Green  Pencil

Rabu, 05 Juni 2013

Sweet Innocence *8

Judul: Sweet Innocence
Genre: Romance
Part: 1-19
Cast:
IU/ Lee JiEun
Lee Donghae Super Junior
TOP/ Choi Seunghyun BigBang
Jessica jung/ Jung sooyeon SNSD

#lee dongchul: saudara kembar lee donghae (hanya di FF ini^^)

Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will)

Part *8

Seunghyun mengambil sebuah harmonica yang ia simpan di lemari kamarnya.
''aku akan mencobanya! Apakah suaranya masih terdengar bagus?'', kata namja itu.
Seunghyun mencoba memainkan harmonica itu dan alunan musik indah keluar dari harmonica itu.



=Di dalam kamar jieun=
''harmonicaku?'', gumannya seraya memandang ke arah luar jendelanya.
(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will))

''kenapa aku jadi teringat harmonicaku? Jujur saja, aku tidak ingin harmonica itu hilang'', kata jieun lagi.

''jika hidupku seperti serial drama, sekarang aku akan menemukannya lagi tapi sayang ini bukan seperti serial drama yang sering ku tonton. Aku tidak akan bisa menemukan sesuatu yang hilang''.

Jieun keluar dari kamarnya, ia melihat ibu dan kakaknya sedang melihat tayangan reality show di televisi.
''eung, jieun ah, kemarilah. Duduk dekat ibu!'', kata nyonya sila.
''ne!'', kata jieun kemudian duduk di dekat ibunya.

Shindong memperhatikan jieun yang terlihat tidak bersemangat.
''apa ada sesuatu yang buruk terjadi?'', tanya shindong.
''tidak! Hanya saja, aku tidak tahan dengan ucapan buruk orang lain padaku. Kadang aku memikirkannya'', kata jieun.
''tetap berbuat baik, sekalipun kau menerima hal yang kurang baik''.
''aku sedang mencobanya tapi.. Uhm, sepertinya aku perlu sedikit udara segar''.
Jieun mencium pipi ibunya kemudian beranjak keluar rumahnya.

Yeoja itu duduk di teras rumahnya seraya memandang ke jalanan sepi di depannya. Sesaat kemudian, ia menoleh ketika mendengar suara gesekan krak milik shindong.
''apa kau memikirkan tentang pria bernama choi minho?'', tanya shindong.
''oppa, kau mendengar berita tentang kematian minho?'', kata jieun.
''ne! Apa jieunku berubah karena itu?''.
''ada banyak hal yang terlibat, kadang hatiku begitu kacau. Aku sempat berpikir jika aku keluar dari pekerjaanku, aku kalah dengan keadaan dan itu tidak menyelesaikan masalah''.
''ya ada pepatah bijak mengatakan seorang wanita akan memberikan yang terbaik. Jika kau diberi rumah, kau akan memberikan kehangatan untuk rumah itu. Jika kau diberi beras, kau akan memberikan nasi. Jika kau diberi hinaan, kau akan memberi doa dalam air matamu''.

Shindong menepuk bahu jieun saat yeoja itu meneteskan air matanya.
''gomaweo oppa! Jeongmal gomaweyo!'', isak jieun.
''bersyukurlah jieun ah! Tuhan masih memberimu kesempatan untuk memahami rencanaNya. Jangan bertindak seperti minho. Apa yang menimpanya, itu bukan sepenuhnya salahmu'', kata shindong.



=Rumah Donghae=
Donghae hanya terdiam di depan piano dongchul. Nyonya lee terus mendesak agar namja itu memainkan piano untuknya. Donghae beranjak sedikit menjauh kemudian menghubungi ayahnya dengan ponselnya.

''Bagaimana dengan trainer yang ayah pilihkan untukku? Aku ingin mencobanya'', kata donghae.
''seunghyun akan mengaturnya untukmu'', kata direktur lee.
''ah, aku malas berurusan dengannya. Ayah, aku tidak ingin memohon meminta bantuan seunghyun''.
''Banyak hal yang harus aku selesaikan malam ini. Jadi, cobalah lebih dekat dengan seunghyun''.

Donghae menutup sambungan teleponnya.
''eomma, sebentar!! Aku harus menemui sooyeon. Kau ingat dengan sooyeon?'', kata donghae.
''sooyeon kekasihmu bukan? Uhm kapan kalian akan menikah?'', tanya nyonya lee.
''menunggu kesehatan ibu kembali pulih dan aku menjadi seorang pianis di perusahaan ayah'', jawab donghae seadanya.

Namja itu bergegas pergi ke kamar seunghyun.
Didalam kamarnya, seunghyun yang hanya memakai celana panjang dengan perut sixpacknya terlihat sedang melakukan olahraga ringan.
''hei seunghyun ah, apa trainer pianoku sudah kau atur?'', tanya donghae sesaat setelah ia membuka pintu kamar itu tanpa permisi.
''gadis itu sudah berhenti bekerja'', jawab seunghyun singkat dan terus melakukan sit up ringan.
''Bagaimana denganku? Apa kau tidak mencoba membantuku?''.
''kau mencoba menyenangkan ibumu dan aku sudah membantumu dengan meyakinkan bibi bahwa dongchul masih hidup''.
''kau lihat betapa sehatnya ibuku ketika aku berkata bahwa aku adalah dongchul? Tapi kau tidak cukup hanya meyakinkan ibuku saja!! Aku tidak bisa melakukan apa yang dongchul lakukan, terlebih lagi bagaimana menekan tuts piano'', cerocos donghae.

Seunghyun berhenti melakukan sit up lalu berdiri dan mendekati donghae.
''seperti kau terpaksa memohon padaku, demikian juga hal ini tidak bisa kulakukan. Mintalah pada gadis itu untuk kembali ke managemen kita'', kata seunghyun.



=Rumah Jieun=
Jieun menutup jendela kamarnya dan melihat sebuah mobil berhenti tetap di depan rumahnya.
''Nuguya?'', guman jieun.

Donghae keluar dari mobilnya lalu berjalan ke arah rumah jieun. Namja itu mencoba memastikan bahwa rumah itu adalah alamat yang ia maksudkan.

*toktok*
''annyeong hasimnikka?'', sapa donghae saat shindong membukakan pintu untuknya.
''bukankah kau orang yang menolongku waktu itu?'', tanya shindong yang ternyata masih mengenali wajah pria itu.
''mweo??''.

Donghae terkejut melihat namja yang berdiri dengan kaki terpincang itu mengenalnya.
''eonje? Eodi?'', tanya donghae.
''benih bunga matahari!'', jawab donghae.

Donghae mencoba mengingat2,
''Ahh, ne!! Aku ingat sekarang. Bagaimana kau bisa ada di sini? Apa kau kakak dari lee jieun?'', seru donghae.
''ya benar! Bagaimana kau tahu?''.
''aku hanya menebaknya saja! Haha''.

Shindong mengangguk lalu menyuruh donghae masuk ke dalam rumahnya.
Donghae duduk di ruang tamu dan melihat sebuah piano kuno ada di sana.

''dongchul ssi?'', seru jieun.
''Eung?'',

Donghae terkejut saat yeoja yang bernama jieun itu adalah gadis yang pernah ia temui.
''ternyata lee jieun itu kau'', kata donghae.
''mweo? Kau tidak mengingatku, padahal setiap saat aku mencoba menyapamu?'', kata jieun.
Donghae menggeleng. Jieun terbengong memandang donghae, kemudian menatap shindong.

''kau bicaralah dengannya. Jika ibu bertanya siapa dia, kau jawab saja shindong oppa juga mengenalnya'', kata shindong.
Namja itu berjalan hati2 dengan tongkat krak nya.

Di teras rumah jieun, donghae melihat banyak bunga matahari di taman rumah itu.
''itu kakak dan ibuku yang menanamnya'', kata jieun.
''kau tidak mencoba untuk menanamnya?'', tanya donghae.
''apa kau menyukainya?''.
Donghae mengangguk.
''jamkkanman!!''.

Yeoja itu pergi ke garasi rumah dan mengambil sekop serta sebuah pot kecil.
Jieun mengambil tanaman yang masih kecil lalu memasukkannya ke dalam pot.
''apa kau ingin mencoba menanamnya di rumah?'', tanya jieun.
''mweo? Aniyo!!'', jawab donghae.
''bawalah pulang! Aku sudah mengambilnya untukmu. Ibuku akan marah besar jika tahu tanamannya berkurang satu''.

Jieun menyodorkan pot bunga itu lalu donghae menerimanya.
''kau selalu memaksaku! guraeyo, aku akan menanamnya di rumah'', kata donghae.
''saat seunghyun memberitahuku bahwa kau sudah meninggal. Aku tidak percaya karena aku melihatmu saat ini. Manager kaku itu mengada2. Lihat, aku bisa menyentuh tubuhmu dan kakimu masih menginjak tanah''.
''kau tidak percaya pada seunghyun?''.
''ne!! Direktur lee memintaku untuk membimbingmu berlatih piano, jelas saja aku menolaknya karena kau lebih jago dariku''.
''apa kau tidak bertanya kenapa aku datang kemari?''.
Jieun tersenyum, ''ya, kenapa kau menemuiku?''.
''aku ingin kau melatihku bermain piano''.

Jieun memandang donghae dengan keheranan.
''jika kau tidak percaya ucapan seunghyun, apa sekarang kau percaya padaku?'', kata donghae.
''aku bukan lee dongchul!'', kata donghae lagi.
''mweo?? Sepertinya telingaku mengalami gangguan pendengaran'', kata jieun lalu memasukkan telunjuknya ke dalam telinga.
''aku bukan dongchul!!''.
Jieun termangu, ''apa katamu?''.
''ini ketiga kalinya aku berbicara. Aku bukan dongchul maka tolonglah aku!''.
''kau bukan dongchul? Lalu dimana dia dan siapa kau sebenarnya?''.
''aku lee donghae. Kami terlahir kembar. Apa kau tidak tahu apa yang terjadi dengan saudaraku?''.
''tidak! Dimana dia sekarang? Kenapa kau mengaku sebagai dongchul''.
''dongchul meninggal karena kecelakaan. Tolong aku, lee jieun! Aku ingin menjadi dongchul untuk ibuku dan sooyeon. Banyak orang terpukul karena kepergian dongchul, jadi lakukan sesuatu untukku''.
''Kau dan dongchul berbeda. Aku tidak suka jika kau mengaku sebagai dongchul! Kau tahu, dongchul adalah pria yang aku kagumi setelah kakakku!!''.

Jieun beranjak lalu mendorong donghae pergi dari teras rumahnya.
''kau pergilah!!!'', kata jieun.
''jieun ah, dowa juseyo!!''.
Jieun menggeleng, ''kenapa kau tidak minta tolong pada sooyeon atau seunghyun atau yang lainnya?''.
''Sooyeon tidak bisa mengingat kenyataan yang ada, ia mengalami amnesia ringan'', kata donghae.
''tidak ada seorangpun yang ingin menjadi orang lain. Akupun demikian, tapi aku berdiri pada posisi yang sulit'', kata donghae lagi.
''kenapa kau berterus terang bahwa kau bukan dongchul dan kau bisa menolongnya dengan cara lain?''.
''bagaimana caranya? Katakan padaku!''.



=Di dalam kamar jieun=
Jieun merenung dan mengingat pertemuannya dengan dongchul saat di festival musik klasik.
''dongchul membantuku hingga aku menjadi seorang trainer. Sekarang, ada pria yang tiba2 ingin menjadi seperti dongchul. Tidak ada yang bisa menyamai dongchul'', guman jieun.

''dongchul meninggal. Kenapa Tuhan memanggilnya begitu cepat? Kenapa orang yang aku kagumi selalu meninggal karena kecelakaan?'', batin jieun.



=Keesokan harinya, Kantor SM Ent=
Seunghyun pergi ke ruang kerja trainer.
''apa lee jieun sudah datang?'', tanya seunghyun.
''manager, jieun sudah mengundurkan diri. Sepertinya ia sadar dan melakukan hal yang benar sebelum Kau memecatnya'', kata seorang trainer itu.
''tidak ada surat pengunduran diri yang ku terima dari jieun. Jadi, dia masih bekerja sebagai trainer di managemen ini''.
''manager!! Kenapa kau mengistimewakan jieun?''.
''tidak ada yang aku istimewakan''.
''lee jieun, Trainer itu membuat minho bunuh diri!''.

Seunghyun memandang staf trainer itu tajam.
''apa jieun menyuruh minho melompat?'', tanya seunghyun dengan nada tinggi.
Trainer itu hanya terdiam kemudian menggeleng.
''jangan mengintimidasi orang lain''.

Seunghyun meninggalkan ruangan itu dan beberapa staf mengintip dari balik pintu.
''apa manager sudah pergi?'', tanya seorang trainer yang memakai kacamata.
''manager berteriak padaku hanya karena jieun. Menyebalkan sekali'', kata trainer yang berdebat dengan seunghyun.



Di sebuah jalanan, jieun berdiri dengan syal melilit di lehernya. Hari ini kota seoul terasa sangat dingin. Musim dingin semakin dekat dan beberapa pohon dipinggir jalan itu mulai menggugurkan daunnya.
Jieun melihat seorang nenek tua yang duduk di bangku di dekat sebuah pohon.
''halmeoni, apa kau sering duduk di sini?'', tanya jieun.
''wae guraeyo?'', jawab nenek itu.
''pernah terjadi kecelakaan di jalanan ini, saat itu aku masih sangat kecil''.
''aku tidak ingat, untuk apa kau tanyakan itu?''.
''aku pikir ada seorang pria yang menanyakan tentang kecelakaan itu''.
''kalau itu benar, pria itu tidak akan menemuiku tapi dia akan menghubungi polisi''.

Jieun duduk di samping nenek itu.
''kenapa nenek duduk di tempat ini?''.
''aku pernah terkena serangan jantung saat melihat kecelakaan beberapa Tahun silam. Dan aku duduk disini dengan harapan rasa takutku hilang. Itu adalah kecelakaan terakhir yang pernah ku lihat di sini''.
''korban kecelakaan itu, sekarang berdiri di depanmu. Aku dan kakakku selamat, sedangkan ibu dan ayahku meninggal''.

Nenek itu memandang yeoja muda yang ada di sampingnya itu.
''aku hidup dengan ibu angkat yang juga menjadi korban kecelakaan itu. Dia korban dari mobil lain yang bertabrakan dengan mobil keluargaku. Ibu angkatku berpikir bahwa keluarganya semua telah tiada. Namun, aku punya pikiran lain bahwa itu salah'', terang jieun.
''lalu kenapa kau datang kemari? Apa kau tidak melihat tempat ini sebagai hal menakutkan?''.
''karena aku masih trauma melihat sebuah kecelakaan. Aku ingin sepertimu nek! Apa yang terjadi dalam hidup adalah sebuah takdir yang tidak bisa dihindari''.
''dan kau masuk dalam takdir yang tidak biasa''.
Jieun menyandarkan punggungnya pada bangku itu. Nenek itu memberikan sebuah kaleng susu instan.
''susu untuk manula?'', guman jieun lalu meneguk susu itu.
''tidak masalah! Ini baik untuk tulangmu. Ya, hidup itu tidak mudah. Saat segalanya terasa berat, bernafaspun teras sulit. Cukup berkata *semua akan baik2 saja, semua pasti berlalu*'', kata nenek itu.
''arasseoyo! Uhm'', kata jieun seraya menghela nafas panjang.
''dalam sebuah pertandingan, semua peserta turut berlari, tetapi hanya satu orang saja yang mendapat hadiah. Berlari sedemikian rupa, hingga kau memperolehnya''.



=Kantor SM Ent=
Donghae dan sooyeon berdiri didepan kantor managemen milik keluarga lee.
Donghae menunjuk dengan jarinya dan sooyeon memandang gedung besar itu.
''ini tempatmu bekerja'', kata donghae.
''aku bekerja di sini?'', tanya sooyeon.

Donghae dan sooyeon masuk ke dalam lobi kantor.
''tuan donghae?'', kata seorang petugas keamanan.
Donghae memandang pria itu, ''aku lee dongchul!''.
''oh! Ne! Ne! Mianhamnida!'', kata pria itu *bow*.
Sooyeon hanya memperhatikan keduanya tanpa berkomentar.

''wae guraeyo?'', tanya donghae.
''mobilmu menghalangi palka masuk basemen'', jawab pria itu.

Donghae memberikan kunci mobilnya.
''kau ingat, selama aku bersama sooyeon. Kau memanggilku dongchul, arasseo?'', bisik donghae.

Ponsel donghae berdering,
''yeoboseyo??'', jawab donghae.
''apa kau ingin melalaikan grandprix-mu?'', tanya seorang pria dari ponsel donghae.
''aku sedang tidak ingin memikirkan hal itu''.
*klik* donghae menutup sambungan teleponnya.


Sooyeon duduk di ruang kerja trainer vokal. Seunghyun masuk ke ruang trainer vokal lalu memberikan sebuah nametag untuk sooyeon.
''terima kasih sudah kembali untuk SM Ent'', kata seunghyun.

Sooyeon menerima nametag itu lalu dipasang pada pakaiannya.
''gamsa hamnida'', kata sooyeon.
''ini sangat menyakitkan ketika kau melihatku seperti orang yang tidak kau kenal'', batin seunghyun.

Donghae berdehem karena seunghyun memandangi sooyeon.
''Uhm, direktur lee ingin kau menemuinya di ruang kerjanya'', kata seunghyun pada donghae.



Donghae pergi ke ruang kerja ayahnya.
''apa ayah memanggilku?'', tanya donghae.
Direktur lee mengangguk, ''SM Ent akan mengadakan audisi pre debut untuk menggantikan minho. Kau bisa mengikutinya''.
''aku menyerah untuk musik''.

Direktur lee mengambil ponselnya lalu menghubungi seunghyun.
''bawa lee jieun menjadi trainer donghae'', kata direktur lee.
''direktur, donghae harus melalui tahap audisi. Sedangkan dia tidak mengerti tentang musik. Bukankah donghae hanya ingin melakukan sesuatu untuk bibi lee dan juga sooyeon?'', jawab seunghyun.
''Itu yang aku pikirkan semalaman. Tidak ada salahnya donghae mencoba terjun di bidang ini. Donghae tidak bisa tapi dongchul bisa''.
''apa maksud anda?''.
''aku akan membuat donghae debut dengan nama dongchul. Cukup katakan pada publik bahwa yang meninggal karena kecelakaan itu adalah lee donghae, saudara kembarnya''.
''mweo??''.
Donghae terkejut dengan pernyataan ayahnya.

(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will))

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar