Green  Pencil

Sabtu, 08 Juni 2013

Nami Romance*2

Judul: Nami Romance
Genre: Action, Romance, Comedy
Part: 1-10
Cast:
Cha Na Mi (You)
Choi Siwon (Super Junior)
Lee SeungRi (BigBang)
Park Gyuri (Kara)

Ost: Kim Hyun Joong - Kiss Kiss

Part *2

=Nami Island=
Nama pulau nami berasal dari nama seorang pahlawan muda bernama jenderal nami yang diangkat menjadi pemimpin pada usia 25 tahun dan berjaya pada tahun 1943. Makamnya ada di komplek pulau nami.

Go>>

Baru saja bibir nami menyentuh bibir pria itu dan akan memberi nafas buatan, tiba2 namja itu sadarkan diri.
Mata nami dan pria itu saling menatap, namja itu hanya bisa berkedip dan memandang nami.
Lalu,
''hyaaaaaaaaaa!!'', teriak nami syok.

(Ost: Kim Hyun Joong - Kiss Kiss)

Nami menampar pipi namja itu berkali2 sambil berteriak histeris.

*plak plak*

''kenapa kau sudah sadar! Hah!'', teriak nami.
''ayo pingsan lagi! Hei kau'', seru nami lagi.

Namja itu memegang tangan nami erat untuk mencegah yeoja itu terus menamparnya.
Namja itu menatap nami yang sudah merah padam. Nami hanya menunduk memalingkan mukanya sambil memukul dahinya.

''nami babo!'', gumannya.

Nami pov
#aku benar2 malu, saat namja asing itu tiba2 sadar. Bagaimana tidak? Aku seorang gadis dan aku kedapatan sedang menciumnya. Bukan, bukan, aku tidak menciumnya hanya memberi nafas buatan. Hanya saja aku tidak tahu caranya#end.

Tiba2, namja itu bangun dan berlari ke belakang pohon.

*hoek hoek hoek*
Namja itu muntah2 sambil terus memegang perutnya. Namja itu menyandarkan tubuhnya di batang pohon sambil memejamkan matanya.

*hoek hoek hoek*
Namja itu muntah2 lagi.

Nami mendekati namja yang sedang muntah2 itu, kemudian Namja itu menoleh ke arah nami.
''apa tadi kau menciumku?'', tanya namja itu.

''hyaaaa! apa kau ingin katakan bahwa kau muntah karena aku cium?'', teriak nami.
''Eomeo, siapa yang menciummu? aku tidak menciummu'', teriak nami lagi.

''lalu apa yang kau lakukan tadi, jika tidak kau katakan bahwa kau menciumku?''.

''kalau aku tidak menolongmu, kau sudah mati! Aku memberimu nafas buatan, itu saja!'', kata nami sambil menengok ke arah laut.
''apa kau terdampar? Lalu apa kapalmu tenggelam? Dimana teman2mu yang lain?'', tanya nami penasaran.

Namja itu hanya memandang nami tanpa menjawab pertanyaan yeoja itu.

''aku tidak memintamu untuk menolongku'', kata namja itu sambil membuka baju selamnya didepan nami.

Nami begitu terkejut ketika pria asing itu membuka baju dihadapanku.
''apa yang kau lakukan? Apakah aku menolong pria mesum?'', seru nami.
''namja ini membuka bajunya di depan seorang gadis. Ya ampun, benar2 keterlaluan'', guman nami sambil terus memperhatikan namja asing itu.

''kau bicara apa?'', seru namja itu karena mendengar nami berguman sendiri membicarakan dirinya.

Namja itu menurunkan retsleting pakaian selamnya hingga di bagian perut lalu melepas bagian lengannya.
Nampak perut rata namja itu hingga membuat nami semakin takut.
''apa kau akan melepas pakaianmu disini? Hei pria mesum'', seru nami.

Namja itu tidak mengindahkan nami yang terus berceloteh padanya lalu mencari tas ransel yang ia bawa.

Namja itu membuka tas anti air yang ia bawa saat menyelam lalu mengambil pakaian untuknya.
''kau tetaplah disini jangan mengintipku'', pesan namja asing itu lalu berjalan ke arah sebuah batu besar tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Tidak lama kemudian, namja itu muncul dengan pakaian yang ia ambil dari dalam tasnya.

''aku bukan laki2 mesum. Dan aku tidak akan tertarik padamu, walau hanya kau satu2nya gadis yang ku temui di pulau ini'', kata namja itu kemudian mengambil tasnya dan berlalu dari tempat itu.

Nami menyandarkan tubuhnya di batang pohon birch yang banyak tumbuh di pulau itu dan merupakan tanaman endemik.

Namja itu menoleh lalu memandang pakaian nami yang basah kuyup. Namja asing itu menghampiri nami kemudian mengambil jaket kulit warna merah miliknya dan diberikan pada yeoja itu.
''kau pakai ini, dan kembalikan padaku dalam keadaan bersih'', kata namja itu.

Nami menerima jaket pria yang baru saja ditolongnya itu.
''ternyata kau cepat sehat padahal aku pikir kau akan mati'', kata nami.

''mweo?? Aku tidak akan mati semudah itu'', kata namja itu dengan santainya.

''kau tidak mau mengakui saat kau benar2 membutuhkan bantuan orang lain''.

''kau siapa? Kau tidak mengenalku. Lebih baik kau diam saja''.

''hyaa, Dengar! Tuhan memakai aku seorang wanita yang kau anggap lemah ini untuk menyelamatkan nyawamu''.

''aku tidak ingin mendengar apapun dari gadis pulau sepertimu''.

Namja itu berjalan mendahului nami,

''kurang ajar'', batin nami sambil mengepalkan tangannya erat.


Yeoja itu berlari mengejar namja asing yang baru saja ditolongnya itu.
Namun Namja itu menoleh lalu mengacungkan telunjuknya ke arah nami.
''jangan mengikutiku'', kata namja itu.

Namja asing itu nekat berjalan menyusuri jalan setapak diatas bukit karang dalam kondisi hujan lebat.



=departemen kepolisian seoul=
*tittttttt titttttt*
Sinyal detektor pelacak terdeteksi kembali.
Anggota yang tugas di ruang kendali komunikasi memeriksa sinyal pelacak itu dari alat komunikasi canggih dengan penginderaan jarak jauh.


Siwon siwon menemui ayahnya, komisaris choi di ruang kerjanya.

''ayah??'', kata siwon.

''apa kau sedang ada dirumah, Hingga kau memanggilku dengan sebutan ayah?'', kata komisaris choi.

''ne, komisaris choi'', kata siwon lalu tersenyum ke arah komisaris choi.

Komisaris choi membalas dengan tersenyum,
''siwon ah, terima kasih kinerjamu di departemen kepolisian sangat baik''.

''ne, komisaris choi, apa komisaris bisa memberitahuku tentang penutupan kasus pembunuhan dan perdagangan senjata ilegal yang melibatkan lee bowman 15 tahun silam?''.

Komasaris choi mengeryitkan dahinya,
''kenapa kau tanyakan kasus itu yang sudah lama ditutup itu?''.

''aku membuka catatan lama dan aku sangat tertarik. Aku tidak tahu kenapa aku begitu tertarik dengan kasus ini''.
''uhm komisaris, kenapa kasus itu ditutup, kematian lee bowman tidak berarti kasus itu selesai'', kata siwon lagi.

*toktoktok*
Terdengar pintu ruang kerja komisaris choi diketuk seseorang.

Anggota staff komunikasi masuk ke ruang kerja itu dan memberi hormat kepada komisaris choi lalu menghampiri siwon.
''Brigadir choi siwon, sinyal alat deteksi itu muncul kembali'', kata pria itu.

Siwon mengangguk,
''aku akan segera kesana, jankkanman!'', kata siwon.

Siwon memandang ayahnya itu, ''komisaris, aku akan menemuimu nanti tentang kasus itu, tolong jelaskan padaku''.

Komisaris choi mengangguk, ''bekerjalah dengan baik. segala sesuatu tidak dapat diselesaikan hanya dengan menunggu. Ketika kau menemukan jalan untuk menyelesaikan kasusmu langsung tuntaskan sebelum jalanmu kembali buntu. Ara?'', kata komisaris choi.

Siwon mengangguk, lalu beranjak dari tempat duduknya. Tidak lupa ia memberi hormat pada atasan sekaligus ayahnya itu.


Siwon berjalan lebih cepat ke arah ruang komukasi, hingga tidak memperhatikan gyuri yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya.

''siwon selalu saja tidak memperhatikan aku disaat sibuk seperti ini. Menyebalkan sekali'', gerutu gyuri seraya terus berjalan tanpa menyapa siwon.

Siwon juga tidak menoleh walau ia menyadari gadis yang berpapasan dengannya adalah park gyuri.


Diruang kendali komukasi, siwon memperhatikan sinyal alat deteksi kembali aktif.
''aktifkan GPS nya'', perintah siwon.

''siap laksanakan'', jawab salah seorang anak buahnya kemudian menekan tombol2 di perangkat detektor alat pelacak itu.

Sensor GPS sudah diaktifkan dari pengindraan jarak jauh.
Pada mulanya alat detektor itu menyorot negara korea, lalu semakin memperbesar obyek dan menyempitkan daya pandang dengan menyorot daerah sungai han lalu menarik koordinat dengan jarak 64 km dan gambar di monitor komputer terfokus pada pulau berbentuk bulan sabit.
''pulau nami??'', seru semua anggota polisi yang sedari tadi terus memperhatikan perkembangan sinyal detektor itu.

''apa tujuan seungri ada di pulau nami? Apa mungkin dia menyimpan senjata ilegal itu ada disana?'', guman siwon.

''tolong awasi terus, jangan sampai sinyal alat pelacak itu hilang, kau mengerti?'', kata siwon pada anak buahnya.

''baik'', kata anak buah seraya terus memperhatikan sinyal berwarna merah di layar komputernya.



=pulau nami=
Hujan sudah mulai reda. Nami mengikuti namja asing ditolongnya. Yeoja itu terus memperhatikan namja yang sibuk mencari sinyal handphone.

''untung ponselku tidak rusak. Tas itu lumayan menyelamatkan hidupku. Aku selalu beruntung'', guman namja itu.

Pria itu melangkahkan kakinya menaiki bukit yang lebih tinggi dan berharap mendapat jangkauan sinyal yang lebih baik.

''kenapa disini sinyal tidak sebagus di seoul, aiss!!'', gerutu namja itu tanpa menyadari seorang yeoja terus saja memperhatikannya dengan berdiri tidak jauh darinya.

Mendengar pria itu menyebut2 nama seoul, mata nami langsung berbinar2.
''kau dari seoul? Apa kau bisa membawaku ke seoul?'', tanya nami seraya menyunggingkan senyumnya.

''kau siapa, hingga aku akan membawamu ke seoul. Uhm, Kau bisa memberitahuku, dimana ini?''.

''kau ada di pulau nami. Ternyata kau sedikit kampungan. Apa yang kau kenal hanya pulau jeju saja?''.

''pulau nami?? Ya, ini yang aku inginkan. Pasti aku akan menemukan orang itu'', guman namja itu lalu menyunggingkan senyumnya tanpa menjawab pertanyaan nami.

''siapa yang kau maksud dengan orang itu? Uhm ireumi mweoyeyo (namamu siapa?)''.

''apa itu penting bagimu? Bagiku tidak penting kau tahu namaku atau tidak'', kata namja itu sambil terus mengangkat ponselnya tinggi2 untuk mencari sinyal.

''guraeyo, aku akan mengatakan pada kepala desa bahwa ada teroris menyusup ke pulau ini'', kata nami seraya berlari menuruni bukit dan pergi ke arah desa.

''mweo? Heii tunggu'', seru namja asing itu.

Namja itu kemudian berlari mengejar nami lalu menahan gadis itu.
''baiklah, namaku lee seungri. Aku bukan teroris, aku seorang anggota,,, uhm lupakan!'', kata seungri.

''anggota? Kau anggota kepolisian?'', tanya nami.

''aku bukan seorang polisi!'', kata namja itu sambil menjentikkan jarinya ke dahi nami.

Hari sudah menjelang sore, nami teringat ayahnya sehingga yeoja itu memutuskan untuk pulang.
''ayah, pasti mencariku. Aku harus pulang!'', gumannya.

Nami berlari menuruni bukit dan meninggalkan seungri seorang diri.

''yakk, yeoja itu meninggalkan aku sendirian disini. Hei kau kembali!!'', teriak seungri pada nami.

Nami hanya menoleh lalu melambaikan tangan.
''aku harus pulang, ayahku pasti akan sangat khawatir. Sampai jumpa lagi! Terima kasih untuk jaketnya!'', teriak nami.

''kau harus kembalikan jaket itu, besok kau harus bawa kembali padaku''.

''jangan khawatir!'', teriak nami lalu bergegas meninggalkan tempat itu.

Seungri berjalan celingukan di sekitar bukit karang. Namja itu terlihat kebingungan melihat ada banyak jalan di sana.
''aku harus lewat jalan mana? Aiss, gadis itu berjalan lewat mana tadi? Ke sana atau ke sebelah sini?'', guman seungri sambil menunjuk ke arah jalan.


Nami berlari cepat menyusuri jalan setapak karena mengingat hari sudah senja. Namun langkahnya terhenti dan menoleh ke belakang.
''jika namja itu kutinggalkan sendirian, dia akan tersesat'', guman nami.

Yeoja itu berbalik arah dan mulai berlari berharap cepat dapat menemukan namja asing itu lagi.

Tidak lama kemudian, nami melihat seungri yang sedang kebingungan melihat banyak simpangan jalan di depannya.
''hyaa, kau meninggalkan aku sendirian disini? Aiss'', teriak seungri saat melihat kedatangan nami.

''di pulau nami ada 4 jalan utama yaitu jalan cemara, sakura, ginko dan metsequonia. Tinggal kau pilih saja, keempatnya akan menuntunmu pada tempat yang berbeda'', terang nami.

''aku harus lewat jalan mana?''.

''terserah kau. Pakailah keberuntunganmu. Bukankah kau bilang kau adalah pria yang beruntung. Percayai saja kakimu itu akan menuntunmu pada jalan tepat''.

''kenapa tempat ini begitu membingungkan?'', guman seungri.

Nami meninggalkan seungri yang masih kebingungan menentukan jalan yang harus ia pilih.


Disisi lain pulau nami, Tuan cha berjalan menyusuri jalanan kecil di desanya untuk mencari putrinya.

''ayah??'', panggil nami ketika melihat ayahnya berada tidak jauh dari tempat ia berdiri.

Nami langsung berhambur kepelukan tuan cha.
''ayah, maafkan aku. apakah hatimu terluka karena sikapku?'', tanya nami.

''anieyo, karena kau kembali padaku. Gomaweo'', kata tuan cha.

Nami mengangguk lalu menarik tangan ayahnya.
''ayah, ayo kita pulang, sebelum tempat ini menjadi benar2 gelap'', ajak nami.


Seungri memutuskan untuk mengambil jalan yang dinamai dengan jalan sakura. Namja itu berjalan ke arah desa dan mencari sebuah penginapan. Dan didapatinya penginapan kecil yang begitu sederhana.

Penginapan itu milik seorang ajumma. Terlihat Sang pemilik penginapan sedang merapikan peralatan masak yang baru saja dicucinya kemudian dijajarkan di dekat sumur.

''annyeong hasimnikka'', sapa seungri.

Ajumma itu menoleh dan menyadari ada seorang asing berdiri di halaman penginapannya.
''apa kau wisatawan?'', tanya ajumma itu.

''oh ne. Aku butuh sebuah kamar untuk menginap''.

''ya, kau beruntung. Saat ini penginapanku tersedia banyak kamar kosong''.

Seungri tersenyum lalu mengangguk, ''gamsa hamnida''.



=di sebuah pusat perbelanjaan, kota seoul=
Siwon menemani gyuri berbelanja perlengkapan dapur untuk apartemen barunya.

Siwon mendorong troli yang berisi barang belajaan milik gyuri, sedangkan yeoja itu sibuk memilih barang2 yang ia butuhkan di supermarket itu.

''gyuri ah, apa kau yakin akan tinggal sendirian tanpa orang tuamu?'', tanya siwon.

''aku yakin, aku bukan anak kecil lagi'', jawab gyuri.
''saat aku mengalami kesulitan, kau adalah orang pertama yang aku hubungi. Lihat! nomer ponselmu ada di urutan pertama'', kata gyuri lagi sambil menunjukkan deretan kontak nama di ponselnya.

Siwon tersenyum dan berjalan meninggalkan gyuri seraya mendorong troli.

''aiss, siwon ah. Tunggu aku!!'', gyuri berlari mengejar siwon.

Gyuri langsung menggandeng tangan siwon yang sedang mendorong troli itu.
''jangan pernah kau biarkan aku merasa sendirian'', kata gyuri.

Siwon mengusap rambut gyuri, ''ne. selama ada aku disisimu, kau tidak kubiarkan merasa sendirian''.

''ya aku percaya'', kata gyuri seraya mengambil dua buah tomat lalu ditempelkan di matanya hingga nampak wajah lucu dari yeoja itu.

Siwon tertawa melihat tingkah gyuri lalu mengambil sebuah wortel dan ditempelkan di hidungnya.
''kalau aku berbohong, hidungkan akan sepanjang wortel ini'', kata siwon.

''hentika, kau membuat perutku sakit. Hidungmu sudah panjang tanpa wortel itu'', kata gyuri sambil menahan tawa.



=di sebuah penginapan, pulau nami=
Ajumma pemilik penginapan menunjukkan sebuah kamar yang sederhana pada seungri.

''ajumma, apakah ada kamar yang lebih baik dari ini?'', tanya seungri.

''hyaaa, kalau kau ingin fasilitas kamar yang mewah, kembalilah ke seoul!!'', teriak ajumma itu.

''galak sekali. Aku hanya bertanya saja''.

Ajumma itu hanya mendengus lalu meninggalkan seungri.
Tak lama kemudian ajumma itu datang kembali sambil membawa sebuah selimut.
''pakai selimut ini, malam hari disini akan sangat dingin'', kata ajumma itu.

''ne, gamsa hamnida'', kata seungri *bow*.

Seungri masuk ke dalam kamarnya dan terus memperhatikan layar ponselnya.
''disini juga tidak ada sinyalnya!'', gerutu seungri.

Seungri menaruh selimut pemberian ajumma pemilik penginapan itu lalu mulai merebahkan tubuhnya.
''gadis itu menyelamatkan nyawaku. aku tidak akan mengucapkan terima kasih padanya, nanti dia akan besar kepala'', kata seungri seraya memandang langit2 kamarnya.

''dia baik sekali, nyatanya dia kembali untuk menunjukkan jalan padaku. Kalau aku jadi yeoja itu, mungkin aku tidak akan kembali apalagi aku harus menolong gadis sepertinya'', kata seungri pada dirinya sendiri.



=rumah nami=
Nami dan ayahnya memasak sup kerang. Hasil tangkapan tuan cha lumayan banyak hingga nami bisa merasakan sedikit kerang dan sisanya dijual untuk kebutuhan hidup sehari2.
''ayah, lobster ini dijual saja. Kita butuh uang'', kata nami.

''kita tidak butuh uang tapi butuh makan. Tuhan sediakan lobster ini untuk kita makan'', kata tuan cha.

''tapi besok kita tidak tahu apakah uang yang kita punya cukup atau tidak''.

''hari ini pikirkan untuk hari inu, besok memiliki kesusahannya sendiri. Tuhan saja menyediakan makanan untuk burung2 di udara, kenapa kau khawatir? Kau lebih dari burung2 itu''.

Nami mengangguk, ''ayah, aku sangat bersyukur menjadi putrimu''.

''jeongmalyo? Tapi ayah yang hanya bisa memberimu sup kerang setiap hari''.

''anio, ayah lebih dari itu. Ayah mengasihiku, melindungku. Ayah menjadikan aku seperti biji mata ayah sendiri. Gamsa hamnida''.

''Tuhan, Berikan aku hati untuk selalu dapat membalas kasih ayahku. terima kasih karena Engkau menjadikan aku anak seorang cha chunsu'', batin nami seraya menatap ayahnya yang sibuk mengaduk sup kerang.

Nami mememperhatikan ayahnya yang berkali2 meniup tungku api agar apinya tetap menyala.

Nami pov
#apa yang membuat ayah bertahan hidup dipulau ini? Bukankah kehidupan di seoul jauh lebih baik dari ini? Ayah selalu membuatku menangis ketika kulihat ayah mengusap peluhnya. Pasti sangat menderita. Ayah, ijinkan aku menjadi seorang polisi, aku yakin hidup kita akan lebih baik. Aku ingin membuatmu bahagia#end.


Tuan cha mencidukkan sup kerang itu ke dalam mangkuk dan memberikannya kepada nami.
''tolong bawa ini ke tempat bibimu, hati2 ini sudah malam'', kata tuan cha.

Nami Pov
#bibi kang sora, kami anggap sebagai keluarga kami sendiri. Bibi sora tidak punya anak, suaminya meninggal saat pergi berlayar mencari ikan. bibi sora mempunyai sebuah penginapan kecil yang hanya ramai bila liburan musim panas. saat ini adalah musim semi, penginapannya sangat sepi, aku kasian padanya.
Disaat kekuranganpun bibi selalu berbagi makanan pada kami. Saat ini Kebaikan bibi sora hanya bisa kami balas dengan semangkuk sup kerang#end.

Nami mengangguk lalu masuk ke dalam rumahnya. Tampak jaket pria asing yang baru dikenalnya itu tergantung dibelakang pintu kamar tidurnya.

''aku rasa namja itu pria yang baik karena dia meminjamkan jaketnya untukku'', guman nami.

Nami mengambil syal dan sweaternya karena pulau nami sangat dingin ketika malam.



=di sebuah penginapan=
Seungri mengambil pistol yang tersemat dibalik bajunya. Pistol itu memiliki jumlah peluru yang masih utuh.

*tap tap tap*
Terdengar suara langkah kaki masuk ke penginapan itu, langkahnya makin terdengar jelas.

Seungri tidak memperhatikan siapa yang datang dan terus saja membersihkan pistolnya dari debu.

*ceklekk*
Tiba2 pintu kamar seungri dibuka seseorang dari luar.

Seorang gadis mendongokkan kepalanya seraya kedua tangannya membawa mangkuk.

''hyaaaa!!!'', teriak seungri sambil melempar pistolnya ke bawah lemari pakaian.

''mianhamnida!'', seru nami lalu menutup pintu kamar itu.

Seungri didalam kamarnya masih terduduk terbengong.

Beberapa detik kemudian, pintu kembali terbuka.
''Apa kau tahu dimana bibi sora berada?'', tanya nami tanpa menyadari pria itu adalah namja yang ditemuinya di pantai.

Seungri menggeleng lalu mendekati nami.

Seungri pov
#aku kira gadis ini tidak menyadari aku membawa pistol. Syukurlah, gadis ini selalu membuatku terkaget2 dengan kemunculannya yang tiba2 dan disaat yang tidak tepat. Gadis ini lebih menakutkan daripada hantu#end.


=rumah siwon, kota seoul=
Sebuah mobil masuk ke dalam rumah dinas kepala polisi.
Siwon memarkirkan mobilnya dengan rapi lalu masuk ke dalam rumahnya.

''aku pulang!!'', seru siwon seraya melepas sepatunya lalu masuk ke ruang tengah, tempat dimana ia dan ayahnya bersantai.

Siwon melihat sebuah foto lalu menyunggingkan senyumnya. Foto keluarga tuan choi, siwon kecil dan juga seorang wanita. Ibu siwon sudah meninggal karena sakit, sejak namja itu duduk di bangku sekolah dasar. Tuan choi memutuskan untuk tidak menikah lagi dan mengasuh siwon sendirian.

Siwon pov
#eomma, aku menjadi seorang polisi seperti ayah. Ayah adalah seorang komisaris polisi yang berdedikasi tinggi. Aku ingin sepertinya. Eomma, aku akan membuatmu bangga. Aku mencintaimu. Seandainya ada kurir pos yang bisa mengantarkan suratku ke surga pasti eomma akan mendapat banyak surat dariku karena aku ingin berbagi hal dalam hidupku, bagaimana aku menyukai seorang gadis dan juga dengan pekerjaanku setiap hari#end.

''siwon ah, kau sudah pulang?'', sapa tuan choi melihat siwon sedang memperhatikan foto keluarga.

''ne, appa!'', jawab siwon.

''apa kau merindukan ibumu?''.

Siwon mengangguk, ''aku merindukannya setiap hari''.

''ayah juga demikian. Ibumu ada didalam sini'', kata tuan choi seraya menunjuk kearah dadanya.

Siwon merebahkan tubuhnya di sofa lalu memejamkan matanya.
''apa kau pergi bersama gyuri?'', tanya tuan choi.

''ne''.

''gyuri tahu kau menyukainya?''.

''anieyo, aku takut sikap gyuri akan berubah ketika dia tahu aku menyukainya''.

''aku melihat gyuri menyukaimu. Jangan biarkan seorang gadis menunggu terlalu lama, siwon ah''.


Siwon sedang menikmati mandinya dengan perut sixpack yang benar2 terlihat seperti batang coklat.
Namja itu menghidupkan shower lalu membasuh wajahnya yang terkena busa shampoo.

''gyuri! park gyuri. Aku menyukaimu'', kata siwon pada dirinya sendiri.
''kenapa kau tidak juga menyadarinya'', gerutu siwon.



=Apartemen Gyuri=
Di dalam apartemennya, gyuri merebahkan tubuhnya seraya membayangkan sosok siwon.

Gyuri pov
#aku bersahabat dengannya sejak lama, aku menyukai siwon sejak di bangku sma, jauh sebelum aku masuk akademi kepolisian. Pribadi yang hangat, senyumnya juga sangat memikat. Matanya memancarkan kasih yang luar biasa walaupun ia tumbuh besar tanpa kasih seorang ibu#end.



=penginapan bibi sora, pulau nami=
Nami mencari bibi sora di segala tempat dalam penginapan itu namun bibi sora tidak kunjung muncul.

Seungri mengikuti gadis itu dari belakang.
''hei, apa kau bawa?'', tanya seungri.

Nami menoleh lalu terdengar *krucuk krucuk* dari perut seungri hingga membuat yeoja itu terpingkal.

''ini sup kerang. Kau lapar ya?'', kata nami.

Nami terus memperhatikan wajah pria itu dan mengingatkannya pada seseorang yang pernah ia temui.

''mweo? Kau pria yang ada di pantai itu kan?'', tanya nami lagi.

''ne, kau baru menyadarinya? Astaga!''.
''uhm aku akan membeli semangkuk sup kerangmu, berapa yang kau minta? 10 rb won atau lebih?'', kata seungri lagi.

''semangkuk sup kerang ini hanya kau hargai 10 rb won?? Aigoo!!''.

''eolmayeyo (berapa?) apa aku harus membayar semangkuk sup kerangmu sama dengan harga sewa penginapan ini semalam?''.

''sewa kamar ini semalam 25 ribu won, tapi sayang sup kerang ini tidak ku jual'', kata nami lalu keluar dari penginapan bibi sora.

Namun seungri menahan gadis itu pergi, karena perutnya sudah terlanjur lapar, mempertahankan gengsi akan membuatnya kelaparan semalaman.

''guraeyo! Apa yang harus ku berikan padamu agar aku mendapatkan sup kerang itu?'', tanya seungri.

''bawa aku pergi dari pulau ini, aku ingin ke seoul!'', kata nami lalu tersenyum.

''mweo?'', seungri hanya bisa melongo.

(Kim Hyun Joong - Kiss Kiss)

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar