
''eomeo!'', seru jieun terkejut saat tetesan air hujan membasahi rambutnya. 

Seunghyun bergegas melepas jasnya kemudian mengudungi jieun dengan jasnya itu. 
''ini payung eksklusif. Apa kau sudah siap?'', kata seunghyun. 
''ne!'', kata jieun. 
''gaja!!''. 

Jieun merapat didekat tubuh seunghyun dan mulai berlari di tengah hujan deras. 

Di dalam mobil, Jieun membersihkan bagian pakaiannya yang basah terkena cipratan air hujan demikian juga seunghyun yang duduk di sebelahnya. Seunghyun dan jieun menikmati rintik hujan dari dalam mobil. 
''kala itu cinta datang mengetuk pintu hatiku. Cinta datang memang tidak terlihat mata, namun cinta membuat hatiku sangat bahagia'', ucap jieun. 
''kau pasti sangat membenciku jieun ah'', kata seunghyun. 
''dulu aku mencoba untuk membencimu karena kau menyebalkan, tapi setelah aku pikir jika aku tetap membencimu maka akan ada dua orang jahat, aku dan kau''. 
''jahat? Aiss, jinja!!''. 

Jieun tersenyum kemudian membuka pintu mobil itu dan beranjak keluar. 
''lee jieun! Mweolhaeyo?'', tanya seunghyun. 

Jieun merentangkan tangannya dan mendongakkan kepalanya ke atas. Ia membiarkan rintik hujan menerpa wajahnya. Seunghyun keluar dari mobil kemudian berjalan mendekati jieun dan meraih tangannya. 
''kenapa orang berpikir hanya matahari yang mendatangkan kebahagiaan dan hujan dianggap bencana? Bukankah menari ditengah hujan itu mengasikkan?'', tanya jieun. 

Seunghyun memandang jieun kemudian melepaskan cengkraman tangannya. 
''hujan tidak pernah kehabisan air, tidak ada salahnya air itu berlari didepan kita. Kita tidak bisa mencegah kapan hujan datang tapi kita bisa menemukan sisi terang dibalik awan mendung diatas sana'', kata jieun lagi. 
''apa yang kau bicarakan?'', kata seunghyun. 
''hidup bukan tentang menunggu badai berlalu, tapi tentang belajar menari ditengah hujan. Hidup bukan hanya diam dan menunggu sampai semua masalah itu berlalu, tapi kita harus membereskan dan menikmati hasilnya''. 



=Beberapa hari, Kantor SM Ent= 
Seunghyun kembali berkutat dengan pekerjaannya di kantor. SM Ent kini kehilangan sosok yang sangat bijaksana, mereka tidak melihat direktur lee berjalan dengan para asistennya melewati lobi kantor. Sapaan ramah dari sang direktur sudah tidak bisa didengar lagi. 

Jieun mencari donghae diruang latihan untuk menyiapkan debut pertama namja itu. 
''mweo? Kau tidak melihat donghae datang ke kantor?'', tanya jieun pada salah seorang trainer di ruang latihan itu. 
''Ini sangat berat untuk donghae. Sepertinya donghae belum siap menerima kenyataan yang ada'', kata yeoja itu. 
''tidak! Dia harus siap!''. 
''kau ingin memaksanya? Trainer macam apa kau ini?''. 
''donghae tidak boleh terlalu lama seperti ini''. 


Jieun menemui seunghyun di ruang kerjanya, 
''apa kau tahu donghae tidak pernah datang untuk latihan? Debutnya tinggal beberapa hari lagi'', tanya jieun. 
''ara! (aku tahu). Wae?'', jawab seunghyun seraya terus membalik halaman buku yang sedang ia baca. 
''kenapa kau seolah tidak peduli padanya?''. 
''apa aku saudaranya? Kenapa aku harus peduli padanya?''. 
''manager choi! Kenapa kau masih membenci keluarga direktur lee? Apa kau masih berpikir hal buruk yang menimpamu ini adalah kesalahan mereka? Bukan mereka yang bersalah tapi kau!!''. 
''ini ambisimu untuk membawa donghae menjadi pianis terkenal atau karena kau bersimpati padanya? Aku tidak lagi tinggal dengan keluarga lee itu. Semakin kau tanyakan donghae padaku!''. 
''kau akan mengerti di akhir, manager. Bahwa apa yang kau pikirkan tentang direktur lee selama ini itu salah! Kau egois, jangan sampai keegoisanmu ini menjadi bumerang untukmu sendiri!''. 
''dengarkan aku, jieun ah!''. 
''tidak!''. 
Jieun keluar dari ruang kerja seunghyun. Seunghyun tertunduk di meja kerjanya tanpa berusaha mengejar jieun dan memberikan penjelasan. 



=Rumah Donghae= 
Jieun duduk di samping nyonya lee. Semenjak kematian direktur lee, ajumma itu terlihat lebih tegar dan tidak begitu terpuruk. 
''ketika melihat donghae berubah sejak kematian ayahnya, aku berpikir bahwa aku harus lebih tegar. Bagaimana aku bisa memastikan donghae mampu bertahan jika aku tidak berusaha mencobanya?'', kata nyonya lee. 
Jieun mengangguk, ''ne! Majayo!''. 
''mungkin donghae sudah bercerita padamu bagaimana aku sangat terpuruk dan hampir gila karena kematian dongchul! Hatiku sangat pedih ketika aku menyadari aku begitu memaksakan donghae menjadi sama seperti dongchul!'', kata ajumma itu lagi. 
''apa anda tahu dimana donghae sekarang?''. 
''aku tidak yakin donghae ada dimana sekarang. Aku tidak memaksakan dirinya lagi untuk menjadi seorang pianis seperti dongchul''. 
''bibi, donghae tidak memaksakan diri karena aku melihat kemampuan dan kemauannya. Aku berharap donghae tidak hanya berproses tapi juga berhasil''. 
''dimana aku bisa menemui donghae?'', tanya jieun lagi. 



=Arena Balap Motor= 
Jieun turun dari taksi kemudian masuk ke sebuah arena balap motor. Yeoja itu melihat sekeliling mencari sosok donghae. 
''apa kau mengenal donghae? Dimana dia?'', tanya jieun pada seorang namja dengan pakaian balap. 
''kau bisa menemuinya sebentar lagi! Kau menunggulah disana!''. 

Jieun duduk di podium penonton seraya memandang beberapa motor yang melakukan latihan beberapa Lap. 
Tidak lama kemudian, sebuah motor berhenti di dekat pitstop. Namja itu melepas helmnya kemudian menoleh ke arah jieun. 
''kau mencariku?'', tanya donghae seraya duduk di samping jieun. 
Yeoja itu mengangguk. 
''mweol wihae? (untuk apa?)'', tanya donghae lagi. 
''untuk menjadikanmu seorang pianis'', jawab jieun. 
''seperti dongchul? atau seperti keinginan ayahku? aku tidak mau!''. 
''waeyo?''. 
''jika aku menjadi seorang pianis, untuk apa dan untuk siapa? Bukankah semuanya itu akan sia2?''. 
''setidaknya kau lakukan untuk mewujudkan mimpi dongchul dan harapan ayahmu''. 

Donghae tersenyum sinis, ''jangan memaksaku''. 

Jieun menoleh ke arah donghae, ''cobalah untuk merasa lebih baik. Buka matamu, dan lihat bahwa masih ada hal baik di hidupmu. Buka tanganmu dan mulailah melakukan apa yang bisa dilakukan untuk menimba kebahagiaanmu'', kata jieun. 
''aku bertahan dengan semuanya ini karena aku tahu kau masih ada di dalam kehidupanku, lee jieun!'', kata donghae. 

Jieun berdiri kemudian membungkuk memberi salam, 
''aku harap kau datang dan menyiapkan debut pertamamu'', kata jieun. 

Namja itu beranjak dan memandang jieun. 
''aku akan menjadi pianis seperti yang kau inginkan! Aku akan terus belajar sampai aku benar2 mejadi pianis yang profesional. Untukmu lee jieun! Kau berjanji padaku bahwa kau akan menikah denganku jika aku berhasil'', kata donghae. 
''mweo?''. 
''aku tidak yakin kau akan melakukannya!!''. 
''melakukan apa?''. 
''menikah denganku!''. 
''aku tidak bisa melakukannya! Maafkan aku jika aku pernah mengatakan hal seperti itu padamu''. 

Jieun membungkuk kemudian berbalik dan mulai berjalan menjauh dari donghae. Namja itu menghampiri jieun dan dengan paksa mencium gadis itu. Jieun meronta kemudian mendorong namja itu. Beberapa orang yang ada di arena balap itu hanya bisa memandang kosong. Jieun menoleh ke arah orang banyak yang terus memperhatikannya kemudian memandang donghae. 
''neol miweohae! (aku membencimu)'', kata jieun. 

Donghae hanya berdiri memandangi yeoja yang berlari menuruni podium kemudian tak terlihat lagi. Ponsel Namja itu berdering 
''yeoboseyo?''. 



=Kantor SM Ent= 
Seunghyun bertemu dengan pengacara direktur lee. 
''kenapa kau menemuiku?'', tanya seunghyun. 
''tunggu! Aku ingin menyampaikan surat wasiat direktur lee. Kita hanya menunggu donghae dan nyonya lee'', kata pengacara itu. 
''aku tidak perlu mengetahuinya. Mungkin isi wasiat itu menyerahkan semua saham SM Ent untuk donghae. Aku tidak memikirkan berapa banyak harta ayahku yang sudah dimanfaatkan olehnya''. 

Seunghyun beranjak dari tempat duduknya, namun saat membuka pintu, donghae dan ibunya muncul. 
''seunghyun ah, tetaplah disini'', kata ajumma itu. 

Beberapa saat kemudian, Pengacara direktur lee mengeluarkan sebuah berkas dari tasnya. 
''Isi surat wasiat dari direktur lee masih tersegel. Demikian pesan dari mendiang direktur lee yaitu memberikan semua saham SM Ent untuk putra yang sangat dicintainya, Choi Seunghyun'', kata pengacara itu. 
''mweo?'', seunghyun terkejut mendengar hal itu. 
''Direktur menuliskan namamu disini. Aku lanjutkan, bawa lee donghae untuk menjadi seorang pianis dibawah naungan SM Ent''. 

Selain isi pesan tersebut, pengacara itu mengatakan bahwa nyonya lee mendapat warisan rumah dan beberapa vila disumbangkan ke yayasan sosial. 
''aku menerimanya! Seunghyun ah, gomapda! Apa yang kau terima saat ini mungkin tidak bisa menghapus rasa bersalah keluarga kami terhadapmu'', kata nyonya lee. 
Donghae tersenyum ke arah seunghyun. 

Seunghyun berlari keluar dari ruangan itu. Matanya memerah kemudian keluar bulir air mata. Namja itu sangat terharu dengan apa yang dilakukan oleh direktur lee terhadap dirinya. 

*tap tap tap* seunghyun berpapasan dengan jieun. Yeoja itu memandang seunghyun kemudian menyadari namja itu tengah menangis karena air mata yang masih membekas di pipinya. 
''seunghyun ah, mweohaeyo?'', tanya yeoja itu. 


Di taman depan kantor, 
''aku berpikir negatif tentang keluarga lee, tanpa sadar aku telah menghakimi mereka, merasa aku paling baik dari mereka. Aku sadar sekarang, tidak ada alasan untuk berpikir negatif tentangnya karena aku mendapati sisi baik dari mereka yang baru kusadari saat ini. Kau benar bukan mereka yang salah, tapi aku'', kata seunghyun. 
''kadang aku berpikir keindahan hidup saat kita bisa tersenyum saat ada hal menyenangkan dalam hidup, tapi sekarang keindahan hidup ketika kita bisa mengerti dan melihat karya Tuhan memulihkan seseorang'', kata jieun. 
''aku bersyukur pria yang kucintai telah memiliki kasihnya yang semula'', kata yeoja itu lagi kemudian memeluk seunghyun kemudian tersenyum. 


Beberapa waktu berlalu, 
Seunghyun dan donghae duduk bersebelahan di dalam mobil. 
''donghae ah, aku harap kau menjadi seorang pianis seperti harapan ayahmu dibawah naungan SM Ent'', kata seunghyun. 
''aku akan melakukannya. Bolehkah aku mengajukan satu syarat padamu?'', tanya donghae. 
''syarat?''. 
''aku ingin lee jieun. Apa kau bisa melepasnya untukku?''. 
''tidak! Aku akan memberikan semua saham SM Ent padamu sebagai gantinya''. 
''aku tidak menginginkannya. Aku belum pernah mendapat apa yang aku harapkan, kadang itu membuatku frustasi''. 
Donghae keluar dari mobil seunghyun kemudian masuk ke dalam kantor. 



=Kona Bean Cafe= 
Nyonya sila menemui seunghyun di sudut ruangan. Ajumma itu tersenyum melihat seunghyun yang sedang meneguk secangkir kopi. 
''ibu, apa kau ingin minum kopi sepertiku?'', tanya seunghyun. 
''Ah tidak, kafein membuatku sakit kepala''. 
''uhm eomma, aku menyesal karena telah membenci direktur dan keluarganya'' 
''kau menyesal?''. 
Seunghyun mengangguk, ''aku menyesal tapi aku tidak bisa memberikan hal terpenting yang ada didalam hidupku untuknya. Donghae memintanya padaku''. 
''dengarkan aku seunghyun ah, pada suatu malam yang dingin, seorang pemuda duduk di perapian dalam rumahnya. Dari sebuah jendela, ia melihat seorang kakek berjalan di tengah salju yang turun dengan lebat. Pemuda itu berkata dalam doanya Tuhan, bantulah kakek itu agar mendapat tempat berteduh. Kemudian sang kakek berjalan ke arah rumah pemuda itu dan terdengar rintahan kedingan dari luar rumah. Pemuda itu berdoa lagi dan berkata Tuhan, lihat kakek itu ada diluar rumah, jangan biarkan dia kedinginan, berilah tempat yang hangat untuknya''. 
''lalu?''. 
''Keesokan harinya, kakek itu di temukan meninggal karena kedinginan di depan rumah pemuda itu. Pemuda itu berkata dalam doanya lagi, Tuhan, kenapa Kau biarkan kakek itu meninggal? Padahal aku mendoakannya agar ia selamat. Kemudian Tuhan menjawab: aku sudah mendengar doamu,Aku sudah membimbing kakek itu agar mendekati rumahmu, tapi kau tak mempedulikannya''. 
''apa artinya jika kita hanya berkata2 tanpa bertindak? Kita butuh aksi untuk membuktikannya. Tidak ada hal yang jauh lebih besar dari kata *berkorban*''. 
Seunghyun memandang ibunya kemudian tersenyum. 
(Ost Kim Junsu - Love Is Like Snow) 

@ Bersambung ke part 19 B

Tidak ada komentar:

Posting Komentar