Green  Pencil

Rabu, 05 Juni 2013

Sweet Innocence *12

Judul: Sweet Innocence
Genre: Romance
Part: 1-19
Cast:
IU/ Lee JiEun
Lee Donghae Super Junior
TOP/ Choi Seunghyun BigBang
Jessica jung/ Jung sooyeon SNSD

#lee dongchul: saudara kembar lee donghae (hanya di FF ini^^)

Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will)

Part *12

Jieun bertemu sooyeon di salah satu sudut kota seoul. Sooyeon meminta jieun untuk menemaninya pergi ke suatu tempat bersamanya. Tidak lama kemudian, mereka tiba di sebuah jalanan yang tampak begitu sepi karena sudah larut malam.
''aku ingat sekarang, dongchul membanting stir mobilnya karena ia menghindari seorang gadis yang berdiri di sana'', kata sooyeon seraya menunjuk sebuah sisi di dekat halte bus.
''mweo??'', ucap jieun sangat terkejut karena ia tiba2 teringat saat kecelakaan itu terjadi, ia berdiri di tempat yang ditunjuk oleh sooyeon.
(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will))

Sooyeon tersenyum memandang jieun.
''tapi aku bersyukur, aku dan dongchul selamat dari kecelakaan itu. Tuhan baik ya?'', kata sooyeon.
Jieun mengangguk kaku, ''ne, Tuhan sangat baik padamu''.
Jieun memalingkan pandangannya karena tidak kuasa berhadapan mata dengan sooyeon.

Jieun pov
#aku tidak menyangka, kecelakaan yang dialami oleh dongchul dan sooyeon karena diriku. Tuhan, kenapa seperti ini? Aku tidak ingin berdiri diposisiku sekarang. Apa yang harus aku katakan pada sooyeon? Yeoja itu mengira dongchul masih hidup. Jika aku diberi kekuatan, aku ingin memutar waktu kembali ke malam sebelum kecelakaan itu terjadi#end.

Sooyeon memperhatikan jieun dan melihat raut wajah yeoja itu tampak cemas.
''wae?'', tanya sooyeon.
''ah! Aniyo! Gwaenchana'', kata jieun.
''mianhae, ini sudah sangat malam dan aku mengajakmu pergi ke tempat ini''.
''ah aniyo!! apa gadis itu sudah datang padamu dan minta maaf?''.
Sooyeon menggeleng, ''tapi itu bukan berarti masalah ini usai. hidupku tidak tenang jika belum menemukan siapa orang yang membuat hidupku dan dongchul seperti ini. Aku kehilangan semuanya, termasuk sikap dongchul yang begitu berbeda sekarang''.

''Tuhan, aku takut sekali. Aku belum siap mengaku di depan sooyeon kalau gadis itu adalah aku. Tapi apa jadinya jika sooyeon kelak tahu siapa orang yang membuatnya menjadi seperti ini?'', batin jieun.

''sooyeon ssi, aku ingin pulang. Ibuku pasti sangat khawatir. Sampai ketemu besok di kantor'', kata jieun kemudian bergegas pergi ke halte bus yang berada tidak jauh dari tempat itu.
''jamkkanman jieun ah? Aku akan mengantarmu. Gaja!!'', kata sooyeon.
''eung??''.
Jieun mengikuti sooyeon masuk ke dalam taksi itu lagi.



=Rumah Jieun=
Tidak lama kemudian, sebuah taksi berhenti di depan pintu pagar rumah jieun.
''gamsahae sooyeon ssi'', kata jieun lalu membuka pintu mobil itu.
Sooyeon tersenyum, ''jal jayo lee jieun!?''.
Jieun mengangguk kemudian sooyeon menutup kaca pintu taksi itu, .

Shindong melihat dari teras rumahnya seraya memperhatikan sooyeon yang ada di dalam taksi.
Jieun membuka pintu pagar rumahnya kemudian menghampiri kakaknya yang menunggunya di teras rumah.
''jieun ah, geu sarami nuguya?'', tanya shindong.
'nuguya??'', kata jieun.
''gadis yang ada di dalam taksi itu''.
''ahh, itu jung sooyeon. Trainer vokal di SM entertainment''.
''neomu yeppeoyo (sangat cantik)''.
''oppa jangan katakan bahwa kau tertarik padanya''.
''wae?''.
''jangan menyukainya!!''.

Shindong memprotes sikap jieun yang terkesan tidak mendukungnya.
''dia sangat cantik, berpendidikan tinggi. Kau tahu, dia pacar pemilik SM Ent. Jika kau menyukainya, bersiaplah untuk patah hati''.
''apa kau melihatku hanya sebagai pria yang tidak berdaya karena tidak mampu berdiri tegak tanpa tongkat?''.
''aniyo oppa! Aku hanya tidak ingin kau sakit hati!''.
''aku tidak suka sikapmu ini! Dengarkan aku, kenapa kau begitu pesimis? Hanya karena aku jelek, kau tidak yakin aku akan mendapatkan seorang gadis yang sempurna?''.
''shindong oppa, mianhae. Jeongmal mianhae, aku tidak bermaksud menyakiti hatimu''.

Jieun tertunduk seraya memainkan jari jemarinya.
''kalau begitu aku tidak setuju kau berhubungan dengan pria yang bernama lee donghae itu'', kata shindong.
''mweo? Hubungan? Lee donghae?'', ucap jieun terkejut seraya mendongakkan kepalanya menghadap shindong.
''ne! Hubungan yang kau bilang sangat serius itu''.

Jieun terus berpikir dengan apa yang dikatakan oppanya itu, sedangkan shindong dengan perasaan marah meninggalkan adik perempuannya di teras rumah itu.
''hubungan serius? Mweo? Oppa, kau salah paham!!'', teriak jieun.


''oppa!!!'', teriak jieun saat shindong tidak juga membuka pintu kamarnya walaupun jieun sudah mencoba mengetuknya berkali2.

Shindong hanya menatap pintu kamarnya tanpa merespon panggilan jieun.
Tidak lama kemudian, Ponsel shindong berdering, sebuah sms masuk ke dalam kotak pesan ponsel itu.

*oppa, jangan biarkan marah sampai matahari terbit, dari jieun*
Shindong tersenyum kemudian membalas pesan dari jieun.
*aku menutup semua tirai jendela kamar sampai pagi, dan aku tidak melihat sinar matahari masuk ke dalam kamarku*



=Rumah Donghae=
Didalam kamar seunghyun, namja itu melihat ke depan cermin. Seunghyun menyentuh dahinya yang terluka.

Tidak lama kemudian, Seunghyun memplester lukanya sendiri dan tiba2 ia teringat kejadian saat di bar itu. Seunghyun mengambil ponselnya kemudian melihat panggilan tak terjawab dari jieun.
''apa yang aku lakukan tadi? Aku meninggalkan jieun sendirian?'', guman seunghyun.

Namja itu memandang syal dan baju hangat milik jieun yang tergeletak di tempat tidurnya.

Seunghyun berkutat dengan laptop di meja kerjanya, namun kejadian saat dirinya mencium jieun di bar membayangi pikirannya.
''ahh!!'', ucapnya seraya memijit pelipisnya.
Seunghyun menghembuskan nafas dari mulutnya kemudian meregangkan tubuhnya agar lebih rileks.
''kenapa aku melakukan hal itu?'', gumannya lagi.



=Keesokan harinya, rumah jieun=
*rrriiiinggggg* alarm jam weker jieun berdering, Nyonya sila masuk ke kamar jieun dan menekan tombol off dibalik jam weker itu kemudian membangunkan jieun.
''jieun ah, apa kau tidak bekerja?'', tanya nyonya sila.
''eung? Jam berapa sekarang?'', tanya jieun dari balik selimutnya.
''jam 7 pagi''.
''mweo??''.

Jieun menyibakkan selimutnya lalu berlari ke kamar mandi. Tidak lama kemudian, Yeoja itu dengan cepat kilat berganti pakaian dan bergegas ke ruang makan karena ibunya sudah menunggu dengan segelas susu dan sepiring roti panggang.
''jieun ah, hari ini turun hujan'', kata nyonya sila.
''jeongmalyo?'', tanya jieun.
''ne! Uhm, jieun dimana syal dan baju hangatmu kenapa kau tidak memakainya?''.
''aku masih punya yang lain. Aku tidak ingat dimana aku menaruhnya''.
''tidak ingat? Kau memakainya tadi malam''.
''uhm, shindong oppa eodiya?''.
''sejak tadi aku belum melihat kakakmu keluar dari kamarnya''.

''apa kakak masih marah padaku?'', guman jieun.
''mweo?'', tanya nyonya sila.
''aniyo!'',
Jieun mencium pipi nyonya sila dan buru2 meneguk segelas susu buatan ibunya.


Jieun membuka pintu rumahnya dan benar saja butir2 air mengguyur deras dari langit. Genangan air hujan menghiasi halaman rumah itu.

''Tuhan, ketika aku menyentuh tetes air yang turun, pertemukan aku dengan cinta sejatiku karena sampai sekarang aku belum menemukannya'', guman jieun.

Jieun berdiri di halaman rumahnya, saat tangan kanannya memegang gagang payung yang melindungi dirinya dari guyuran air hujan, ia membuka telapak tangan kirinya untuk menampung butiran air hujan itu.
''aku menyukai hujan pada musimnya. Ini sangat romantis'', kata jieun.

Yeoja itu keluar dari halaman kemudian menoleh ke sebuah mobil yang berhenti di depan rumahnya.
''mweo? seunghyun ssi??'', kata jieun saat melihat namja itu membuka kaca pintu mobilnya.

Menyadari pria yang didalam mobil itu adalah choi seunghyun, jieun berlari meninggalkan seunghyun dan membiarkan ujung celananya basah karena cipratan dari air hujan yang menggenang.
''kenapa harus namja itu? Aku tidak menginginkan dia datang! Kenapa harus dia, ya Tuhan?'', kata jieun.

Seunghyun memandang yeoja itu berlari menjauh dari spion mobilnya.

Nyonya sila menengok dari balik tirai jendela dan melihat sebuah mobil berhenti di depan rumahnya.
''pemuda itu?'', guman nyonya sila saat melihat sang pemilik mobil.

Tiba2 ajumma itu teringat pada anak lelakinya sebelum kecelakaan itu terjadi.
''seunghyun ah??'', ucap nyonya sila lirih.

Tiba2, seunghyun menoleh ke arah rumah jieun namun ia tidak melihat nyonya sila karena tertutup tirai jendela.

Seunghyun melajukan mobilnya kemudian mengikuti jieun dari belakang.

*tinnntinnnn* seunghyun membunyikan klakson mobilnya.

''wae?'', tanya jieun.
''kalau kau seperti ini, kau bisa kena pilek. Ayo masuk'', kata seunghyun seraya menyetir mobilnya pelan.
''aniyo!! Aku naik bus saja!''.
''jangan kekanak-kanakan. Aku tidak peduli kau mengigil karena demam, aku hanya tidak ingin kau kehilangan stamina untuk bekerja''.
''aiss!! Kau siapa sehingga seenak hatimu mengataiku kekanak2an? Kau menganggapku seperti budak?''.
''kenapa ada pria jahat sepertimu ada di dunia ini?'', kata jieun lagi.

Seunghyun merapatkan mobilnya di samping jieun.
''kenapa kau sewot karena ada aku? Kau tahu, Tuhan mengasihi siapapun, orang jahat dan orang baik semua sama. Kau lihat, hujan turun tidak untuk orang baik saja kan? Kau masih menganggapku jahat?'', terang seunghyun.
''aku hanya ingin kau minta maaf dan berterima kasih padaku, aku harap kau ingat semua kejadian semalam''.

Jieun berlari ke arah bus yang sedang berhenti kemudian naik ke dalam bus itu.

Seunghyun tersenyum di dalam mobilnya kemudian menggerakkan kopling dan mengikuti bus itu dari belakang.
''benar2 keras kepala? Sepertinya jieun sangat marah padaku'', guman seunghyun.



=Di Depan Kantor SM Ent=
Jieun melihat donghae turun dari mobil lalu memanggil namja itu.
''donghae ah, joheun achim!!'', kata jieun sesaat setelah ia membuka payungnya.

Yeoja itu hendak menghampiri donghae namun sesaat ia menghentikan langkahnya saat melihat sooyeon keluar dari mobil donghae. Namja itu bergegas menghampiri sooyeon dan berbagi payung dengannya.

Sooyeon tersenyum, ''mianhae, membuatmu pulang larut malam. Sekarang kau pasti kurang tidur'', kata sooyeon.
''ah, aniyo! Gwaenchana'', jawab jieun.
''kalian semalam pergi bersama?'', tanya donghae.
''dongchul ah, aku pergi ke tempat kejadian kecelakaan itu karena aku ingat satu nama lee donghae. Aku belum menanyakan hal itu padamu dan aku berharap ingatanku cepat pulih jika melihat tempat itu lagi'', kata sooyeon.
''Lantas kau tahu siapa itu donghae?''.
''ne! Kau dan donghae bersaudara kan?''.

Donghae semakin tidak mengerti dan menduga sooyeon sudah pulih ingatannya. Namja itu juga memandang jieun berharap gadis itu memberinya jawaban tentang segala hal yang berhubungan dengan sooyeon di malam saat mereka pergi bersama.
''aku tidak tahu apa2, jangan menatapku seperti itu'', kata jieun dengan suara pelan.

''seunghyun memberitahuku, kalau donghae saudaramu, dimana dia sekarang?'', tanya sooyeon.
''donghae sedang mengikuti grandprix di catalunya'', jawab donghae seadanya.
''catalunya??'', tanya jieun saat memperhatikan perbincangan donghae dan sooyeon.
''catalunya itu eropa'', jawab seunghyun yang tiba2 muncul di hadapan mereka kemudian berdiri di samping jieun.
''aiss!! Kenapa kau selalu muncul disaat yang tidak ku inginkan'', gerutu jieun seraya membagi payungnya dengan seunghyun.
''Bagaimana dengan semalam? Apa kau menginginkannya lagi?'', tanya seunghyun.
''semalam apanya?'', kata jieun gelagapan.

Donghae memandang jieun kemudian gadis itu tertawa kecut.
''tidak ada apa2 diantara kami. Jangan curiga padaku'', kata jieun.

Sooyeon melihat plester yang ada di dahi seunghyun.
''apa kau terluka?'', tanya sooyeon.
''jeongmalyo? Astaga kenapa aku tidak menyadarinya?'', kata donghae.
''luka ini karena aku,,'', jawab seunghyun.
''pasti karena terbentur di kamar mandi kan? Kita harus segera menemui direktur. Gaja!!'', kata jieun seraya meraih pergelangan tangan seunghyun.


Keempatnya berjalan bersama ke ruang direktur. Jieun berjalan beriringan dengan sooyeon.
''sooyeon ssi, bagaimana dengan hujan pertamamu?'', tanya jieun.
''hujan pertama? Aku rasa hujan bukanlah hal istimewa'', kata sooyeon.
''mweo? Kau tidak punya pengharapan apapun?''.
''eobseo! Apa kau punya pengharapan?''.

Jieun mengangguk lalu berbisik di dekat sooyeon, ''pengharapan wanita pada umumnya''.

Jieun melirik ke arah seunghyun yang berjalan di belakangnya. Namja itu tersenyum ke arah jieun, hingga membuatnya merasa curiga dengan senyuman seunghyun.



=Ruang Direktur lee=
''kau lee dongchul! Aku akan melakukan debut pertamamu sebagai seorang pianis. Pianis yang bisa bernyanyi. Pianis dibawah asuhan SM Ent'', kata direktur lee.

''jieun ah, kau harus punya visi agar debut pertama dongchul bisa sukses'', kata direktur lee lagi pada jieun.
Jieun mengangguk, ''ya direktur. Aku akan berusaha maksimal''.

''aku tidak bisa membayangkan perasaan donghae ketika harus berdiri sebagai orang lain'', batin jieun seraya memandang ke arah donghae.

Direktur lee memandang seunghyun.
''seunghyun ah, aku harap kau tetap menjaga nama baik SM Ent dari kasus yang tidak mengenakkan'', kata direktur lee.

''nama baik SM Ent? Kau pikir aku akan menjaga keutuhan perusahaanmu? Perusahaan ini akan kembali menjadi milik keluarga choi!'', batin seunghyun.

''direktur jangan khawatir, aku dan jieun akan melakukan yang terbaik untuk dongchul'', kata sooyeon.

Keempatnya segera keluar dari ruangan itu namun direktur lee menahan jieun untuk tetap tinggal.
''sebenarnya hatiku sangat pedih saat melihat donghae harus menjadi orang lain. Aku seperti memaksakan hal yang tidak menjadi keinginannya'', kata direktur lee.
''aku ingin memberikan hal yang terbaik untuk donghae sebelum perusahaan ini aku berikan pada seunghyun'', kata direktur lee lagi.

''kenapa anda ingin memberikan perusahaan ini pada seunghyun?'', tanya jieun.
''sebenarnya saham perusahaan ini milik orang tua seunghyun. Saat itu, aku pikir ingin memulihkan ekonomi keluargaku dengan memakai apa yang seharusnya menjadi kepunyaan seunghyun''.
''Aku sempat berpikir bahwa apa yang aku alami sekarang, semua karena hukuman. Aku katakan pada seunghyun bahwa ibunya sudah meninggal. Aku tidak tahu lagi dimana ibu seunghyun berada sejak pertemuan terakhir dan ku katakan pada ibunya bahwa seunghyun tidak diketahui keberadaannya'', kata direktur lee lagi.
''direktur, kenapa anda begitu picik? Anda membuat seunghyun menderita dengan posisinya''.
''tolong jangan katakan apapun pada seunghyun. Aku tidak mengerti kenapa aku ingin menceritakannya padamu''.
Jieun mengangguk, ''aku akan mencoba memahaminya''.

Jieun keluar dari ruangan direktur. Yeoja itu berhenti di depan ruang latihan vokal dan melihat donghae sedang berlatih vokal dengan sooyeon.
''bukan seperti itu caramu membaca not'', kata sooyeon.
''kau tampak tidak tahu apa2 tentang musik'', kata sooyeon lagi saat donghae melakukan kesalahan membaca not lagu.

Jieun memperhatikan donghae dan melihat kesungguhan namja itu.
''donghae bersemangat sekali. Walau dia masih banyak melakukan kesalahan tapi lebih banyak dia mencoba untuk berusaha kembali'', guman jieun.

Jieun pergi ke ruang trainer lalu melihat beberapa trainer memandangnya sinis.
''kau kembali? Siapa yang menyuruhmu bekerja? Bukankah kau sendiri yang meletakkan nametag mu diatas meja. Dasar, trainer lulusan sma yang tidak tahu malu'', kata seorang yeoja yang pernah berurusan dengan jieun waktu dulu.
''aku akan begitu memalukan jika tidak kembali ke perusahaan ini'', kata jieun.

Yeoja itu pergi ke ruang latihan piano lalu memandang alat musik besar yang berwarna hitam itu kemudian menggeser sebuah bangku dan meletakkan jari jemarinya pada tuts piano. Jieun mulai memainkan alunan musik piano klasik mozart.
''bekerjalah sepeti tidak membutuhkan uang, mencintai seperti tidak pernah patah hati, bermain musik seperti tidak seorangpun yang mendengar, hiduplah seperti sedang berada didalam surga dan jangan membuat keputusan ketika marah'', gumannya.

Seunghyun lewat di koridor ruang latihan piano dan melihat jieun sedang bermain piano. Yeoja itu menoleh ke arah pintu dan melihat seunghyun berdiri di sana.
''manager?'', kata jieun kemudian menghentikan permainan pianonya.
''teruslah bermain'', kata seunghyun kemudian mendekati jieun dan berdiri di sampingnya.

Jieun memainkan alunan musik piano dari lagu endless love.
''hentikan. Mainkan yang tadi'', kata seunghyun.
''mozart?'', tanya jieun.
''kau pilih mainkan tuts hitam atau putih?''.
''putih''.
''kita mulai dengan piano klasik dari mozart. Kau tuts putih dan aku tuts hitam''.
Keduanya memainkan alunan musik klasik dengan sangat kompak dan begitu sinergis.

Sooyeon dan donghae berjalan bersama pergi ke ruang latihan piano.
Mereka melihat jieun dan seunghyun sedang bermain piano.
''nona jieun?'', kata donghae.

Jieun menoleh dan melihat donghae masuk ke dalam ruangan itu. Jieun menghentikan permainan pianonya demikian juga seunghyun.
''apa kita bisa berlatih sekarang?'', tanya donghae lagi.
''apa kau sudah selesai olah vokal?'', tanya jieun.
''aku sedikit bekerja keras untuk membuat dongchul bisa membaca not lagu'', kata sooyeon.
''berlatihlah dengan baik'', kata seunghyun kemudian keluar dari ruangan itu.

Sooyeon keluar dari tempat itu untuk menyusul seunghyun.
''seunghyun ah?'', panggil sooyeon.
Seunghyun menoleh,
''apa ada kejadian yang tidak ku ingat?'', tanya sooyeon.

Seunghyun menghentikan langkahnya.
''banyak hal yang tidak kau ingat sooyeon ah? Jika kau tidak ingat apapun, aku harap kau melihat ke depan tanpa perlu menoleh ke belakang lagi'', kata seunghyun.


=Ruang latihan piano=
Jieun menekan beberapa achord pada tuts piano itu.
''jika kau pakai kunci F. Berarti kau wajib memakai acord F, B Bes, C. Arasseo?'', kata jieun.
''molla'', kata donghae kemudian menekan tuts piano sembarangan.

Jieun memukul tangan donghae,
''aiss!! Kau ini!!''.
''kau memaksaku untuk mengerti. Kenapa kau tidak berpikir betapa sulitnya aku memainkan jariku''.

Jieun memandang donghae,
''kau menyerah?'', tanya jieun.
''tidak! Tapi aku akan mencari trainer baru'', kata donghae kemudian beranjak dari tempat duduknya.
''mweo?''.
''kau hanya berteriak padaku tanpa memberiku solusi, bagaimana aku bisa mengerti dengan caramu?''.
''aku akan mencobanya lagi agar kau mengerti. Kembalilah duduk''.
Jieun mencoba membimbing donghae berlatih piano lagi.

Beberapa saat kemudian,
''stop!'', kata jieun.
Donghae menghentikan permainan pianonya kemudian menoleh ke arah jieun.
''apa lagi yang salah?'', tanya donghae.
''achord dan melodimu tidak sesuai'', jawab jieun.
''aku berhenti! aku butuh trainer baru''.
Donghae berdiri kemudian menatap jieun.
''aku tahu kenapa minho bunuh diri karena dia tidak tahan dengan caramu mengajar'', kata donghae.

*plakkkkk* jieun menampar pipi donghae.
''kau mulai mengungkit tentang minho?'', seru jieun.
''kau menyakiti hatiku donghae ah. Cukup kau berkata bahwa aku gagal membimbingmu, tidak perlu kau ungkit tentang minho'', kata jieun lagi.

Yeoja itu keluar dari ruang latihan piano kemudian berlari masuk ke dalam lift.


=Ruang Kerja Seunghyun=
Seunghyun sedang membaca sebuah berkas tentang beberapa artis predebut.
''kenapa dia ingin pindah managemen?'', guman seunghyun seraya melihat berkas calon artis yang ingin debut pada managemen lain.


=Lantai atas SM Ent=
Jieun membuka sebuah pintu yang menghubungan tempat itu dengan lantai atas kantor SM Ent. Jieun melangkah di tepian tempat itu kemudian memandang gedung2 yang ada di dekat kantornya.
''apa aku harus menyerah?'', gumannya seraya memandang ke langit.
''tapi aku tidak mau gagal. Aku hanya ingin membimbing seorang menjadi pianis terkenal'', kata jieun lagi.
''donghae begitu menyebalkan!! Kenapa aku harus membimbing pria patah semangat sepertinya!!'', kata jieun lagi.
''siapa donghae?'', tanya seorang yeoja yang berdiri di belakang jieun.
''donghae, anak direktur lee. Dia sangat menyebalkan, bagaimana dia bisa menjadi pianis terkenal kalau bersikap seperti itu'', jawab jieun tanpa memperhatikan gadis yang berbicara dengannya.
''kau pasti akan menyerah jika menghadapinya'', kata jieun lagi.

Jieun menoleh ke arah yeoja yang berbicara dengannya.
''mweo? Tidak ada siapa2?'', gumannya saat melihat tidak ada seorangpun disana.

Sooyeon menuruni tangga darurat kemudian terduduk dan menyandarkan kepalanya di dinding.

*Slllaaaaappp* sooyeon teringat memori tentang donghae. Yeoja itu kemudian memejamkan matanya namun kenangan tentang namja itu kembali muncul.
Sooyeon kembali menuruni tangga kemudian masuk ke dalam lift. Sooyeon berlari ke arah koridor kantor dan berhenti di depan ruang latihan piano.
''lee donghae!!!'', panggil sooyeon pada seorang namja yang sedang duduk memainkan tuts piano itu.

Donghae menoleh dan terkejut melihat sooyeon berdiri di dekat pintu ruang latihan piano.
''kau lee donghae!'', kata sooyeon lagi.

(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will))

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar