Green  Pencil

Rabu, 05 Juni 2013

Sweet Innocence *10

Judul: Sweet Innocence
Genre: Romance
Part: 1-19
Cast:
IU/ Lee JiEun
Lee Donghae Super Junior
TOP/ Choi Seunghyun BigBang
Jessica jung/ Jung sooyeon SNSD

#lee dongchul: saudara kembar lee donghae (hanya di FF ini^^)

Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will)

Part *10

Jieun yang berjalan tertatih di koridor kantor itu melihat seunghyun mendekatkan wajahnya ke arah sooyeon.
''hajimaaaaaa!!!!'', teriak jieun seraya mengarahkan telunjuknya ke arah mereka berdua.
(Ost K.Will- I need You)

''hajimaaa!!'', teriak jieun lagi seraya berlari ke arah seunghyun dan sooyeon.

Seunghyun menoleh ke arah jieun, sedangkan Sooyeon tampak kikuk kemudian mendekati jieun.
''maafkan aku!! Aku tidak bermaksud mendekati kekasihmu, jangan berpikir buruk tentangku'', kata sooyeon.
''eh??'', kata jieun terkejut dengan tingkah sooyeon.
''seunghyun tidak akan menciummu bukan?'', tanya jieun lagi.
Sooyeon terhenyak kemudian menoleh ke arah seunghyun.

''hyaaa!! Aiss, baboya! aku hanya berbisik tentang namaku, kenapa kau ini?'', tanya seunghyun.
''kalau kau hanya ingin memberitahu namamu kenapa kau harus berbisik di telinganya? Apa karena kau ingin mencari kesempatan untuk mendekati sooyeon. Kau menyukainya bukan?'', kata jieun.
''mweo??'', sooyeon terkejut dengan pernyataan jieun.

Seunghyun menghela nafas kemudian memalingkan mukanya ke arah lain.
''manager, kau tidak boleh melakukannya! Kau mengerti kan?'', kata jieun lagi.
''apa kau bisa berhenti bicara?'', tanya seunghyun.
''mweo? Kau menyuruhku diam?''.
''bahkan aku ingin kau pergi jauh dari hadapanku. Aku benar2 tidak ingin melihatmu lagi setelah ini!''.

Seunghyun dan jieun masih saja beradu mulut, sedangkan sooyeon mulai mengingat peristiwa yang ia alami sebelum kecelakaan itu terjadi.

''ah??'', kata sooyeon seraya memegang kepalanya.

*brrrruuuukkk* sooyeon terjatuh dan tidak sadarkan diri.
Seunghyun dan jieun sontak menoleh dan melihat sooyeon terjatuh di lantai.

''eotteohke? (bagaimana ini)'', seru jieun panik.

Seunghyun bergegas membopong tubuh sooyeon yang terkulai lemas.
''kenapa kau selalu membahayakan nyawa seseorang yang ada di dekatmu?'', kata seunghyun.

Namja itu berlari cepat ke salah satu ruangan di koridor itu, kemudian merebahkan sooyeon diatas sofa. Jieun berdiri di dekat sofa dan melihat seunghyun melepas sepatu milik sooyeon.
''kenapa hanya diam di situ? Panggil ambulan cepat!!'', seru seunghyun.
''ne! Arasseo!'', kata jieun gugup.

Jieun berjalan hingga sampai di depan pintu ruangan itu kemudian menoleh ke arah sooyeon.
''ambulan akan sangat lama, bagaimana jika kita membawa sooyeon ke rumah sakit dengan mobilmu?'', tanya jieun.
''lebih aman dengan ambulan, aku tidak ingin terjadi hal buruk pada sooyeon'', kata seunghyun.
''tapi,,,,''.
''panggil ambulan cepat!!!!''.
''ne! Ne! Arasseo!!''.

Tidak lama kemudian, jieun masuk lagi ke ruangan itu kemudian berdiri di hadapan seunghyun.
''apa kau sudah memanggil ambulan?'', tanya seunghyun.

Jieun hanya terdiam kemudian mengacungkan tangannya ke atas serta memejamkan matanya.
''aku adalah pengatur waktu! Tolong kembalikan waktu 2 jam sebelum ini!!'', teriak jieun.

Seunghyun terkejut melihat ulah jieun kemudian beranjak berdiri dan menepuk dahi yeoja itu.
''apa yang kau lakukan?'', tanya seunghyun.
''aku sangat panik! Tidak ada pilihan lain, selain menggunakan magic power-ku!!'', jawab jieun.
''kau gila?''.
''ya!''.
''panggil ambulan sekarang!!!''.

Jieun berlari seraya menahan sakit di kakinya.
''sooyeon pingsan, semua karena salahku! Kenapa aku begitu bodoh, aku hanya takut melihat mereka berciuman. Aku hanya tidak ingin seunghyun berciuman dengan wanita lain. Aiss!! Apa yang kau pikirkan, lee jieun!!'', kata jieun pada dirinya sendiri.

*sluruttttttt*
''aaaaaaa!!!'', teriak jieun saat tubuhnya meluncur diatas lantai yang licin.
*grubyaakkkkk* Jieun jatuh terduduk di lantai.

''nona! Apa kau baik2 saja? Mianhamnida!'', tanya seorang ajeossi, pekerja cleaning service di kantor itu.
''uhm, gwaenchanayo ajeossi! Aku hanya tidak berhati2'', kata jieun seraya berdiri di bantu oleh ajeossi itu.

''aahh!!'', pekik jieun saat kakinya menumpu berat tubuhnya.
''kau kesakitan? Apa aku perlu memanggil bantuan?'', tanya ajeossi itu cemas.
''aniyo! Kakiku sakit bukan karena terpeleset. Gwaenchana''.

Jieun berjalan pelan kemudian menoleh ke arah ajeossi yang sedang membersihkan sisa cipratan air di lantai itu.
''ajeossi, jangan biarkan lantai ini membuat seseorang terpeleset. Sebentar lagi menager choi akan membawa sooyeon melewati koridor ini'', kata jieun.
Ajeossi itu terdiam seraya memandang jieun keheranan.
''okeee??'', kata jieun lagi.


Di lobi kantor, Jieun berdiri di meja resepsionis dengan kaki gemetar.
''apa kau baik2 saja?'', tanya petugas resepsionis.
''kakiku hanya terkilir, gwaenchanayo! Tolong panggilkan ambulan untuk jung sooyeon'', jawab jieun.
''apa kau perlu sesuatu untuk mengobati kakimu?''.
Jieun menggeleng, ''aniyo! Gamsahae''.

Jieun kembali ke ruangan dimana ada seunghyun dan sooyeon. Yeoja itu menengok dari pintu dan melihat seunghyun begitu perhatian pada sooyeon.
''apa kau sudah panggil ambulan kemari?'', tanya seunghyun hingga membuat jieun terkejut.
''oh, ne!!'', kata jieun kemudian berjalan ke arah seunghyun yang tengah di sofa, di samping sooyeon.
''maafkan aku! Semua ini salahku!'', kata jieun lagi kemudian yeoja itu membungkuk meminta maaf.

Jieun beranjak kemudian berjalan keluar dari ruangan itu.
''apa aku menyuruhmu pergi?'', tanya seunghyun.
''kau bilang bahwa kau tidak ingin melihatku lagi setelah ini'', kata jieun.
''ya! Sekarang pergilah dan pastikan ambulan datang dengan waktu yang tidak lama''.

Jieun terdiam kemudian menutup pintu ruangan itu.
*tesss* air mata jieun menetes membasahi kedua pipinya. Jieun berusaha menahan air matanya itu untuk berhenti mengalir.


Tidak lama kemudian, ambulan itu datang dan seunghyun tampak gelisah saat sooyeon di bawa ke dalam mobil itu.
Jieun melihat seunghyun masuk ke dalam ambulance dan duduk di dekat sooyeon.

Jieun pov
#Manager choi, kau sangat panik saat melihat sooyeon pingsan di dekatmu dan kau membiarkan aku kesakitan dengan pergelangan kaki memar seharian ini. Kau tidak melihatku dan kau tidak bertanya *apa kau butuh bantuan?*.#end.


Jieun keluar dari kantor SM Ent kemudian pundaknya ditepuk seorang namja. Jieun menoleh dan melihat namja itu adalah asisten direktur lee.
''nona lee jieun, aku mencarimu dan jujur saja aku sangat kesulitan menemukanmu. Direktur ingin bertemu denganmu!'', kata pria itu.
''apa ada masalah serius?'', tanya jieun.

Asisten direktur lee dan jieun berjalan beriringan. Pria itu menoleh ke arah kaki jieun.
''apa ada masalah dengan kakimu?'', tanya pria itu.
''terkilir'', jawab jieun singkat.
''kau sepertinya sangat kesakitan''.
Jieun menggeleng, ''gwaenchanayo, ini memang sakit tapi aku bisa mengatasinya''.

Keduanya berdiri di dekat pintu lift. Pria itu tersenyum kemudian menekan tombol dan tidak lama pintu lift terbuka.

Didalam lift,
''sunbaenim, apa kau sudah lama bekerja dengan direktur lee?'', tanya jieun.
''10 tahun'', jawab asisten direktur itu singkat.
''apa dalam waktu selama itu kau pernah merasakan sakit hati karena perkataan direktur padamu? Atau mungkin orang2 dengan jabatan diatasmu?''.
''ketika orang lain berkata buruk padamu, anggap saja ia seperti jin. Ada tapi tak terlihat. Dengan seperti itu, kau tidak akan merasa marah dan semua akan menjadi baik2 saja''.
''ya itu benar!! Jin? Monster? Sepertinya dia memang pantas mendapat julukan itu''.
''siapa yang kau maksud dengan *dia*?''.
Jieun tersenyum, ''uhm, aniyo sunbaenim! berlaku baik pada orang yang menyakiti, uhm aku harus tetap belajar untuk itu''.
''kau mengambil pilihan yang tepat, nona. Ada cerita seorang pria dengan seekor kalajengking. Kalajengking itu terjatuh ke kolam dan tampak mengambang diatas air untuk mencoba tetap hidup. Pria itu melihat dan mencoba menolongnya dengan menjulurkan telunjuknya, namun kalajengking itu terus menyengatnya. Tapi pria itu tidak menyerah, terus mencoba mengeluarkan kalajengking itu dari dalam air, dan berkali2 pula telunjuknya di sengat kalajengking itu. Pria itu berkata *naluri alamiahku untuk berbuat baik tidak akan hilang hanya karena aku terus disakiti*''.
''ajeossi, gamsa hamnida! Mungkin 10 menit bersamaku, itu tidak berarti, tapi aku 10 menit bersamamu, sangatlah berarti''.


Tidak lama kemudian, Pria itu membukakan pintu untuk jieun dan yeoja itu masuk ke dalam ruang kerja direktur lee. Ajeossi itu sibuk dengan lembaran kertas yang akan ditanda tanganinya.
''direktur?'', sapa jieun *bow*.
''apa kau keluar dari perusahaan?'', tanya direktur.
''rencananya seperti itu, tapi aku mengurungkan niatku. Maafkan aku karena berita itu sampai kepada anda''.
''gwaenchana. Aku ingin kau membimbing donghae debut menjadi seorang artis. Donghae akan berhasil dengan didikan darimu dan sooyeon''.
''mweo? Donghae?''.
''ya donghae, putraku. Tapi yang harus kau tahu, donghae akan debut dengan nama dongchul, saudaranya yang sudah meninggal itu''.
''direktur, kenapa harus berkaitan dengan orang yang sudah meninggal? Aku tidak bisa membantunya''.
''apa kau hanya melihat pengorbanan donghae sebelah mata? Dia berkorban untuk ibunya dan sooyeon? Hal baik apa yang akan ia dapatkan dari pengorbanannya?''.
Jieun terdiam,

''tolong kau pikirkan baik2'', kata direktur lee.
''aku hanya ingin memberikan hal yang bernilai untuk donghae, walau itu harus mengaitkan dongchul. Aku lebih memikirkan perasaan orang yang masih hidup daripada yang sudah mati'', kata direktur lee lagi seraya meletakkan lembaran kertas itu kemudian beranjak dari tempat duduknya.


Jieun keluar dari ruang kerja direktur lee kemudian menutup pintu itu dengan sangat pelan.
''tidak memikirkan orang yang sudah mati? Apa kau pikir orang mati tidak melihat hal yang terjadi di dunia?'', guman jieun.

Jieun berjalan melewati koridor kantor dengan tertunduk. Namun ada seorang namja yang menghalangi jalannya. Setiap ia geser ke kanan, namja itu ikut ke kanan. Setiap jieun melangkah ke kiri, namja itu mengikutinya.
''kau nona lee jieun kan?'', kata namja itu.

Jieun mendongakkan kepalanya.
''aiss!! ternyata kau'', kata jieun saat tahu namja itu adalah lee donghae.
Namja itu tersenyum, ''ya aku!''.
''kau minggir!'', kata jieun seraya mendorong tubuh donghae ke kanan.

Donghae melihat jieun meninggalkannya dan memperhatikan langkah kaki yeoja itu.
''jamkkanman!!!!'', teriak donghae hingga membuat jieun menghentikan langkahnya.
''kau tetaplah disitu!!'', seru donghae lagi lalu berlari ke arah jieun.

Namja itu melepas sepatu boot jieun dengan paksa.
''kau membuat kakiku sakit!!'', teriak jieun seraya menjambak rambut donghae yang berjongkok di dekat kakinya.

Namja itu melihat pergelangan kaki jieun memar hingga tampak berwarna kebiruan.
''benar saja!! Ini lumayan parah'', kata donghae.
''aku baik2 saja'', kata jieun.
''ya, cukup kakakmu saja yang kesulitan berjalan. Aku tidak ingin kau akan seperti kakakmu, melihat mimpinya tergantung dilangit. Jangan menyepelekan perkara kecil seperti ini''.
''eung? Ini hanya masalah kaki, tapi kenapa kau???''.
''kau menyepelekan kakimu?''.
Jieun menggeleng. Donghae menunjukkan punggungnya kepada jieun.
''di sini'', kata donghae.
''donghae ah, ini bukan di drama korea yang sering kutonton. Kau tidak perlu seperti ini padaku'', kata jieun.
''anggap saja ini drama korea yang sering kau tonton! Kau pilih aku jadi siapa? Lee seunggi? Lee junki? Lee dongwook?''.
''aku pilih kau tetap menjadi lee donghae''.
Jieun dengan ragu berada di gendongan punggung namja itu.
''jika kau malu, sembunyikan wajahmu dan pejamkan matamu'', kata donghae.
''ne?'', jieun menyembunyikan wajahnya dibalik tubuh namja itu.
''uhm donghae ssi?'', kata jieun lagi.
''ne?''.
''run! Dont walk!!''.
Donghae tertawa, ''kau ingin aku menjadi siapa? Lee kwang soo? Kim jong kook? Yoo jae suk?''.

Semua karyawan SM Ent melihat kejadian itu hanya bisa memandang keheranan.
''apa mereka pacaran?'', tanya seorang staf kemudian meneguk kopi dari gelas yang ia pegang.
''bukankah dia sedang dekat dengan sooyeon?''.

Donghae menggendong jieun sampai di depan pintu mobilnya. Seunghyun dan sooyeon juga sedang keluar dari sebuah taksi kemudian melihat donghae bersama jieun.

Sooyeon pov
#kenapa semakin hari, aku melihat dia bukan seperti dongchul-ku. Ada apa denganku?#end.

''sooyeon pingsan di kantor, gara2 dia! Dan aku membawanya ke rumah sakit, jadi kau jangan salah paham'', kata seunghyun.
''hei manager choi, kenapa kau seperti itu padaku? Apa kau punya dendam pribadi denganku? Aku mencoba memahami bagaimana karaktermu, ternyata benar! Kau hanya jin yang tidak perlu kuperhatikan'', kata jieun.
''mweo? Jin? Aiss!!''.

Donghae membukakan salah satu pintu mobilnya kemudian meminta jieun untuk masuk ke dalam mobil itu.
''kau ingin pergi kemana?'', tanya sooyeon.
''jieun juga perlu mendapat pertolongan. aku tidak mengerti bagaimana perlakuan managernya hingga membiarkan stafnya bekerja dengan kaki memar'', kata donghae.

Sooyeon memperhatikan kaki jieun.
''uhm, aniyo sooyeon ssi! Gwaenchanayo!'', kata jieun.
''gaja!!'', kata donghae dari dalam mobilnya.

Jieun membungkuk memberi salam pada seunghyun dan sooyeon kemudian masuk ke dalam mobil itu. Donghae menstarter mobilnya kemudian melaju keluar dari basement. Seunghyun melihat mobil itu melaju dan jieun melihat seunghyun yang menoleh ke arahnya dari kaca spion.
''kau jangan tersinggung dengan ucapan seunghyun? Dia pun bersikap seperti sejak dia masuk pertama kali ke dalam keluargaku'', kata donghae.
''mweo? Kau dan seunghyun bersaudara?'', tanya jieun.
''aniyo! Ayah membawa seunghyun dan berkata kalau namja itu yatim piatu sejak ayah ibunya meninggal karena kecelakaan''.
''mweo? Seunghyun yatim piatu?''.
Donghae mengangguk, ''ne!''.

''ternyata seunghyun sama sepertiku. Yatim piatu karena hal yang sama'', batin jieun.

''sejak seunghyun masuk ke dalam keluarga kami, entah kenapa aku tidak menyukainya. Aku ingin menang darinya dalam segala hal'', kata donghae.
''kemenangan sejati bukan karena kau berhasil mengalahkan orang lain, tetapi karena kau berhasil mengalahkan dirimu sendiri. Mengalahkan keangkuhan dan ketakutanmu'', kata jieun.



=di Rumah Sakit=
Jieun keluar dari sebuah ruang perawatan dengan pergelangan kaki diberi sebuah plester yang dapat melenturkan otot.
''sekarang kau sudah merasa lebih baik?'', tanya donghae.
Jieun mengangguk, ''gomaweo''.
''kalau begitu, aku akan mengantarmu pulang atau kau kembali ke kantor?''.
''sebenarnya aku sudah berniat keluar dari perusahaan ayahmu. Hari ini aku tidak bekerja''.
''Uhm, donghae ah?'', kata jieun lagi.
''eung??''.
''karena kau sudah menolongku, aku akan membalasnya dengan menjadi trainer pianomu''.
''mweo??''.
''tapi bersyarat''.
''apa syaratnya??''.
Jieun tersenyum,



=Hall SM Ent=
Sooyeon berdiri di dalam ruangan di dekat kaca besar yang ada di gedung SM Ent.
''Sooyeon ah, kau tidak lagi menjadi trainer lee taemin'', kata seorang agashi seraya memberikan sebuah surat perhentian tugas training.
''wae? Apa karena aku tidak baik mengajar? Apa ada yang berbeda denganku dulu dan sekarang'', tanya sooyeon.
Agashi itu menggeleng, ''kau akan menjadi trainer untuk pre debut donghae''.
''nuguya??''.
''uhm, maksudku dongchul. Direktur berencana mendebutkan dongchul sebagai artis dari SM Ent. Jadwal debutnya setelah Shinee melakukan come back bulan depan''.
''dongchul akan menjadi pianis yang dikenal banyak orang?''.

Sooyeon tersenyum lalu memandang keluar gedung itu.
''SM Ent akan membawa dongchul menjadi seorang pianis. Tidak ada gunanya seseorang memiliki bakat tapi ditunjukkan di tempat yang tersembunyi'', guman sooyeon.


Ruang kerja seunghyun,
Namja itu tampak tidak konsentrasi mengerjakan tugas yang ada di mejanya. Seunghyun teringat saat jieun memilih pergi bersama donghae dan tentang perlakuannya pada jieun saat sooyeon jatuh pingsan.
''sepertinya aku terlalu keras pada jieun'', gumannya.

Ponsel seunghyun berdering, *sooyeon calling*
''uhm manager choi, terima kasih karena kau memilihku untuk menjadi trainer dongchul. Ini adalah waktu yang aku tunggu!'', kata sooyeon terdengar dari ponsel seunghyun.
''ah, ne'', kata seunghyun.
''apa kau ada waktu untuk sekedar minum kopi bersamaku?''.



=Tempat Pemakaman=
Jieun melepas sabuk pengamannya. Donghae keluar dari mobilnya kemudian membuka pintu yang ada di sebelah jieun.

Donghae mengulurkan tangannya ke arah jieun.
''wae gurae?'', tanya jieun.
''aku harus memegangmu agar kau tidak terjatuh'', jawab donghae.
''apa kau bisa bersikap wajar? Ini membuatku merasa aneh!''.
''ini wajar! Kau tidak perlu berkata *wow* untuk ini! Ayolah, nona lee jieun!''.

Jieun tersenyum lalu mengulurkan tangannya. Namja itu menggenggam tangan jieun.
''Ternyata donghae tidak seburuk yang ku pikirkan'', batin jieun.

Keduanya melangkah di sebuah jalanan yang akan membawa mereka ke makam dongchul.
Jieun memandang sebuah makam yang bertuliskan *lee dongchul rest in peace*

''dongchul meninggal karena kecelakaan?'', tanya jieun saat donghae menceritakan kronologi kematian dongchul.
''Setelah festival musik piano klasik itu. Menurut keterangan polisi, mobil dongchul menghindari seorang pejalan kaki'', jawab donghae.
''jeongmalyo? Mungkin jika itu bukan dongchul, dia akan memilih menabrak pejalan kaki itu. Bahkan pejalan kaki itu tidak menunjukkan batang hidungnya dan meminta maaf?''.
''siapapun dia? Aku tidak pernah memikirkannya''.
''kenapa ada orang yang tidak tertib di korea? Dia bahkan membahayakan nyawa orang lain''.

Jieun memejamkan matanya,
''Tuhan, beri tempat terbaik untuk dongchul disisiMu'', ucap jieun.

Donghae terus memperhatikan yeoja yang sedang berdoa itu.
Namja itu tersenyum, ''dekat dengan gadis bernama lee jieun bukan hal yang buruk''.

Jieun membuka matanya lalu memandang donghae.
''nona lee jieun, apa ada syarat lain yang ingin kau ajukan setelah ini?'', tanya donghae.
''setelah kau mengantarku ke makam dongchul. masih ada syarat yang ku ajukan'', kata jieun.
''malhae!''.
''tetaplah menjadi donghae walau kau dikenal sebagai dongchul. Jangan bersusah payah hanya untuk menjadi dongchul. Tetaplah seperti ini, bagaimana tuan lee donghae?''.

Donghae mengangguk lalu mengacungkan ibu jarinya.
''tetap seperti ini'', kata donghae.
''kau setuju kan tuan lee dongchul'', kata jieun seraya memandang nisan dongchul.

Jieun memandang donghae,
''awalnya aku merasa musik bukan jiwamu, tapi kenapa kau ingin melakukan ini semua? Jangan memberiku alasan karena ibumu dan sooyeon'', kata jieun.
''aku ingat ucapan seunghyun pada dongchul waktu kami kecil. *jika kau tidak bergerak membangun mimpimu, seseorang justru akan mempekerjakanmu untuk membangun mimpi mereka*'', kata donghae.
''uhm, jieun ah, kenapa kau ingin sekali membantuku?'', tanya donghae lagi.
''saat aku membantu orang lain, maka aku sedang menginvestasikan harta yang berharga untuk masa depanku''.

Jieun menyentuh nisan dongchul,
''Untuk sementara waktu donghae akan memakai namamu dan tidak lama lagi, makam ini akan sama seperti makam yang ada di sana'', kata jieun seraya memandang makam yang terdapat bayak medali.
''aku akan membantu donghae membangun mimpinya'', kata jieun lagi.

''Tuhan pandanglah hatiku dan lihat kedalamannya. Apa yang Kau tahu? Ya itulah kerinduanku'', batin donghae.

(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will))

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar