Green  Pencil

Rabu, 05 Juni 2013

Teknologi Bayi Tabung

Selamat datang di Websiteku


Profil Penulis

Klik Disini

Pendahuluan 

Teknologi Reproduksi Berbantu atau Assisted Reproductive Technology adalah sekelompok metode yang digunakan untuk membantu pasangan infertil untuk memperoleh keturunan. Infertilitas adalah pasangan suami istri yang sudah menikah selama 1 tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi tetapi belum juga memiliki anak/ hamil (Sarwono, 2000). Teknologi Reproduksi Berbantu menggunakan teknik yang disebut dengan In Vitro Fertilization (IVF) atau disebut juga Program Bayi Tabung, yaitu tindakan medis yang mempertemukan sel telur dan sperma di luar tubuh wanita, mengembangkannya di dalam laboratorium dan menanamkan kembali ke dalam rahim agar terjadi kehamilan. Selain teknik Bayi Tabung, Teknologi Reproduksi Berbantu juga memiliki teknik yang lebih sederhana, yaitu Inseminasi Buatan .

Teknik IVF diperkenalkan oleh Robert G. Edward , seorang ilmuwan Inggris, pada tahun 1950-an. Ia melakukan riset bersama Patrick Steptoe, seorang ahli bedah kandungan. Bayi pertama hasil pembuahan dengan teknik ini adalah Louise Joy Brown , seorang bayi perempuan, yang lahir pada tanggal 25 Juli 1978 di Inggris. Bayi tersebut bisa tumbuh normal bahkan pada tahun 2011, Louise Brown telah melahirkan anak laki-laki dengan proses persalinan yang normal. Sejak saat itu lebih dari 5 juta bayi di seluruh dunia telah lahir dari program IVF dan berbagai macam protokol telah berkembang sesuai dengan keadaan masyarakat yang membutuhkan. Bayi Tabung pertama di Indonesia bernama “ Nugroho Karyanto”. Bayi tabung pertama di Indonesia ini lahir pada tanggal 2 Mei 1988 di Rumah Sakit Anak dan Bersalin (RSAB) Harapan Kita, yang diprakarsai oleh Prof.Dr. dr. Sudraji Sumapraja, SpOG (K) . Pada tahun 2010, Robert Edward mendapat hadiah Nobel di bidang sains atas manfaat yang diberikan bagi masyarakat luas terutama pasangan infertil.
Kesuksesan program bayi tabung tidak begitu saja memuaskan dunia kedokteran. Upaya untuk mengukir tinta emas sejarah bayi tabung terus berlanjut. Jika selama ini masyarakat hanya mengenal satu teknik proses bayi tabung secara IVF, maka sekarang telah muncul bermacam-macam bayi tabung dengan menggunakan teknik baru yang semakin canggih daripada teknik sebelumnya.
Indonesia merupakan negara paling awal yang menjalankan program bayi tabung dibanding Thailand dan Malaysia, yaitu sejak 1987. Namun, perkembangannya tergolong lambat, dilihat dari jumlah peserta program bayi tabung yang masih sedikit dan jauh lebih kecil dibandingkan negara-negara asia lainnya, seperti Kato Ladies Clinic di negara Jepang yang selalu menangani pasien program bayi tabung sebanyak 70 pasang tiap harinya. Yang membuat resah, pasangan-pasangan yang mengalami gangguan kesuburan dan memilih program bayi tabung justru menyambangi negara-negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia untuk dapat memiliki buah hati. Hal ini dikarenakan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kualitas sumber daya manusia yang berkecimpung di dalam program Teknologi Reproduksi Berbantu, serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang In Vitro fertilization.
Perkembangan Klinik Bayi Tabung di Indonesia mengalami kemajuan pesat. Pada tahun 2012, terdapat 23 Klinik Bayi tabung yang terdapat di sebelas kota di tanah air, yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, Medan, Magelang, Depok dan Padang. Hal itu, menjadikan kebutuhan tenaga ahli di bidang teknologi berbantu semakin banyak. Menurut peraturan Permenkes No 039 tahun 2010 tentang Reproduksi teknologi berbantu, persyaratan ketenagaan, khususnya tenaga laboratorium yaitu seorang sarjana dengan dasar biologi yang memiliki kontrol kualitas yang baik. Teknologi bayi tabung menjadi isu teknologi reproduksi yang berkembang didalam masyarakat yang awalnya masih pro dan kontra jika dikaitkan pada segi agama, disamping itu banyak media televisi mengangkat teknologi ini melalui sebuah film, seperti contoh film indonesia yang dibintangi oleh Dedy Mizwar dan Widyawati tahun 1988 berjudul "Bayi Tabung". Dari isu teknologi yang sudah berkembang dimasyarakat itu, kenyataannya sebagian besar mahasiswa Jurusan biologi, kurang memahami tentang prosedur bayi tabung ini, sehingga seorang lulusan sarjana biologi tidak memiliki ketrampilan khusus di bidang Teknologi Reproduksi Berbantu. Dengan ini, diharapkan seorang sarjana biologi mampu menjelaskan kebingungan masyarakat yang kurang paham tentang teknologi ini dan masih menganggapnya tabu.

Tujuan


  • Untuk mengetahui secara mendalam tentang Teknologi Reproduksi Berbantu
  • Untuk mengetahui prosedur Bayi tabung (IVF)
  • Untuk mengetahui secara rinci tahapan pembelahan sel embrio manusia
  • Manfaat


    Untuk meningkatkan pengetahuan bioteknologi sistem reproduksi manusia di bidang Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) bagi mahasiswa jurusan Biologi

    Sejarah Teknologi Bayi Tabung ( In Vitro Fertilization )


    Secara umum Teknologi Bayi Tabung atau Pembuahan In Vitro (bahasa Inggris: In Vitro Fertilization ) adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur dibuahi oleh sel sperma di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.
    Perkembangan Bioteknologi di dunia merupakan suatu perkembangan teknologi yang dapat menghasilkan sesuatu baru yang dapat berguna untuk kehidupan manusia. Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat terutama di negara negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika. Rekayasa genetika adalah istilah dalam ilmu biologi yang artinya secara umum adalah usaha manusia dalam ilmu biologi dengan cara memanipulasi (rekayasa) sel atau gen yang terdapat pada suatu organisme tertentu dengan tujuan menghasilkan organisme jenis baru yang identik secara genetika.
    Tonggak sejarah bayi tabung diukir Profesor Robert G. Edwards di Inggris pada 25 Juli 1978. Beliau adalah profesor emeritus di University of Cambridge. Awalnya, Edwards terinspirasi oleh percobaan rekannya yang berhasil membuahi sel telur kelinci di dalam tabung percobaan. Edwards tahu kalau cara ini bisa digunakan oleh pasangan yang tak subur untuk bisa memperoleh anak. Lalu ia pun bereksperimen dengan sel manusia. Tahun 1969, di University of Cambridge, Edwards dan timnya pertama kali berhasil membuahi sel telur dalam tabung percobaan. Tetapi telur yang sudah dibuahi itu gagal. Edwards curiga kegagalan itu diakibatkan telur belum cukup matang di dalam ovarium ketika dikeluarkan. Lalu, ia bekerja sama dengan ahli ginekologi Patrick Steptoe, koleganya yang meninggal pada 1988 dan mereka berhasil mengeluarkan telur matang dari ovarium. Telur itu berhasil dibuahi dan berhasil membelah, meskipun perkembangan berhenti pada jumlah 8 sel.
    Penelitian Edwards sempat mendapat perlawanan dari para pemimpin agama dan pemerintahan. Buntutnya, Medical Research Council di Inggris menghentikan kucuran dana. Tapi, penelitian Edwards terus berlanjut dengan dana perseorangan. Berkat kegigihannya, hingga kini sudah terlahir banyak bayi tabung di seluruh dunia. Bayi tabung merupakan salah satu teknik untuk membuahi sel telur di luar tubuh manusia. Dalam prosesnya, sel telur yang sudah matang dikeluarkan dari indung telur lalu dibuahi oleh sperma di dalam sebuah medium cairan. Setelah pembuahan berhasil, embrio dimasukkan kembali ke dalam rahim dan berkembang menjadi bayi. Proses pembuahan di luar tubuh manusia itu disebut dengan istilah "in vitro fertilization" yang berarti di dalam gelas atau tabung. Sehingga, bayi yang dilahirkan karena pembuahan seperti ini disebut dengan "bayi tabung". Bayi tabung, sejak 1978, terus berkembang, membuat proses menjadi lebih mudah dan nyaman bagi pasien. Meskipun demikian, bayi tabung sering kali berujung pada kelahiran ganda, yang berisiko bagi bayi dan ibu. Penelitian Edward membuahkan hasil dengan lahirnya Louise Brown melalui operasi caesar di Oldham General Hospital, Oldham. Bayi seberat 2,6 kilogram itu adalah sejarah. Dia menjadi " anak sulung program bayi tabung ". Teknik tersebut tersebut lantas mendunia. Empat tahun kemudian, pada 1982, lahirlah Natalie Brown, adik Louise. Ketika itu, Natalie sudah jadi bayi tabung ke-40 di seluruh dunia. Pada 1999, Natalie menjadi "alumnus" program bayi tabung pertama yang melahirkan anak secara normal. Atas prestasinya tersebut, Senin 4 Oktober 2010, di Stockholm, Swedia, Edwards diusia 85 tahun dinyatakan sebagai peraih Nobel pada kategori kesehatan. bunyi pernyataan resmi komite penyeleksi hadiah Nobel, yaitu “ Prestasi Edwards telah membuka mata dunia bahwa ketidaksuburan atau kemandulan bisa diatasi "
    Program bayi tabung di Indonesia sebenarnya telah ada sejak tahun 1988, tetapi karena kurangnya informasi terhadap masyarakat, berakibat timbulnya anggapan bahwa di Indonesia belum mampu untuk menjalani program bayi tabung tersebut. Bayi tabung pada satu pihak merupakan hikmah. Ia dapat membantu pasangan suami istri yang subur tetapi karena suatu gangguan pada organ reproduksi, mereka tidak dapat mempunyai anak. Dalam kasus ini, sel telur istri dan sperma suami dipertemukan di luar tubuh dan zigot yang terjadi ditanam dalam kandungan istri. Dalam hal ini kiranya tidak ada pendapat pro dan kontra terhadap bayi yang lahir karena merupakan keturunan genetik suami dan istri, karena undang-undangnya sudah diatur didalam Permenskes No 39 tahun 2010 tentang Reproduksi Teknologi Berbantu .
    Secara umum, Proses Reproduksi Teknologi Berbantu sebagai berikut:
  • Istri diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang indung telur mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan baru dihentikan setelah sel-sel telurnya matang.
  • Pematangan sel-sel telur sipantau setiap hari melalui pemeriksaan darah Istri dan pemeriksaan ultrasonografi.
  • Pengambilan sel telur dilakukan dengan penusukan jarum (pungsi) melalui vagina dengan tuntunan ultrasonografi.
  • Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut dibuahi dengan sel sperma suaminya yang telah diproses sebelumnya dan dipilih yang terbaik.
  • Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam tabung petri kemudian dibiakkan di dalam inkubator. Pemantauan dilakukan 18-20 jam kemudian dan keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembuahan
  • Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini kemudian diimplantasikan ke dalam rahim istri. Pada periode ini tinggal menunggu terjadinya kehamilan.
  • Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi menstruasi, dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan seminggu kemudian dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi.
  • Tahapan Preparasi Sperma - Ketika seorang pria berejakulasi, cairan yang dipancarkan terdiri dari dua komponen utama: plasma semen dan spermatozoa. Sebelum spermatozoa digunakan untuk proses IVF, pertama kali harus dilakukan preparasi (di cuci) setelah adanya likuifaksi sempurna untuk memisahkan dari plasma semen dan kontaminan lain serta diberikan medium untuk ‘nutrisi’ spermatozoa. Pemisahan spermatozoa dari plasma semen, dikenal dengan istilah preparasi sperma / sperm washing.Ada beberapa metode untuk melakukan preparasi sperma. Metode preparasi sperma yang dapat dilakukan dalam program Reproduksi Teknologi Berbantu adalah Simple sperm washing, Swim-up, Density gradient, Side Migration, Preparasi sperma dengan albumin, Penambahan zat – zat adiktif, dan Kombinasi dari metode-metode tersebut .
    Proses Spermiogenesis dari tahapan Spermatogenesis dapat diuraikan sebagai berikut:
    Proses pemilahan sperma yang digunakan untuk program bayi tabung yaitu sperma dengan struktur morfologi normal, seperti ditunjukkan oleh gambar dibawah ini.
    Tahapan Pengambilan Sel Telur ( Oocyte Pick Up ) - adalah panen (pengambilan) folikel yang matang yang diharapkan terdapat sel telur (oosit sekunder) pada folikel tersebut. Sebelum prosedur pengambilan sel telur, pasien akan diberikan obat suntik yang berfungsi untuk mematangkan sel telur. Waktu adalah faktor yang sangat penting; sel telur harus diambil sebelum sel telur keluar dari folikel didalam ovarium. Pengambilan sel telur bertepatan dengan pematangan yaitu maksimal 36 jam setelah pemberian hormone, ditandai dengan meningkatnya hormon LH. Selama prosedur dilakukan, dokter akan melihat folikel yang terbentuk di dalam ovarium dengan ultrasonografi dan sel telur diambil melalui jarum yang dimasukkan. Prosedur ini membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Dalam siklus menstruasi normal, hanya dibentuk satu folikel dan folikel tersebut mengandung satu telur. Pengambilan sel telur merupakan teknik yang efisien untuk mengmpulkan sel telur, namun tidak adapat meningkatkan kualitas sel telur dalam ovarium.
    Teknik OPU dan Ruang Tindakan OPU
    Setelah melalui tahap OPU, cairan folikel diamati untuk memastikan keberadaan sel telur dengan bantuan mikroskop stereozoom didalam ruang steril, proses ini disebut dengan Oocytes Retriveval . Sel telur yang didapat umumnya masih diselimuti oleh corona radiata. Sel telur yang diperoleh dikultur didalam media untuk melakukan persiapan fertilisasi. Jika sel telur yang didapat belum matang, ditandai dengan belum munculnya polar body, maka sel telur tersebut akan dilakukan treatment IVM (In vitro Maturation), yaitu dilakukan dengan mematangkan dahulu sel telur di laboratorium baru kemudian dibuahi. Setelah melalui tahap OR, Sel telur melewati tahap hyaluronidasi. Hyaluronidase pertama kali dikenalkan oleh Karl Meyer (1934) sebagai enzim yang mendegradasi hyaluronan. Hyaluronidase adalah kelompok dari enzim yang aktif pada pH asam dan netral. Hyaluronidase adalah salah satu enzim yang terdapat dalam akrosom kepala spermatozoa yang berfungsi dalam reaksi akrosom yang terjadi pada zona pellusida setelah terjadinya ikatan dengan spermatozoa, sehingga sel telur benar-benar terpisah dari sel kumulusnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kematangan dan kualitas sel telur secara spesifik. Tahap hyaluronidasi umumnya dilakukan untuk persiapan proses fertilisasi dengan teknik ICSI, agar saat menyuntikkan sel sperma ke dalam sel telur dapat dilakukan dengan tepat, sedangkan jika menggunakan proses IVF konvensional, sel telur tidak melalui tahap hyaluronidasi bertujuan agar sperma secara alami menembus sel cumulus dan masuk ke dalam sel telur dengan sendirinya. Dalam proses Ovum Pick Up tidak lepas dari pemahaman proses Oogenesis, yang diuraikan dengan bagan dibawah ini:
    Tingkat
    Karakteristik
    Oosit MatureCorona radiata dan sel kumulus merenggang, ooplasma berwarna terang dengan granulasi homogen, bulat dan teramati bentuknya
    Oosit Immature Corona radiata masih padat, Sel kumulus masih rapat, bentuk tidak beraturan dan bagian tengah ooplasma berwarna gelap
    Evaluasi Oosit Berdasar Kematangan Inti Sel
    Tingkat
    Karakteristik
    Gambar
    Metafase II (M II)Polar Body (+)
    Metafase I (M I) Polar Body (-), tidak ada Germinal vesikal (nukleus besar pada telur yang belum dibuahi)
    Profase I Germinal vesikal (+)
  • IVF Konvensional
  • Pada teknik ini, 50ribu-100ribu sperma dipertemukan dengan satu buah sel telur di dalam cawan petri yang berisi medium kultur sehingga terjadi pembuahan. Kelebihan dari teknik IVF antara lain sangat mudah dilakukan, biayanya relatif murah, dan tidak ada manipulasi pada sel telur (lebih bersifat alami). Namun demikian kelemahannya jika sperma bermasalah maka sperma tidak akan mampu menembus sel telur sehingga pembuahan tidak bisa terjadi.
  • ICSI ( Intra Cytoplasmic Sperm Injection )
  • Teknik ini lakukan dengan menginjeksi satu sperma ke dalam satu sel telur sehingga terjadi pembuahan menggunakan alat bantu Mikroskop Inverted dan Mikromanipulator. Kelebihan teknik ini sangat membantu seorang suami yang mengalami kasus azoospermia (tidak adanya sperma yang keluar bersama air mani) atau juga jumlah spermanya sangat sedikit (Oligozoospermia) dengan kualitas yang jelek (teratozoospermia). Testicular Sperm Aspiration (TESA) and Testicular Sperm Extraction (TESE) sekarang dapat dimanfaatkan untuk mengambil sel sperma dari testis atau melakukan biopsi jaringan testis dari suami. Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) saat ini adalah cara yang paling berhasil untuk mengatasi infertilitas pria, dengan tingkat fertilisasi 60% -70%, tergantung pada kualitas sperma yang digunakan. Namun, setelah sel telur dibuahi, tingkat keberhasilan ICSI tetap sama seperti IVF konvensional. Peluang mendapatkan kelahiran hidup adalah 20 -25%. Hal ini karena efektivitas keseluruhan tergantung pada apakah telur yang telah dibuahi sukses melakukan implantasi dan berkembang dengan baik di dalam rahim. Di Indonesia, program bayi tabung dengan menggunakan teknik ICSI sudah mulai dilakukan sejak tahun 1995. Jika setelah dilakukan pengamatan embrio dan didapati adanya sel embrio yang memiliki zona pelusida tebal, karena zona pelusida yang terlalu tebal membuat embrio gagal melakukan implantasi, maka akan dilakukan proses Assisted Hatching . Hatching adalah proses keluarnya embrio dari zona pelucida. Proses tersebut merupakan kunci utama pada pertumbuhan embrio. Setelah melalui proses hatching embrio akan berimplantasi pada endometrium dan tumbuh menjadi fetus. Bila proses hatching pada embrio tahap blastosit ini gagal maka implantasi dan kehamilan tidak akan terjadi dan embrio akan mengalami degenerasi atau mati. Assisted Hatching dapat juga didefinisikan sebagai mekanisme buatan yang dilakukan untuk membantu proses hatching. Mekanisme buatan tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan keberhasilan terjadinya implantasi dan kehamilan. Assisted hatching dapat dilakukan dengan metode zona thinning (penipisan zona), zona drilling (pengeboran zona), dan zona slithing (penyayatan zona). Selain faktor tebalnya zona pelusida, proses AH dilakukan juga pada pasien yang berkali-kali gagal program bayi tabung setelah melakukan embrio transfer dan faktor usia diatas 35 tahun. Assisted Hatching (AH) dilakukan pada embrio yang hendak dilakukan transfer embrio. Setelah sel telur mengalami tahap fertilisasi, maka embrio akan mencapai beberapa tahapan pembelahan sel, sebagai berikut:
    Sedangkan didalam tubuh wanita, proses pembuahan/ fertilisasi terjadi di saluran telur atau yang lebih dikenal dengan tuba falopii. Pembelahan embrio secara alami mengalami tahapan yang sama seperti pada pembelahan embrio hasil In Vitro Fertilization , yaitu melalui tahap pembelahan 2 sel, 4 sel, 8 sel, morula dan blastokista. Pembelahan embrio didalam tuba falopii dapat dijelaskan dengan gambar dibawah ini.

    Referensi

    Schill, wolf-bernhard et al., 2006. Andrology for the Clinician. Springer. Hlm 41. http://prasasti121290.blogspot.com/2010/11/sejarah-teknologi-rekayas-genetika.html?zx=fba5b2d578d6d428 http://klinikandrologi.blogspot.com/2011/05/optimalisasi-preparasi-sperma.html http://klinikandrologi.blogspot.com/2011_05_01_archive.html http://blog.uin-malang.ac.id/bettie/2011/03/10/perkembangan-embrio http://www.tribunnews.com/2010/10/06/penggagas-bayi-tabung-raih-nobel-kedokteran http://www.bloginfertilitas.wordpress.com/ http://www.gladioolivf.wordpress.com/

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar