Green  Pencil

Sabtu, 08 Juni 2013

Sweet Innocence *18

Judul: Sweet Innocence 
Genre: Romance 
Part: 1-19 
Cast: 
IU/ Lee JiEun 
Lee Donghae Super Junior 
TOP/ Choi Seunghyun BigBang 
Jessica jung/ Jung sooyeon SNSD 

Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will) 

Part *18 

Seunghyun keluar dari mobil bersama dengan nyonya sila kemudian di tengah hujan deras, namja itu melihat donghae dan jieun berpelukan. 
(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will)) 

Seunghyun tertegun melihat hal itu, sedangkan nyonya sila mencoba memperhatikan gadis yang sedang bersama seorang pria itu dengan seksama. 
''itu seperti... Eung? jieun ah?'', panggil nyonya sila dengan tubuh yang basah karena tetes hujan. 
''eomma??'', kata jieun kemudian melepas pelukan donghae. 

Yeoja itu terkejut saat nyonya sila datang bersama seunghyun. Namja itu membiarkan dirinya basah kuyup tanpa payung melindunginya dari guyuran air hujan. 
''choi seunghyun?!'', kata jieun kemudian tersenyum. 
''apa kau memilih bersama seunghyun sekarang, disaat keadaanku seperti ini? Seperti yang kau lakukan saat itu?'', tanya donghae. 
Jieun menoleh ke arah donghae yang berdiri disampingnya. Yeoja itu meminta donghae memegang gagang payung itu kemudian berlari ke arah nyonya sila. 
Donghae memandang jieun yang berlari semakin jauh darinya. 
(Ost Ailee- Heaven) 

Jieun berdiri di hadapan seunghyun. 
''apa didalam mobilmu tidak ada payung? Kau akan membuat ibuku sakit. Aku tidak ingin kehilangan siapapun mulai sekarang'', kata jieun. 
''payung! Mana payung?'', kata jieun lagi. 
Seunghyun hanya terdiam kemudian jieun memukul lengan seunghyun dengan kepalan tangannya. 
''aiss!! Jinja!!'', serunya kemudian berlari ke arah pintu masuk rumah sakit itu kemudian mengambil payung.

Tidak lama kemudian, Jieun memayungi nyonya sila walaupun keduanya sudah terlanjur basah kuyup. 
''ini sedikit terlambat, tapi aku hanya tidak ingin ibu sakit'', kata jieun seraya tersenyum. 
''gwaenchana jieun ah'', kata nyonya sila. 
Jieun mendorong tubuh seunghyun saat namja itu mencoba berbagi payung dengannya. 
''payung ini hanya cukup untuk aku dan ibuku'', kata jieun. 
''aiss!! Jinja!!'', kata seunghyun. 

Jieun menoleh ke arah tempat ia meninggalkan donghae, namun namja itu tidak tampak di sana. 
''kau mencari donghae?'', tanya seunghyun. 
''ne!'', jawab jieun. 
''kau salah mengambil pilihan jieun ah. Donghae hanya mendengarkan apa yang kau katakan dan sekarang kau meninggalkannya''. 

Di koridor rumah sakit, donghae melangkah dengan gontai. Namja itu teringat saat dokter mengatakan ayahnya sudah tidak tertolong dan saat melihat jieun memilih untuk meninggalkannya. 

*brukkk* donghae menabrak seorang ajumma yang sedang membawa sebuah buket bunga. Namja itu melangkah pergi tanpa permintaan maaf walaupun ia telah menjatuhkan buket bunga itu ke lantai. 
''hya! Neo! (hei, kau!)'', kata ajumma itu. 
Donghae tidak menoleh bahkan terus berjalan. 
''hyaa!! Kau anak muda berbaju biru!'', kata ajumma itu lagi. 
Donghae menoleh ke belakang dan melihat seorang ajumma yang memandangnya dengan tatapan marah. 
''wae?'', tanya donghae. 
''kau tidak minta maaf setelah menabrakku?'', kata ajumma itu. 
''ajumma, mianhae! Hatiku sedang tidak baik!''. 
''apa seperti itu caramu minta maaf?''. 
''hatiku sedang tidak baik! Ajumma, apa kau bisa membuat ini berlalu?''. 

Ajumma itu memandang donghae yang tampak basah kuyup. 
''ah benar, kau sedang tidak baik. Wae?'', tanya ajumma itu. 
''mulai besok hari-hariku tidak akan berjalan dengan baik'', jawab donghae. 
''aku memaafkanmu tapi aku tidak akan memaafkan orang yang tidak punya harapan sepertimu sekarang. Setiap hari mungkin tidak baik, namun percayalah ada sesuatu yang baik disetiap harimu''. 
Ajumma itu mengambil buket bunga yang terjatuh kemudian berjalan meninggalkan donghae yang masih berdiri terpaku. 



=Kantor SM Ent= 
Shindong celingukan di depan kantor SM Ent. Ia mencoba mencari keberadaan ibunya di depan gedung itu. 
''apa ibu sudah pulang? Aku hanya pergi sebentar ke toilet dan ibu sudah tidak ada di sana'', guman shindong. 

Sebuah taksi berhenti di depan pintu utama gedung SM Ent. Sooyeon berjalan ke arah taksi itu tanpa memperhatikan shindong di sana. 
''eung? dia?? Jung sooyeon ssi!?'', panggil shindong. 
Sooyeon menoleh ke arah shindong. Namja itu tersenyum seraya berjalan cepat dengan dibantu kedua cracknya. 
''sooyeon ssi, apa kau bisa memberiku tumpangan?'', tanya shindong. 
''no problem! Kau punya bakat memohon pada orang'', jawab sooyeong. 

Didalam taksi, 
Shindong duduk di samping sooyeon. 
''apa kau akan pergi kesuatu tempat? Kau sedang sibuk?'', tanya shindong. 
''kenapa kau bisa bersikap seperti ini setelah apa yang kau katakan di ruang latihan?'', tanya sooyeon. 
''aku hanya memperjuangkan nasib adikku. Aku sangat optimis kau tidak akan melakukan hal buruk untuk jieun'', jawab shindong. 
''kau terlalu percaya diri!''. 

''agashi, kita akan pergi kemana?'', tanya supir taksi itu. 
''kantor polisi seoul'', jawab sooyeon. 
''mweo? Kantor polisi?'', seru shindong. 

Tidak lama kemudian, taksi itu berbelok masuk ke dalam halaman kantor polisi. 
''nona, kenapa kau pergi ke kantor polisi?'', tanya shindong. 
''aku ke kantor polisi untuk jieun. Berdoalah agar adikmu selamat dari tuntutan pengadilan karena aku memperkarakan kasus itu'', kata sooyeon kemudian keluar dari mobilnya. 
''nona, aku percaya kau tidak akan melakukan hal itu'', ucap shindong dari dalam mobil. 
Sooyeon tidak menoleh dan terus masuk ke dalam kantor polisi. 
Tidak lama kemudian, sooyeon keluar dari kantor polisi dan masuk ke dalam mobil. 

''nona, eotteohke?'', tanya shindong cemas. 
Sooyeon hanya tersenyum tanpa menjawab sepatah katapun. 



=Rumah Donghae= 
Nyonya lee menangis histeris saat melihat jenazah suaminya di dalam peti. 
''kau lihat seunghyun ah, direktur lee meninggal sebelum mendapat maaf darimu'', kata nyonya sila. 
Jieun berdiri di dekat donghae, namja itu terus memandang peti mati ayahnya. 

Tiba2 ponsel donghae berdering, *Sooyeon calling* 
''donghae ah, tentang jieun! Aku ingin memberitahumu,,,,,'', terdengar suara sooyeon dari ponsel donghae. 
''direktur meninggal! Apa kau ingin membicarakan masalah orang lain padaku?'', kata donghae. 
''mweo?''. 
*klik* donghae memutuskan sambungan teleponnya. 



=Pemakaman Seoul= 
Direktur lee di makamkan di dekat makam dongchul. Nyonya lee menangis tersedu kemudian jatuh pingsan karena tidak kuasa melihat peti jenazah direktur lee diturunkan ke dalam liang kubur. Seunghyun memandang donghae dan jieun yang berdiri di seberang pusara direktur lee. 

Tidak lama kemudian, proses pemakaman itu selesai. Jieun terkejut saat melihat ibunya ada disana. 
''eomma?'', panggil jieun. 
''wae yeogi eseo?'', tanya jieun lagi. 
''untuk direktu lee, dia orang yang sangat baik'', kata nyonya sila. 
''ketika di rumah sakit, ibu datang untuk menemuiku atau karena mendengar kabar direktur lee meninggal? Kenapa ibu bisa mengenal direktur, seolah kalian seperti pernah mengenal satu sama lain?''. 
''aku akan menjelaskannya nanti di rumah, gwaenchana?''. 
Jieun mengangguk, ''uhm eomma, aku ada sedikit urusan, apa kau bisa pulang sendiri?''. 
''ne!'', jawab nyonya sila seraya tersenyum. 

Jieun melihat seunghyun berdiri tidak jauh darinya, kemudian membungkuk memberi salam. 
''lee jieun?'', panggil seunghyun. 
''manager choi! Jika melihatmu terlalu lamanya sepertinya rasa sebalku padamu semakin meningkat, jadi biarkan aku pergi!'', kata jieun. 

Nyonya sila hanya tersenyum melihat ucapan jieun pada seunghyun kemudian meninggalkan mereka. 

''kau marah karena aku mengabaikanmu?'', tanya seunghyun. 
''ne!'', jawab jieun. 
''apa aku harus memberitahumu sekarang?''. 
''aniyo!''. 
''mweo? Jieun ah, kenapa kau seperti ini?''. 
''karena kau yang memulainya, sekarang aku sangat sibuk, aku harus pergi!''. 
Yeoja itu melangkah pergi. 
''hidupmu jauh lebih baik tanpaku. Itu alasan kenapa aku melakukan hal ini?'' 
Jieun menoleh kemudian memandang seunghyun dan tersenyum. 
''hidupku mungkin baik2 saja, tapi hidup bersamamu itu jauh lebih sempurna. Kau tidak berpikir kenapa aku mengejarmu seperti pengemis? Aku tahu hal yang baik dan buruk darimu, itu karena aku menyukaimu melebihi yang kau tahu'', kata jieun. 
''ini cukupkan? Jika kuteruskan, aku tidak bisa menahan air mataku untuk tidak keluar. Aku pergi!'', kata yeoja itu lagi seraya berbalik meninggalkan seunghyun. 

Seunghyun mengikuti jieun dari belakang dan yeoja itu terus berjalan tanpa menyadari keberadaan seunghyun. Jieun menyetop sebuah taksi dan tidak lama kemudian, taksi itu melaju. 

''gamsahamnida!'', kata jieun kemudian keluar dari taksi. 
Yeoja itu memandang papan bertulisan *kantor polisi seoul* 

Seunghyun menghentikan mobilnya kemudian berlari menghampiri jieun dan menahan tangannya. 
''apa yang kau lakukan!?'', seru seunghyun. 
''wae?''. 
''apa kau ingin menyerahkan diri karena tuntutan sooyeon?''. 
''ne!!''. 
''kenapa kau bertindak bodoh? ikut aku! Aku akan membayar semua tebusannya!''. 
Jieun melepas cengkraman tangan seunghyun. 
''apa yang kau bicarakan tentang uang? Uang bukan segala-galanya dan dia tidak bisa menyelesaikan masalahku. Tebusan itu penting tapi bukan segala-galanya'', kata jieun. 
''lee jieun!!'', seru seunghyun. 
''jika ini perlombaan, aku harus menyelesaikannya! Aku akan menunjukkan padamu bagaimana akhirnya!''. 
''aku tidak ingin tahu bagaimana akhirnya, ayo kita pergi dari sini!''. 
''aku ingat shindong oppa berkata padaku, Jika sebuah ladang kosong ditaburi benih, tentu pohon yang tumbuh disitu bergantung pada benih yang ditabur. Jika itu benih ginko, akan tumbuh pohon ginko. Hati kita ibarat ladang, apa yang ingin kita tanam di situ? Jika kau menanam kebencian akan tumbuh kebencian yang semakin lama semakin lebat. Aku tidak ingin itu tumbuh di hati sooyeon'', kata jieun lagi. 

Jieun melangkah masuk ke dalam kantor kemudian menoleh ke arah seunghyun. 
''dimana kau menabur kebenaran maka disitu akan tumbuh damai sejahtera. Saat ini, aku akan mencobanya! Aku tidak ingin kalah dalam perlombaan'', kata jieun. 

Seunghyun memandang jieun masuk ke dalam kantor itu. 

Di dalam kantor polisi, 
''nona, apa keperluanmu?'', tanya seorang polisi. 
''aku ingin menyerahkan diri!'', kata jieun. 

Seunghyun bergegas masuk ke dalam kantor polisi dan melihat jieun sedang berhadapan dengan seorang polisi. 
''menyerahkan diri? Karena kasus apa?'', 
''apakah ada warga sipil bernama jung sooyeon? Dia melaporkan aku karena kelalaianku sehingga menghilangkan nyawa orang lain''. 
''jung sooyeon! Gidariseyo!''. 

Polisi itu mencari data di komputernya. 
''jung sooyeon melaporkan lee jieun karena kasus kecelakaan?'', tanya polisi itu. 
''ya, itu benar! Sekarang aku datang menyerahkan diri'', kata jieun. 
''kasus itu sudah dicabut oleh jung sooyeon. Jalani hidupmu dengan baik karena sooyeon memberi kesempatan''. 
''mweo?''. 
''kau terbebas dari tuntutan apapun, karena sooyeon menganggap itu sebagai kesalahpahaman''. 

Jieun masih tidak percaya sooyeon mencabut tuntutannya. 
''jeongmalyo?'', tanya jieun. 
Polisi itu mengangguk. Seunghyun tersenyum lega mendengar pernyataan polisi itu. Jieun membungkuk mengucapkan terima kasih kemudian berbalik dan melihat seunghyun. 

Seunghyun mengikuti jieun dari belakang dan ketika yeoja itu menoleh ke belakang, seunghyun menghentikan langkahnya. 
''kau lihat seunghyun ssi, ini akhir dari perlombaan itu. Aku sudah melaluinya dan aku menang!'', kata jieun. 
''aku bisa bernafas lega sekarang, aku harus berterima kasih pada sooyeon'', kata yeoja itu lagi. 

Jieun merentangkan tangan hendak memeluk seunghyun, namun niat itu ia urungkan. 
''uhm seunghyun ssi, kenapa kau selalu berkelit dengan berkata kau tidak menyukaiku? Kau selalu mencampakkan aku sesuka hatimu dan aku mencoba untuk tetap bertahan'', kata jieun. 
''jangan menyukaiku, jieun ah!'', kata seunghyun. 
''mweo? Mweol malhae?''. 
''jangan menyukaiku!!''. 
''wae??''. 
''karena kau adikku!''. 
''mweo?''. 
''kita saudara! Cinta seharusnya tumbuh di dalam hati kita''. 
(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will)) 

@tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar