Green  Pencil

Sabtu, 08 Juni 2013

Sweet Innocence *16

Judul: Sweet Innocence 
Genre: Romance 
Part: 1-19 
Cast: 
IU/ Lee JiEun 
Lee Donghae Super Junior 
TOP/ Choi Seunghyun BigBang 
Jessica jung/ Jung sooyeon SNSD 

#lee dongchul: saudara kembar lee donghae (hanya di FF ini^^) 

Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will) 

Part *16 

Jieun memanggil ibunya yang sedang ada di teras rumah. Seunghyun terkejut saat melihat ajumma itu dan merasa mengenalnya. 
''aku mengenal wanita ini. Ya, dia seperti ibuku?'', batin seunghyun seraya memandang ke arah nyonya sila.
''eomma? Kau masih hidup?'', ucap seunghyun. 
Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will) 

Seunghyun melepas genggaman tangannya namun jieun menggenggamnya erat. Yeoja itu tersenyum saat menoleh ke arah seunghyun. 
''jangan khawatir tentang ibu dan kakakku'', bisik jieun. 

''kenapa kau tidak pulang bersama donghae? Aku tidak suka jika kau gonta ganti teman pria'', tanya shindong. 

Seunghyun masih memandang nyonya sila hingga membuat ajumma itu terkesan kikuk. Seunghyun melepas genggaman tangan jieun, membungkuk memberi salam kepada keduanya kemudian meninggalkan gadis itu dan masuk ke dalam mobil. 
''kau lihat? Apa yang dilakukan pria itu terhadapmu?'', kata shindong. 

Jieun memandang mobil seunghyun berlalu dari tempat itu. 
''ada apa dengannya? Kenapa sikapnya tiba2 berubah?'', batin jieun. 

''oppa! Ini karena kau terlalu galak padanya. Jangan seperti ini pada seunghyun'', kata jieun. 

Nyonya sila memperhatikan sisi bekas parkir mobil seunghyun. 
''siapa pemuda itu? Aku seperti mengenalnya?'', tanya nyonya sila. 
''Uhm, dia manager choi seunghyun! Bukankah eomma pernah bertemu dengannya?'', kata shindong. 
''tidak! Bukan karena aku pernah bertemu tapi aku seperti begitu mengenalnya''. 
Jieun dan shindong saling memandang. 


Di dalam mobil, 
Seunghyun terus membayangkan wajah nyonya sila dan ucapan jieun ketika memanggil ajumma itu dengan sebutan ibu terngiang di telinganya. 
Namja itu menepikan mobilnya kemudian tertunduk diatas stir. 



=Di dalam mobil donghae= 
Donghae fokus menyetir. Sooyeon menoleh kemudian memandang donghae dan tersenyum. 
''gomaweo donghae ah, kau mau membantuku mengusut kasus kecelakaan itu'', kata sooyeon. 
''sebenarnya apa yang ingin kau tuntut dari gadis itu?'', tanya donghae. 
''aku hanya ingin dia tahu apa akibat dari ulahnya dan merasakan sedikit apa yang disebut dengan rasa sakit''. 
''apa kau tidak berpikir apa yang akan kau lakukan bisa membuatmu menyesal? Apakah ini aksi balas dendam?''. 
Sooyeon menggeleng, ''aniyo! Kenapa kau bicara seperti itu padaku? Kau tidak menghormatiku sebagai kekasih sodaramu?''. 


Tidak lama kemudian, Sooyeon dan donghae masuk ke dalam kantor polisi. 
''ada rekaman cctv nya?'', tanya sooyeon. 
Polisi itu mengangguk, 
''karema blackbox di mobil dongchul rusak jadi kita hanya mengandalkan Kamera CCTV di setiap sudut jalan. Termasuk di tempat kecelakaan itu terjadi. Apa anda ingin melihatnya?'', tanya polisi itu. 

Donghae dan sooyeon mengamati rekaman cctv itu, kemudian memperhatikan rekaman seorang gadis yang berlari ke tengah jalan mengambil sesuatu, kemudian berselang beberapa detik mobil yang dikendarai dongchul dan sooyeon tampak membanting stir menghindari gadis itu. 
''aku seperti mengenalnya?'', guman sooyeon kemudian memandang donghae. 
''seorang pria juga memintaku memutar rekaman cctv itu dan menyebut nama seorang gadis'', kata polisi itu. 
''apa aku bisa menuntut gadis itu karena kelalaiannya mencelakai orang lain?''. 
''anda bisa menuntut tapi keputusan akhir tetap diputuskan oleh pengadilan dan juga berdasarkan bukti2 yang ada''. 

''seorang pria?'', tanya donghae. 
''mungkin pria itu seunghyun, aku memintanya mengusut kasus ini'', kata sooyeon. 

Donghae memperhatikan rekaman itu berulang2, 
''mweo? Lee jieun?'', ucap donghae terkejut. 
''apa katamu? Jieun? Lee jieun?'', kata sooyeon. 

Sooyeon memutar ulang rekaman cctv itu. 
''itu benar jieun! Ternyata jieun penyebab kematian dongchul'', kata sooyeon. 
''kau tidak boleh menuduh jieun, belum tentu itu jieun kan?''. 
''bukankah kau berpendapat yang sama denganku? Gadis itu lee jieun! Tidak ada alasan lain lagi''. 
''sebaiknya kita pulang. Apa kau akan menuntut jieun?''. 
''ne!''. 
''kau benar2 tidak memiliki hati''. 

Donghae keluar dari kantor polisi dan sooyeon menyusul namja itu di belakang. Tidak lama kemudian, mobil donghae melaju dari tempat itu. 

Sooyeon dan donghae terdiam selama perjalanan, kemudian namja itu membelokkan stir mobilnya dan menghentikan mobil itu di depan sebuah kedai. 
''kenapa berhenti di sini?'', tanya sooyeon. 
Donghae terdiam kemudian melepas seatbeltnya dan keluar dari mobil. Sooyeon mengikuti donghae masuk ke dalam kedai. 
''ajumma, beri aku porsi semua menu yang ada di sini, jangan ada sisi meja di sini yang kosong tanpa makanan'', kata donghae pada ajumma pemilik kedai. 
''kau kenapa? Apa kau lapar?'', tanya sooyeon terheran. 

Tidak lama, meja keduanya dipenuhi oleh banyak menu makanan. 
''ayo makan! Aku harap dengan kau kenyang, kau dapat berpikir dengan jernih'', kata donghae kemudian mulai menyumpit potongan daging dan memakannya. 
''kau pikir...'', kata sooyeon. 
''show me your plan and i will predict your future''. 
''mweo?''. 
''apa kau marah pada jieun karena melakukan ini padamu? Dan kau menyalahkan jieun? Amarah yang tak terkendali tidak pernah mengerjakan sesuatu dengan baik, hanya akan menimbulkan malu dan kehancuran. Jangan dilanjutkan! Aku harap setelah matahari terbit, marahmu pada jieun sudah usai''. 
Sooyeon meletakkan sumpitnya di atas meja, ''kau berkata seperti ini karena kau berada dipihak siapa? Kau ingin membela jieun karena kau menyukainya kan? Aku menang jika aku mendapat akhir yang membahagiakan''. 
''ada saat dimana kita harus menentukan sikap. Melepaskan itu bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari suatu perubahan. Orang yang kuat bukan mereka yang menang, tapi orang yang tegar disaat hati mereka rapuh''. 
Sooyeon beranjak dari kursinya kemudian keluar dari kedai itu meninggalkan donghae seorang diri di sana. 



=Rumah Jieun= 
Yeoja itu sedang memainkan piano peninggalan kedua orang tuanya. Jieun begitu menikmati alunan musik yang mengalir dari tuts pianonya. 
''apa kau ingin bercerita tentang masalah percintaanmu?'', tanya shindong. 
''wae guraeyo?'', kata jieun seraya terus menekan tuts pianonya. 
''banyak orang ketika dalam tekanan kerap tidak bisa menahan mulut untuk mengeluh kesana kemari. Apa kau salah satu diantaranya?''. 
''ada kalanya ketika kita datang ke orang yang terdekat sekalipun, mereka tetap tidak bisa menolong. Kenapa aku harus mengadu padamu?''. 
Shindong tersenyum, ''kau keras kepala, jieun ah!''. 
''aku tidak bisa membedakan kau bertanya karena ingin tahu atau mencoba peduli. Oppa, kenapa kau tidak menyetujui hubunganku dengan seunghyun?''. 
''karena dia begitu sombong dan angkuh. Aku lebih menyukai donghae untuk menjagamu''. 

Jieun menghentikan alunan pianonya kemudian merenung seraya tetap memandang tuts pianonya. 
''belajarlah realistis, siapa yang bisa membuatmu bahagia? Apa kau ingin hidup didalam penderitaan selamanya?'', kata shindong. 
''oppa, aku tidak perlu membuat orang pusing dengan masalahku, tapi aku ingin membuat mereka terpesona dengan pertolongan tangan Tuhan dalam hidupku''. 
''aku mengenal seunghyun walaupun tidak sebanyak yang Tuhan tahu tentangnya. Aku mengerti kenapa dia bersikap angkuh dan sombong. Aku tidak meminta seunghyun untuk berubah karena itu adalah sia2. Tapi aku minta sama Tuhan untuk mengubah sikap hatinya karena itu akan membuahkan hasil'', kata jieun. 



=Keesokan harinya= 
Jieun menuruni tangga rumahnya saat mendengar percakapan ibunya dengan seorang pria. 
''polisi?'', guman jieun melihat 2 pria dengan seragam polisi. 

Jieun menghampiri nyonya sila. 
''ibu, apa yang terjadi?'', tanya jieun. 

Nyonya sila menyerahkan sebuah surat pada jieun. Yeoja itu memandang dua orang polisi yang berdiri di depan pintu rumahnya. 
''apa ibu sudah membaca surat ini?'', tanya jieun. 
Nyonya sila menggeleng. 

''Nona lee jieun. Anda harus ikut kami ke kantor polisi'', kata salah seorang polisi itu. 
''mweo??'', ucap jieun dan ibunya serentak. 

Shindong oppa menghampiri mereka dengan berjalan pelan dibantu dengan tongkat cracknya. 

*slaaatt* Tiba2, donghae muncul lalu membawa lari jieun pergi dari tempat itu. 
''tunggu!! Apa yang kau lakukan?'', teriak polisi itu kemudian berlari mengejar jieun dan donghae. 

*tap tap tap* Donghae dan jieun berlari sekuat tenaga. Namja itu menggandeng tangan jieun sedangkan tangan kiri yeoja itu menggenggam erat surat yang belum di bacanya. 
Keduanya menyusuri jalanan dan kedua polisi itu mengejar dengan mengendarai mobil patroli. 
*liu liu liu liu* 

Donghae menarik jieun kemudian berlari ke sebuah gang kecil yang tidak bisa di lalui oleh mobil. Mobil patroli itu terpaksa berhenti dan kedua polisi itu berlari mengejar donghae dan jieun. Namun mereka kehilangan jejak dan memastikan sekeliling tempat itu. 
''tidak ditemukan! Kita cari di sisi lain'', kata seorang polisi itu. 

Donghae dan jieun bersembunyi didekat pagar rumah yang terbuat dari tanaman belukar. Keduanya bersembunyi dengan posisi tertelungkup. Donghae memandang jieun yang tertelungkup menghadap wajahnya. Wajah jieun tampak panik dengan nafas terengal. 


Tidak lama kemudian, 
Jieun duduk di sebuah ayunan di tanah lapang yang di kelilingi oleh banyak pepohonan. Yeoja itu tampak porak poranda(?) karena bersembunyi di semak cukup lama. Jieun memandang donghae yang duduk di ayunan sebelahnya dengan luka goresan di pipinya. Yeoja itu menyentuh pipi donghae kemudian menghapus darah karena goresan itu dengan lengan sweaternya. 
''kau tidak perlu membawaku pergi. Kau membuat kesalahan, donghae ah!'', kata jieun. 
''aku sudah menebak sooyeon pasti akan melakukan hal bodoh dengan menuduhmu terlibat dalam kecelakaan itu'', kata donghae. 

Jieun membuka surat yang digenggamnya sejak tadi. Surat itu sudah tampak lusuh. 
''Kau tidak mungkin terlibat? Rekaman cctv itu mungkin hanya seseorang yang mirip denganmu'', kata donghae mencoba membesarkan hati jieun walau ia tahu kenyataan sebenarnya. 
''gadis itu memang aku! Aku adalah orang yang berdiri di dekat halte bus dan aku juga penyebab kecelakaan itu terjadi! Aku membuat dongchul meninggal'', kata jieun dengan mata berkaca2. 
''aku yang menyebabkan dongchul meninggal dan sooyeon nyaris kehilangan ingatannya!'' kata jieun lagi. 

Donghae memandang jieun. 
''tidak! Itu tidak benar!'', kata donghae lagi. 
''tapi itu benar! Hanya saja aku tidak berani mengakuinya! Gadis yang ada di depanmu ini adalah gadis yang membuat saudara kembarmu meninggal. Maafkan aku!'', kata jieun. 

Jieun tertunduk dan memandang ke tanah. 
''tidak! Kau tetap jieun-ku. Jieun yang ku cintai'', kata donghae. 
Jieun memandang donghae. 
''aku akan bicara dengan sooyeon untuk hal ini'', kata donghae. 
Jieun menggeleng, ''aniyo! Aku harus bertanggung jawab''. 

Jieun beranjak dari dudukan ayunan itu kemudian memandang donghae. 
''berkata jujur sangat berat tantangannya. Kau tidak melihatnya tapi Tuhan melihat apa yang aku lakukan. Saat aku menyadari bahwa aku membuat dongchul meninggal, itu membuatku sangat takut. Aku tidak berani mengatakannya padamu dan aku berharap jika aku membantumu menjadi seorang penyanyi itu cukup mengobati rasa bersalahku. Aku melakukan kesalahan besar!'', kata jieun. 
''itu bukan kesalahanmu! Aku akan berjalan bersamamu jika kau melihat jalan didepanmu yang membuatmu ragu dan gentar. Aku akan melangkah lebih jauh bersamamu, ketika jalan didepanmu membuatmu putus asa. Jangan takut, jien ah!'', kata donghae. 
Jieun tidak mampu membendung air matanya. Dadanya terasa sesak. Donghae memeluk jieun dengan erat dan yeoja itu menangis tersedu di pundak donghae. 
''jangan takut! Kau memiliki aku dan itu lebih dari cukup'', kata donghae. 



=Kantor SM Ent= 
Nyonya sila memandang gedung yang menjulang tinggi di depannya. Ajumma itu pergi ke kantor SM Ent bersama shindong. 
''ibu, kau tidak malu jika pergi bersamaku?'', tanya shindong. 
''ani! Ayo kita masuk!'', kata nyonya sila. 

Keduanya berjalan masuk ke dalam lobi kantor. 
Di tempat yang sama, direktur lee, seunghyun dan beberapa asistennya berjalan masuk ke dalam lift. 
Ajeossi itu melihat nyonya sila namun sesaat pintu lift itu sudah tertutup. 
''itu seperti?? Eomeo!'', ucap direktur lee terkejut. 
''ada apa direktur?'', tanya seunghyun. 
''aniyo!''. 

Nyonya sila menghampiri seorang resepsionis sedangkan shindong berdiri tidak jauh darinya. 
''apa aku bisa menemui manager choi?'', tanya nyonya sila. 
''anda bisa menemui manager di ruangannya! Manager baru saja datang bersama direktur'', kata resepsionis itu. 
''oh ne! Gomapseumnida!''. 



=Koridor kantor= 
Direktur lee berjalan ke arah ruang kerjanya seraya menoleh ke belakang. 
''itu seperti choi sila. Kenapa dia ada di sini? Apa sila akan menuntutku karena menyembunyikan anaknya?'', batin direktur lee. 

Seunghyun membuka pintu ruang kerja direktur lee. 

Ketika kembali. Namja itu berpapasan dengan nyonya sila dan shindong. 
''manager choi?'', panggil nyonya sila. 

Seunghyun terhenyak kemudian memandang ajumma itu. 
''apa yang kau lakukan pada jieun? Apa kesalahannya? Apa kau tersinggung karena ucapanku? Kembalikan jieun padaku!!'', kata ajumma itu. 
''ajumma??'', kata seunghyun terkejut. 
''jieun putri yang ku cintai! Kenapa kau tega memasukkannya ke penjara. Apa yang ada di pikiranmu. Seburuk itukah jieun di matamu?''. 
''ajumma! Aku tidak mengerti''. 

''hyeong! Jelaskan padaku, apa yang terjadi'', kata seunghyun pada shindong. 
''tadi pagi dua orang polisi datang ke rumah membawa surat penangkapan jieun. Aku tidak tahu mengapa, tapi kami pikir itu karenamu'', kata shindong. 
''ani! Aku tidak melakukannya'', kata seunghyun. 

Nyonya sila memandang seunghyun. Ajumma itu tiba2 teringat dengan putranya yang terpisah karena kecelakaan beberapa tahun silam. 
''seunghyun? Choi seunghyun?'', gumannya lirih. 

Seunghyun memandang ajumma itu. 

''jieun putri ibuku? Aku menyukai adikku sendiri. Anak yang dilahirkan oleh ibuku? Aku tidak bisa menyukainya! Ini kesalahan besar!'', batin seunghyun. 

Seunghyun berlari meninggalkan keduanya dan pergi ke ruang kerja trainer vokal. 
''apa kau melihat sooyeon?'', tanya seunghyun. 
''seharusnya sooyeon bersama donghae di ruang latihan'', kata seorang rekan sooyeon. 

Sooyeon ada di ruang latihan dan sedang sibuk dengan ponselnya. Yeoja itu menghubungi seseorang via telepon. 
''donghae ah, apa yang kau lakukan?'', tanya sooyeon dengan wajah serius. 
''aku tidak berminat lagi menjadi artis! Aku tidak perlu membuang waktuku dengan belajar musik'', kata donghae. 
''ada apa denganmu?''. 
''seharusnya aku bertanya padamu, kenapa kau tega melaporkan jieun ke polisi? Kau ingin mencoba menghukumnya?''. 
''ne! aku menuntutnya, seharusnya kau berterima kasih padaku. Apa yang jieun lakukan pada ibumu? Apa kau tidak berpikir hal itu?''. 
''aku tidak memikirkannya lagi, karena ibuku sudah baik2 saja''. 
''kau dimana?''. 
*klik* donghae menutup sambungan teleponnya. 

''hyaa!! Donghae ah!!'', teriak sooyeon. 

''apa yang kau lakukan pada jieun?'', tanya seunghyun hingga membuat sooyeon menoleh ke arah namja itu. 
''aku harap kau mencabut laporanmu!'', kata seunghyun lagi. 

''apa kau inginmembela jieun, sama seperti donghae? Kau tidak melihat bagaimana diriku saat ini karena ulah jieun? Kau tidak pernah merasakan di tinggalkan sehingga kau seenaknya saja menyuruhku mencabut tuntutanku?''. 
''aku merasakannya, ketika gadis yang ku cintai dulu memilih pria lain. Kau, jung sooyeon! Dulu aku menyukaimu dan aku terus mencintaimu dalam diam! Aku tidak pernah melakukan hal jahat untuk membuatmu menjadi milikku. Kau seharusnya belajar hal ini, sooyeon ah''. 

Seorang asisten direktur lee menghampiri seunghyun lalu membungkuk memberi salam. 
''manager, direktur lee ingin melihat berkas persiapan debut pertama donghae, karena debut donghae tinggal 3 hari lagi'', kata namja itu. 
''direktur lee sedang menemui kim joon shik dari YG Ent'', kata namja itu lagi. 
Seunghyun mengangguk. Kemudian pria itu berlalu. 

''pikirkan baik2 sooyeon ah. Nasib jieun ada padamu. Apa kau ingin membiarkan seorang gadis meringkuk di penjara karena kesalahan yang tidak dibuatnya? Dan kau membiarkan seorang ibu menangis karena ditinggalkan anaknya di penjara? Kematian dongchul itu sebuah takdir yang tidak bisa dihindari'', kata seunghyun pada sooyeon kemudian meninggalkan tempat ini. 


Direktur lee baru saja menemui rekan bisnisnya kemudian berjalan di lobi kantor itu. Nyonya lee berdiri di dalam sebuah lift sendirian. Saat pintu lift terbuka, ajumma itu melihat seorang pria yang begitu di kenalnya. 
''lee...??'', ucapnya. 

Direktur lee memandang ke arah nyonya sila dengan sama terkejutnya. 
''choi sila ssi?'', kata direktur lee. 

Ajumma itu keluar dari lift kemudian menghampiri direktur lee. 
''bagaimana kabarmu? Kau sudah begitu sukses sekarang. Chukhahae'', kata nyonya sila tersenyum. 
''bagaimana keluargamu sekarang? Apa kau hidup jauh lebih baik?'', tanya direktur lee. 
''kau tahu bagaimana hidupku sejak aku kehilangan suami dan putraku. Aku tidak memikirkan apa2 lagi, yang ku pikirkan bagaimana aku bertahan hidup tanpa mereka''. 
''kesuksesanku saat ini karena titipan. Terima kasih choi sila''. 
''mweo?''. 
''karena kau tidak memikirkan aset perusahaan mendiang tuan choi, aku mengambil alih semuanya dan aku berniat mencarimu. Aku tidak menyangka, kita dipertemukan lagi di sini''. 
''aku tidak memikirkan aset perusahaan suamiku. Pakailah dan lakukan apa yang kau pandang baik''. 
''putramu, choi seunghyun,,,,''. 
''jangan mengingatkanku lagi, seunghyun sudah tidak ada di sini, kau sendiri yang mengatakannya padaku dan aku percaya''. 
''putramu bersamaku! Choi seunghyun masih hidup!''. 

Nyonya sila memandang direktur lee. 
''mianhaeyo!'', kata direktur lee. 

Seunghyun menghentikan langkahnya saat mendengar pengakuan direktur lee. 

(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will)) 

Tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar