Green  Pencil

Rabu, 05 Juni 2013

Sweet Innocence *7

Judul: Sweet Innocence
Genre: Romance
Part: 1-19
Cast:
IU/ Lee JiEun
Lee Donghae (Super Junior)
TOP/ Choi Seunghyun (BigBang)
Jessica jung/ Jung sooyeon (Snsd)
Shindong (Super Junior)

#lee dongchul: saudara kembar lee donghae (hanya di FF ini^^)

Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will)

Part *7

Jieun dan seunghyun sedang beradu mulut di ruang latihan, sedangkan minho memilih untuk pergi dari tempat itu. Jieun mengatakan bahwa ia akan melaporkan semua sikap seunghyun pada donghae.
''kau bisa melihat orang yang sudah mati?'', tanya seunghyun.
''apa maksudmu?'', kata jieun dengan ketidakmengertian.
''dongchul sudah meninggal karena kecelakaan''.
''mweo??'', jieun terkejut dan memandang seunghyun lekat.
''kau mencoba untuk menipuku seunghyun ssi? Apa kau iri dengan dongchul sehingga kau menganggapnya tidak ada lagi di dunia ini?'', kata jieun lagi.
Jieun tertawa dan mengangkap pernyataan seunghyun sebagai hal konyol.

''hentikan! Ini benar2 membuatku tertawa! Aku pergi!'', kata jieun seraya melangkah keluar ruang latihan.
''kau ingat sooyeon? Kenapa dia kecelakaan? Apa kau kau tidak bertanya bagaimana dan dengan siapa ia mengalami hal itu?'', tanya seunghyun.
Jieun yang sudah berdiri didepan pintu menoleh ke arah seunghyun.
''manager choi, aku pernah mengalami kecelakaan dan itu tidak hanya dialami sooyeon. Mungkin kecelakaan sooyeon tidak ada hubungannya dengan dongchul'', jawab jieun.
''aku hanya ingin matamu terbuka nona lee jieun! Kau boleh percaya atau tidak padaku, tapi apa yang aku katakan itu adalah benar!''.
''aku tidak percaya!!''.

Jieun berjalan di koridor kantor untuk mencari minho. Yeoja itu menoleh ke belakang dan terlihat resah.
''kenapa seunghyun tidak menyusulku dan berkata *aku bercanda, itu tidak benar*'', batin jieun.
''tidak mungkin, itu benar2 dongchul, aku melihatnya! Dongchul masih hidup'', batin jieun lagi.

Jieun melihat beberapa staf berlari dan terlihat panik yang melintas di depannya.
''mianhamnida, apa kau melihat minho? sekarang dia seharusnya berlatih piano bersamaku'', tanya jieun.
''apa kau trainer minho? Kau membuat minho berdiri di atas gedung kantor'', jawab salah seorang dari mereka.
''apa maksudmu??''.
''minho mencoba bunuh diri dengan melompat dari atap gedung''.
''mweo???''.
Jieun terkejut dan berlari secepat kilat naik ke lantai atas gedung dengan menaiki tangga darurat.
''aiss!! Anak itu kenapa bertindak bodoh! Bukankah dia baik2 saja tadi?'', kata jieun gusar.

*tap tap tap* langkah kaki jieun melintasi anak tangga yang terhubung dengan atap gedung SM Ent.

Tidak lama kemudian, jieun sampai di bagian atas gedung itu dan melihat kerumunan banyak staf kantor. Jieun menerobos kerumunan dan melihat minho berdiri di tepian gedung itu.
''minho ah?! Ahh, apa yang kau lakukan?'', seru jieun.

Minho menoleh, ''apa kau ingin menertawakanku jieun ssi?''.
''tertawa karena apa?'', tanya jieun.

Jieun mendekat ke arah minho dan meminta petugas keamanan untuk tetap di tempat.
''aku gagal menjadi artis! Aku sangat tertekan, sangat sulit menjadi seorang artis yang harus memaksaku untuk bisa menyanyi dan bermain musik'', kata minho.
''kau anggap dirimu sudah gagal? Padahal aku begitu berharap satu tahun lagi, kau datang padaku dan berkata *jieun ssi, aku menjadi penyanyi terkenal*'', kata jieun.
''kau juga sedang dalam tekanan dan kau mencoba membesarkan hatiku?''.
''setiap saat aku berdoa dan 5 tahun ini Tuhan tidak menjawab doaku, aku tetap dalam masa training dan aku sangat jenuh'', kata minho lagi.
''waktu Tuhan itu 1 hari seperti 1000 tahun dan 1000 tahun seperti 1 hari. Kau tidak tahu kapan berkat mu akan datang, Tuhan berkata *minho, percayakah kau padaKu?*, Tuhan ingin kau bersabar sedikit saja''.
Minho terdiam,
''kau sendiri yang membuat rancangan Tuhan dihidupmu gagal karena kau mencoba mengakhiri hidup dan memutuskan harapanmu'', kata jieun lagi.

Minho menatap ke bawah dan melihat beberapa mobil patroli di areal kantor itu.
''jika kau diposisiku, kau pasti akan melakukan hal yang sama. Bebanku sangat berat. Berat sekali! Jika kau berpikir bisa menolongku, kau salah besar jieun ssi!'', kata minho.
''jika itu berat bagimu, aku ingin kita mengangkat beban itu bersama. Masa traningmu itu tidak mudah tapi kau bisa menjalaninya dengan baik'', kata jieun.

*tap tap tap* Seunghyun berlari menaiki tangga darurat untuk bisa mencapai atap gedung SM Ent. Namja itu terlihat panik seraya menghubungi seseorang dengan ponselnya.
''tetap awasi minho, jangan biarkan dia melakukan hal bodoh itu, mengerti?'', kata seunghyun.
''trainernya sedang membujuk minho untuk tetap bertahan'', jawab namja itu terdengar dari ponsel seunghyun.
''tetap awasi dia! Jangan sekali-kali matamu berpaling daripadanya!''.
*klik* seunghyun memutuskan sambungan teleponnya.

''trainer?'', gumannya dalam hati lalu berlari lebih cepat.

Namja itu membuka pintu yang hubungkan ujung anak tangga itu dengan lantai atas atap kantor SM Ent. Seunghyun melihat jieun sedang berbicara dengan minho.
''minho ah, come to me'', kata jieun.
''kau membujukku untuk tetap hidup jieun ssi?'', tanya minho.
''kau berlatih piano dengan baik dan aku akan mendengarnya. Aku akan bertepuk tangan dan bersorak lalu berteriak *minho kau luar biasa*''.
''tidak! Sekarang aku akan pergi ke rumah Tuhan dan bertanya padaNya *kenapa aku harus menunggu terlalu lama padahal aku sudah berdoa hingga kering air mata*''.
''aniyo minho ah, come to me!!''.

Jieun mengulurkan kedua tangannya ke arah minho.
''seandainya aku terbang dengan sayap berkeliling dunia yang indah di alam mimpiku, aku lebih memilih untuk berjalan tanpa sandal di tanah kerikil dunia nyata yang sedang aku hidupi. Aku harap kaupun demikian, minho ah!'', kata jieun.

Minho mengambil dompet dari sakunya lalu mengambil sebuah kartu dan diberikannya kepada jieun.
Namja itu tersenyum dan jieun mulai lega karena minho tidak jadi melompat.

Minho berbalik arah dan memandang ke arah bawah lalu *slaaaappp* namja itu melompat terjun dari atap gedung itu.
''minho ah!!!'', pekik jieun.

*blaskkkkk* tubuh minho terpelanting ke tanah.

Jieun melongok dari tepian atap gedung dan melihat tubuh minho terkapar di areal depan kantor SM Ent dan banyak anggota kepolisian mengevakuasi tempat itu.
''choi minho, kenapa kau lakukan ini'', ucap jieun.

Jieun menengok kartu yang berikan oleh minho. Kartu itu adalah kartu training minho selama 5 tahun terakhir.
''minho lelah menunggu dan kesabarannya benar2 habis sekalipun ada kuasa Tuhan yang maha diatas segala2nya. Minho ah, kenapa kau lelah untuk berdoa dan berusaha? Itu tidak sulit jika kau lakukan dengan pengharapan yang besar. Pengharapanmu ada dititik nol sekarang, sehingga kau memutuskan untuk mengakhiri hidup'', batin jieun.

Jieun tertunduk bersandar pada tepian atap gedung itu, sedangkan banyak staf turun ke halaman gedung memastikan hal yang menimpa minho.

Jieun melihat sepasang kaki berdiri di depannya.
''aku gagal!'', kata jieun.
''kau tidak gagal'', kata namja itu.

Jieun melongok ke atas dan melihat namja yang berdiri di hadapannya itu adalah seunghyun.
''aku tidak bisa menjadi seorang trainer lagi. Kau tidak melihat bahwa aku membuat nyawa seseorang melayang?'', kata jieun.
Seunghyun terdiam dan hanya memandang gadis di depannya itu lekat.
''kau tahu kan aku sudah gagal? Aku tidak ingin menjadi trainer lagi'', kata jieun.
''kau sangat menginginkannya, kenapa kau dengan mudah akan melepasnya? Apa yang kau dapat sekarang, bukan tanpa perjuangan'', kata seunghyun.
''aku tidak ingin lagi!!''.
''musim kemarau merindukan hujan, di musim hujan merindukan panas. Ketika tenang mencari keramaian, ketika ramai mencari ketenangan. Segala sesuatu kelihatan indah hanya sebelum dimiliki, dan tidak lagi menarik setelah dimiliki. Jangan memikirkan apa yang belum ada, tapi pikirkan apa yang sudah kau dapat lee jieun!''.
''kau tidak mengerti!''.

Jieun berlari menuruni tangga kemudian pergi ke ruang kerja trainernya.
''kau benar2 trainer dibawah standar jieun ah!! Kau membuat minho kehilangan nyawanya, bahkan harapannya tidak muncul ketika bersamamu. Trainer seperti apa kau ini?'', kata seorang rekan jieun.
''apa minho melompat karena aku yang mendorongnya?'', tanya jieun.
''tapi kau sampai tidak tahu bahwa minho tertekan, calon artis bisa bertahan karena trainernya dan kau membuat minho gagal''.

Jieun mengambil tasnya dan melepas name tag yang ia slipkan di jas kemajanya.
''ya aku bodoh karena hanya lulusan SMA dan aku gagal!!'', kata jieun dengan tatapan tajam pada rekan sekerjanya.

''manusia gagal bukan karena bodoh, tetapi karena kurang bersemangat dan tidak memiliki harapan'', kata seunghyun yang tiba2 berdiri di depan pintu ruangan itu.

Jieun terdiam kemudian membungkuk memberi salam pada seunghyun lalu beranjak dari tempat itu.




=Apartemen Sooyeon=
Donghae meletakkan barang2 sooyeon di kursi tamunya lalu beranjak ke dapur dan membuka kulkas.
''tidak ada apapun yang bisa di masak'', kata donghae saat melihat isi kulkas itu kosong.
''dongchul ah, kau bisa memasak?'', tanya sooyeon.
Donghae mengangguk, ''ya tentu!''
''seingatku kau tidak bisa memasak, atau mungkin aku tidak bisa mengingat apapun tentang itu?''.

Flash back
#waktu kecil donghae sering memasak menunya sendiri karena ibunya selalu memasak masakan kesukaan dongchul.
Saat donghae sedang membuat sup jamur dan tidak bisa melakukannya dengan baik, seunghyun selalu membantunya.
''kau memasak untuk dirimu sendiri?'', tanya seunghyun.
''ya!! Kau makanlah makanan buatan ibuku. Kau dan dongchul satu selera'', kata donghae.
''aku juga ingin masak''.
''aiss!! Kau selalu membuatku rumit. Lebih baik kau pergi dan jangan muncul di hadapanku sebelum aku selesai makan''.
Donghae selalu menolak jika seunghyun mencoba ingin dekat dengannya.
Sejak saat itu, donghae selalu memasak sendiri dan seunghyun tidak pernah membantunya#end.

''dongchul ah??'', kata sooyeon seraya mengibaskan tangannya di depan wajah donghae.
''uhm ne?'', jawab donghae.
''buatkan makanan yang lezat untukku''.
''Uhm arasseo! apa kau mau mengantarku belanja?''.
Sooyeon mengangguk lalu menggandeng tangan namja itu, ''gaja!''.

Donghae melihat jajaran foto sooyeon dengan dongchul.
''wae?'', tanya sooyeon terheran saat donghae memperhatikan foto2 itu.
''apa kau mengingat semua tentang ini?'', tanya donghae.
''ne! Foto ini saat kita pemotretan di Bali''.
''kau mengingat dengan baik''.
''tentu!''.

Donghae memandang sooyeon yang tengah mengusap bingkai foto yang sudah sedikit berdebu.
''sooyeon mengingat semuanya kecuali kematian dongchul. Apa yang harus aku lakukan selanjutnya untuk gadis malang ini?'', batin donghae.



=Depan kantor SM Ent=
Jieun mencoba mendekat ke arah mobil ambulan yang membawa jasad minho.
''dia itu trainer minho'', tanya seorang staf seraya berbisik.
''ya!! Dan ku baca dari email kantor. Gadis itu mengundurkan diri! Benar2 keterlaluan, dia ingin melepaskan diri dari tanggung jawab'', jawab seorang yang lain.
''jangan seperti itu padanya. Minho bunuh diri bukan karenanya'', kata yang lainnya lagi.

Jieun memandangi tubuh yang sudah ditutup dengan kain putih.
''minho ah, kenapa kau lakukan ini padaku?'', batin jieun.
Seorang petugas kesehatan menutup pintu ambulance itu dan tidak lama kemudian mobil itu melaju seraya membunyikan sirinenya.



Jieun menyusuri jalanan kota seoul. Yeoja itu berhenti pada sebuah toko swalayan kecil lalu masuk ke dalam dan membeli sekaleng minuman ringan dan juga mie ramen instan. Yeoja itu duduk di sebuah bangku dekat kaca di dalam swalayan itu.
''bekerja di perusahaan besar itu tidak enak'', kata jieun.

Yeoja itu menengok ponselnya, ''manager babo itu tidak menghubungiku, berarti dia benar2 tidak menginginkan aku ada di sana seperti yang lainnya''.

Jieun mengaduk mie ramennya kemudian membuka tutup kaleng minumannya.

Swalayan itu memasang sebuah televisi besar yang sedang menayangkan berita.
*Sebuah managemen artis terkemuka korea selatan, SM Ent ,mengalami cobaan buruk saat seorang calon artis bernama choi minho tewas karena bunuh diri. Minho diduga tertekan karena tuntutan keras dari pihak managemen. Ini merupakan bukti kebobrokan sebuah managemen artis*

Jieun mendengar berita itu lalu menoleh ke arah televisi.
''perhatian!! Berita itu tidak benar. Minho bunuh diri bukan karena mendapat tekanan'', kata jieun.
''bagaimana kau bisa tahu? Ini jelas bukti yang kuat bahwa SM Ent managemen yang bobrok. Kalau tidak, kenapa dia memilih bunuh diri di kantor itu'', kata kasir swalayan itu.
''karena aku pernah menjadi trainernya! Minho baik2 saja saat menjalani training''.
''kau trainer SM ent?''.
Jieun mengangguk.
''aku tidak percaya. Kalau benar, apa kau bisa menunjukkan kartu identitasmu?''.

Jieun teringat meninggalkan nametag nya diatas meja kerjanya.
''aku tidak membawanya'', kata jieun.
''kalau begitu aku seorang direktur SM Ent'', kata petugas kasir itu.
''aiss!! Jangan percaya pada berita yang dikatakan televisi, mereka mengada2''.
''kau juga mengada2 mengaku seorang trainer SM Ent''.

Jieun mengambil kaleng minumannya lalu keluar dari swalayan itu.
''bagaimanapun aku pernah bekerja 2 hari di sana'', gerutu jieun lalu meneguk minumannya.


Jieun menoleh ke arah rambu lalu lintas dan melihat sebuah mobil dan ada donghae serta sooyeon di dalamnya.
''dongchul ah?? Sooyeon ah??'', panggil jieun seraya melambaikan tangan.

Sooyeon menoleh ke arah jieun namun yeoja itu hanya terdiam karena tidak mengingat siapa jieun sedang donghae terus memandang ke depan seraya memegang setir mobil.
''kenapa ada orang berteriak seperti orang gila?'', kata sooyeon.
''mweo??'', tanya donghae.
''aniyo!! Aku ingin cepat sampai apartemen dan melihatmu memasak''.


Jieun melihat mobil itu melaju,
''kenapa mereka berpura2 tidak mengenalku?'', guman jieun.
''astaga!! dasar pria bernama seunghyun mencoba menipuku dengan berkata *dongchul tiada*. Jelas2 aku melihatnya'', guman jieun.

Yeoja itu menilik ponsel di sakunya.
''mweo ada pesan? Pasti dari manager choi seunghyun, memohon untuk aku kembali bekerja'', kata jieun kemudian buru2 membuka kotak pesannya.

*jieun ah, tolong belikan aku sekop baru: shindong*
''wah, shindong oppa!!'', ucap jieun.
''Mweo?? Sekop? Astaga!!'', gerutu jieun.



=Apartemen Sooyeon=
Donghae memasak dengan memakai celemek dan menyiapkan table manner untuk menu masakannya. Sooyeon menunggu di meja makan dan terus memandangi donghae yang sibuk menyiapkan makanan untuknya.

*tingtong* bel kamar apartemen sooyeon berbunyi.
Donghae menengok dari layar cctv yang ada di dekat pintu.
''ayah sudah datang?'', guman donghae.

Namja itu membuka pintu apartemen sooyeon.
''ayah sendirian?'', tanya donghae.
Direktur lee mengangguk.
''dimana pengawal pribadimu itu?'', tanya donghae lagi.
''bicaralah yang sopan! Seunghyun masih di kantor. Dia sedang berurusan dengan polisi karena kasus bunuh diri minho. Seunghyun benar2 bekerja keras untuk SM Ent'', kata direktur lee.
''dia melakukan itu karena ada maunya. Apa ayah tidak menyadari hal itu?''.

Sooyeon menengok ruang tamunya dan melihat ajeossi asing ada di dalam rumahnya.
''oh sooyeon ah, ini ayahku sekaligus direktur di kantor tempatmu bekerja'', kata donghae.
''sooyeon ah, kau sudah pulih? Saat ini kau tidak ingat siapa aku?'', tanya direktur lee.
''sooyeon ah, ayo kita makan'', kata donghae.

Sooyeon mendahului mereka duduk di ruang makan.
''aku sudah bicarakan dengan ayah tentang ingatan sooyeon yang belum pulih. Sooyeon mengira aku adalah dongchul, jadi biarkan aku menjadi dongchul untuk ibu dan sooyeon'', kata donghae.
''jika seperti itu, kau seolah hidup di alam mimpimu'', kata direktur lee.


Tidak lama kemudian, setelah makan siang bersama dengan donghae dan sooyeon, direktur lee kembali ke kantor.
''sooyeon ah, aku menunggumu di kantor. Banyak orang yang akan membimbingmu untuk kembali bekerja dengan baik seperti dulu'', kata direktur lee kemudian tersenyum.
''gamsa hamnida ajeossi'', jawab sooyeon.

''uhm donghae ah, aku sudah pilihkan tentor piano untukmu'', kata direktur lee saat sooyeon masuk ke dalam apartemennya.
''nuguya?'', tanya donghae.
''seorang trainer di SM Ent. Walau banyak orang tidak yakin padanya, aku yakin dia akan membuatmu lebih baik''.
''apa dia jung sooyeon?''.



=Di dalam mobil direktur lee=
Direktur lee menghubungi seunghyun dengan ponselnya.
''seunghyun ah, beri jieun kontrak baru menjadi tentor piano untuk donghae'', kata direktur lee.
''mweo? Lee jieun??'', jawab seunghyun.



=Kantor polisi seoul=
Seunghyun keluar dari kantor polisi.
''kenapa harus lee jieun?'', tanya seunghyun saat berkomunikasi dengan direktur lee melalui ponselnya.
''jieun akan lebih sabar menghadapi donghae'', kata direktur lee.
''direktur, jieun sedang tidak dalam posisi baik di kantor. Jika anda memilih jieun, semua staf akan memprotes anda''.
''aku tidak peduli apa yang akan dilakukan stafku''.
*klik* Seunghyun menutup teleponnya.

''lee jieun! Kenapa aku harus berurusan dengan gadis itu lagi. Aku harus memohon padanya untuk bekerja kembali dan itu membuatku tampak bodoh'', kata seunghyun.



Jieun menunggu di halte bus dengan sebuah sekop pesanan shindong yang ia taruh di dekatnya.
Kemudian, Ponsel jieun berdering,
''yeoboseyo?'', jawab jieun.
''kembalilah bekerja'', kata seorang namja dari ponsel jieun.

Jieun tersenyum saat mengenali suara pria yang menelponnya.
''seunghyun?? namja itu benar2 memohon kepadaku'', batin jieun.

''mianhamnida!! dangsini nuguyeyo? (maaf, siapa ini?)'', tanya jieun.
''hyaa!! Nona lee jieun, kau berpura2 tidak tahu siapa aku?''.
''Ah, jeongmal moreugesseoyo''.
*klik* jieun memutuskan sambungan teleponnya.

Jieun mencengkram ponselnya kemudian memandang ke arah jalan raya.
''kau tidak tahu kekuatan semut, tuan choi! Mereka bisa mengangkat beban 10x lipat berat tubuhnya'', batin jieun.


*brukkkk* seorang pemuda terjatuh tidak jauh dari tempat jieun berdiri.
''kau berani melawanku, pria lemah? Apa yang bisa kau lakukan untuk melawan kami? Tubuhmu saja tidak jauh lebih besar dari kami'', kata seorang pemuda berbadan besar dengan gerombolan pemuda lain yang mengikutinya.

''hei! Hentikan, sikap bodohmu itu!'', kata jieun seraya mengangkat sekop yang ia bawa untuk menakut2i geng itu.
''wow! Rupanya ada ajumma yang berlagak seperti pahalawan kesiangan!'', kata ketua geng itu.
''mweo? Kau memanggilku ajumma?''.
''ya!''.
''aiss!!''.

Pemuda dengan badan besar itu mengacuhkan jieun kemudian kembali mendorong pemuda kecil dan terlihat lemah itu.

Jieun berlari ke arah gerombolan pemuda itu seraya memukulkan sekop yang ia pegang ke arah pantat pemuda berbadan besar itu.
''jangan sakiti dia! Pergi dari sini!!'', teriak jieun.
''Kita pergi! Sebelum wanita gila ini membuat kepala kita gegar otak'', kata pemuda berbadan besar itu.

Jieun membantu pemuda lemah itu berdiri dengan mengulurkan tangannya.
''apa kau baik2 saja?'', tanya jieun.
''seharusnya kau tidak perlu membantuku, nuna!'', jawab pemuda itu.
''mweo?''.
''karena tidak ada hal yang bisa dibanggakan dariku. Aku lemah dan tidak berarti''.
''kau salah besar!!''.

Jieun dan pemuda itu duduk di halte bis.
''kau tahu, halte bis mungkin bagi orang lain tidak berarti, tapi ini berarti bagiku. Banyak hal yang membuatku bersemangat ketika duduk di kursi ini, seperti sekarang'', kata jieun.
''Kenapa bisa seperti itu?'', tanya pemuda itu.
''halte bis yang tidak dipedulikan orang, dianggap tidak penting. Terpanggang dibawah sinar matahari dan teguyur derasnya air hujan. Suatu ketika, Seseorang duduk di halte bis itu dan berkata *terima kasih Tuhan untuk ini karena aku sangat membutuhkan istirahat*''.
''apa yang kau bicarakan?''.
''kau pikir kenapa semua orang datang ke sini selain untuk menunggu bis?''.
''untuk merasakan keteduhannya''.
''ya benar! Sekarang apa kau sadar siapa dirimu? Kehidupan manusia serupa dengan jalan hidup halte bis ini. Banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya berharga. Sebuah proses membuatmu kuat dan tumbuh menjadi pribadi yang besar. Kau adalah pribadi yang bisa membuat banyak orang bernaung padamu. Jadilah kuat!''.
Pemuda itu tersenyum dan jieun membalas senyumannya.
''ada banyak hal aku temukan di sini, tapi bagaimana kau bisa menguatkan aku seperti ini?'', tanya pemuda itu.
''karena aku pernah mengalaminya'', kata jieun.



=di dalam mobil seunghyun=
Seunghyun melempar ponselnya di kursi belakang mobilnya.
''tidak akan kulakukan lagi! Gadis itu seperti diatas angin!'', kata seunghyun.
Namja itu mempercepat laju kendaraannya.



=Di halte bis=
Pemuda itu tidak terlihat lagi duduk di dekat jieun. Tiba2, Jieun teringat saat seunghyun memintanya kembali bekerja lewat telepon.
''aku menang!!'', teriak jieun tanpa mempedulikan banyak orang duduk di dekatnya.
''senang rasanya bisa mengalahkan manager choi. Ah, aku tidak menyangka ini terjadi'', kata jieun lagi.

Jieun memandang ke layar ponselnya.
''tapi kenapa dia tidak menghubungiku lagi? Apa dia berubah pikiran?'', guman jieun.



=Sore Hari, Rumah Jieun=
''shindong oppa!!'', seru jieun saat masuk ke dalam rumahnya.

Shindong tertawa saat melihat adik perempuannya itu kerepotan membawa sekop pesanannya.

''bagaimana pekerjaanmu hari ini?'', tanya shindong.
''Ah, kenapa tidak kau tanyakan betapa repotnya aku membawa sekop pesananmu? Uhm oppa, kau sudah menonton televisi?'', kata jieun.
''Aniyo. Waeyo?''.
''uhm gwaenchanayo, oppa!''.

Jieun menengok bunga matahari milik kakaknya yang sedang mekar. Bunga matahari langka yang bisa mekar di tempat dengan perubahan suhu ekstrim di daerah sub tropis.
''kenapa bunga matahari selalu tumbuh menghadap ke timur'', tanya jieun.
''karena timur arah datang matahari. Matahari adalah terang. Jadi disaat kau putus harapan, mendekatlah ke sumber terang, yaitu Tuhan. Supaya terang bercahaya atasmu''.

Jieun mengangguk, ''Uhm arasseo! Bunga itu tidak takut terik matahari, bahkan ia begitu menyukainya. Proses hidup tidak selamanya indah, tapi dari semuanya baik adanya''.

Jieun menengok ke sekeliling mencari ibunya karena sedari ia pulang, nyonya sila tidak menyambutnya.
''eommaga eodiya?'', tanya jieun.
''ibu ada di kamarnya'', jawab shindong.

Jieun berjalan ke kamar nyonya sila. Tapi tiba2 shindong menahannya.
''waeyo?'', tanya jieun.
''apa kau ingin menemui ibu dengan membawa sekop pesananku?'', kata shindong.
''haha! Ah, mianhaeyo, aku tidak mengingatnya!''.
Jieun menyandarkan sekop itu di salah satu sudut rumahnya.

Jieun berdiri di kamar ibunya, kemudian perlahan masuk ke dalam kamar itu. Nyonya sila sedang tidur dan didekatnya ada foto seorang anak lelaki dengan memakai celana pendek, baju kotak2 dan juga topi besar.

Jieun teringat anak lelaki yang ia temui di rumah sakit setelah kecelakaan itu terjadi.
''kau dimana? Ibumu sangat khawatir. Aku tidak percaya kalau kau sudah mati'', batin jieun seraya memegang foto itu ditangannya.



=Malam Hari, Rumah Donghae=
Seunghyun melihat nyonya lee merenung di dekat piano dongchul.
''bibi?'', sapa seunghyun.

Nyonya lee hanya terdiam. Seunghyun duduk di dekat nyonya lee dan mulai memainkan alunan musik piano.
Nyonya lee memandang seunghyun.
''apa kau sudah pergi ke rumah Tuhan dan menemui dongchul untuk kembali ke rumah ini?'', tanya nyonya lee.
Seunghyun mengangguk, ''tidak lama lagi. Dongchul pasti datang''.
''jeongmalyo??''.
''aku sangat merindukannya dan ingin bertanya *Apa Tuhan begitu baik, hingga mengijinkanmu kembali ke sini?*''.
Seunghyun melihat senyuman bibi lee.
''baru kali ini bibi tersenyum didepanku. Bibi seolah lupa bahwa ia pernah membenciku. Bagaimanapun aku ingin membawa kembali semua yang seharusnya menjadi milikku'', batin seunghyun.

Donghae keluar dari mobilnya dengan memakai pakain rapi milik dongchul kemudian masuk ke dalam rumah dan melihat seunghyun dengan ibunya.
''eomma??'', sapa donghae dengan seulas senyum di bibirnya.

Nyonya lee menoleh dan melihat donghae di sana.
''dongchul ah?'', nyonya lee beranjak lalu memeluk putranya itu.

Donghae mencium pipi ibunya.
''eomma, aku kembali untukmu'', kata donghae.

Nyonya lee menyentuh pipi donghae.
''ini benar2 dongchul ku! bermainlah piano untuk ibu!'', kata nyonya lee.
''mweo? Bermain piano?''.

Donghae memandang seunghyun yang duduk di kursi piano dongchul.
''ayolah bermain untuk ibu'', pinta nyonya lee.

Nyonya lee menarik tangan donghae.
''dongchul ah, bermainlah untuk bibi'', kata seunghyun.
''Aiss! Kau diamlah!'', teriak donghae.

Seunghyun menunjukkan piano dongchul, ''bermain disini''.


Seunghyun pergi ke dalam kamarnya lalu mengambil sebuah harmonica.
''ini bukan milikku, tapi aku sudah terlalu lama menyimpannya. Apa harmonica ini milik gadis kecil itu?'', guman seunghyun.




=Didalam kamar Jieun=
Jieun merenung di meja kerjanya.
''aku harus menolong ibu untuk menemukan putranya. Barangkali orang itu sering pergi ke lokasi kecelakaan. Apa mungkin aku harus pergi ke sana?'', guman jieun seraya mengetukkan jarinya diatas meja.



=Kamar seunghyun=
Seunghyun membolak-balikkan harmonica itu.
''aku penasaran dengan gadis kecil itu? Apa dia hidup dengan baik sekarang, setelah kehilangan keluarganya sepertiku?'', guman seunghyun.
''aku akan mencobanya! Apakah suaranya masih terdengar bagus?'', katanya lagi.
Seunghyun mencoba memainkan harmonica itu. Alunan harmonisasi indah mengalun dari alan musik itu.



Di dalam kamar jieun,
''harmonicaku?'', gumannya seraya memandang ke arah luar jendelanya.

(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will))

@ tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar