Green  Pencil

Selasa, 04 Juni 2013

Sweet Innocence *5

Judul: Sweet Innocence
Genre: Romance
Part: 1-19
Cast:
IU/ Lee JiEun
Lee Donghae (Super Junior)
Choi Seunghyun / TOP (Big Bang)
Jessica jung/ Jung sooyeon (SNSD)

#lee dongchul: saudara kembar lee donghae (hanya di FF ini^^)

Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will)

Part *5

Jieun melihat namja yang mirip dengan dongchul. Namja itu membantu jieun memunguti buku yang terjatuh. Namun yang membuat jieun heran adalah namja itu tidak menyapa sepatah katapun padanya.

''dongchul ssi??'', panggil jieun saat namja itu berjalan melewatinya.
Donghae menoleh, ''ne? Aku lee dongchul''.
''dongchul ssi? Kau masih ingat aku? Aku Lee jieun! Kita pernah bertemu di festival piano klasik, tapi sepertinya kau lupa padaku''.

Donghae terdiam lalu menatap jieun. Namja itu teringat saat ia menolong jieun dan mengantarnya ke kantor SM Ent saat ada festival piano klasik.
''ya aku ingat! Wae gurae?'', tanya donghae.
''kenapa kau pergi saat kau harus tampil untuk festival. Apa kau memberiku kesempatan untuk menang? Karena kau sadar bahwa aku tidak bisa menyaingimu?'', tanya jieun.
''mweo??''.
''Uhm mungkin jika kau tidak pergi saat itu, aku tidak akan mendapat posisi menjadi trainer di sini. Terima kasih!'', kata jieun *deep bow*.

*brukkkk* buku2 yang dibawa jieun terjatuh lagi saat yeoja itu mencoba untuk membungkuk berterima kasih pada donghae.
''aiss!!'', gerutu jieun saat melihat buku2nya terjatuh.

''festival apa? Jika aku harus ikut festival, aku tidak akan menyerah hanya karena gadis sepertimu?'', tanya donghae terheran namun jieun tidak memperhatikannya karena sibuk memunguti buku yang terjatuh.

Donghae memperhatikan jieun yang masih saja memunguti buku2nya.
''apa yang membuat dongchul mengalah untuk yeoja ini?'', batin donghae kemudian sesaat berlalu meninggalkan jieun sendirian.

Jieun memperhatikan donghae yang pergi meninggalkannya.
''aneh sekali, tidak seperti dongchul yang pertama kali ku lihat. Dongchul yang sekarang kulihat begitu dingin, tatapan matanya tampak tidak bersahabat dan sangat tidak ramah'', guman jieun.


Di dalam lift, donghae merenung tentang sosok gadis yang ia temui di koridor kantor itu.
''geu sarami nuguya? Kenapa gadis itu seolah mengenal dongchul. Apa mereka mempunyai hubungan yang akrab?'', guman donghae.

Tiba2 *sringgg* pintu lift terbuka.Seunghyun masuk ke dalam lift dan berdiri di samping donghae.
''kau menemui direktur?'', tanya seunghyun.
''kenapa kau bertanya pertanyaan konyol? Siapa yang ku temui kalau bukan direktur? Apa kau berharap aku menemuimu?'', kata donghae.
''kau masih tidak menyukaiku seperti ibumu. Apa kau tidak bisa mengubah sikapmu padaku? Kau berbeda dengan saudaramu!''.

Donghae mendengus, ''aku tahu apa tujuanmu tetap bertahan tinggal di dalam keluargaku, dongchul mungkin bisa kau bohongi tapi aku tidak''.
''tujuan?''.

Seunghyun memandang donghae dengan tatapan heran sedangkan donghae mengangguk mantap.
''kau ingin mengambil alih semua saham SM ent bukan?'', kata donghae.
Seunghyun tersenyum, ''kau memikirkan hal konyol sampai sejauh itu?''.
''ya! Ini bukan hal konyol, seunghyun ah! Aku tahu siapa kau sebenarnya!!''.

Donghae keluar dari lift dan seunghyun tetap di dalam lift seraya memperhatikan donghae berlalu dari hadapannya kemudian pintu lift itu tertutup.
''SM Ent milik keluargaku donghae ah. Ayahmu membuat seolah perusahaan ini miliknya, aku akan merebut kembali karena SM Ent hanya milik keluarga choi'', batin seunghyun.


Di ruang trainer, jieun meletakkan setumpukan buku diatas meja kerjanya. Yeoja itu terduduk di kursinya kemudian bernafas panjang dan menghapus peluh di dahinya.
''kau tahu kenapa kau disuruh membawa buku sebanyak itu?'', tanya seorang rekan kerja jieun.

Jieun menoleh ke arahnya temannya itu, ''wae?''.
''karena kau tidak pantas duduk berdiam dan menyuruh orang untuk membawakan buku2mu''.
''mweo?''.
''kenapa kau masih tidak menyadari posisimu sekarang membuat orang lain tidak menyukaimu''.

Jieun beranjak dari tempat duduknya kemudian menghampiri meja rekan kerjanya itu.
''kenapa bisa seperti itu? Apa aku bersalah dengan posisiku? Aku tidak meminta managemen ini untuk menerimaku'', kata jieun.
''tapi kau bisa meminta untuk undur dari managemen ini kan?''.
''aku tidak peduli bagaimana kau memandangku. Bagaimana dunia ini melihatku, mereka anggap aku begitu kecil, aku tidak peduli! Tuhan memakai siapa saja untuk menyatakan rencanaNya, termasuk memakai diriku untuk managemen ini! Kau mengerti?''.

Jieun keluar dari ruang kerjanya kemudian berlari menaiki tangga darurat kemudian berdiri di atap gedung besar itu. Angin begitu kencang berhembus menerpa wajahnya.
''aku harus bertahan!! Aku harus kuat!! Jangan menyerah lee jieun! Ini tidak sulit, percayalah'', teriak jieun.
''jangan terluka hatimu karena perkataan orang! Jadilah tuli untuk ini! Jangan dengarkan mereka, tetap fokus pada tujuanmu!'', teriak yeoja itu lagi seraya menahan tangisnya kemudian tertunduk seraya bersandar di dinding tepian atap gedung itu.

''menjadi hebat itu sederhana. Saat kau menjadi pribadi yang sabar dan mampu mengusai diri, karena kau akan lebih dari seorang pahlawan yang berhasil merebut kota'', kata seunghyun yang tiba2 berdiri di hadapan jieun.

Jieun mendongakkan kepalanya kemudian melihat seunghyun ada di sana.
''mweo? Kau mendengar semuanya?'', tanya jieun terkejut kemudian beranjak berdiri.
Seunghyun mengangguk, ''volume suaramu begitu keras. Bahkan itu memekak telingaku!''.
''jeongmalyo??''.
''ne!''.
''ahaha!! Itu hanya bagian dari aktingku saja! Sampai jumpa!!''.

Jieun lari terbirit2 meninggalkan seunghyun sesekali ia menoleh ke belakang dan melihat seunghyun masih tetap pada posisinya.

''kenapa dia selalu ada dimanapun? Bahkan di tempat tersembunyi seperti ini? Ah ini memalukan!'', guman jieun kemudian menuruni tangga dengan cepat.

''kenapa gadis itu selalu lari terbiri2 jika melihatku? Apa aku seperti monster?'', guman seunghyun saat melihat jieun membuka pintu dan menutupnya dengan sangat keras.

Seunghyun melihat sebuah ponsel tergeletak tidak jauh dari tempatnya berdiri.
''ponsel dengan gantungan kunci rainbow cake? Gadis itu benar2 labil, dia bisa sedih sesedih2nya tapi bisa aneh seaneh2nya'', guman seunghyun kemudian mengambil ponsel itu.


Jieun sedang menikmati sekaleng minuman ringan seraya membolak-balik sebuah buku di cafetaria kantor SM Ent.
''Uhm tidak masalah jika aku harus membacanya berulang kali. Aku tidak perlu berkata *wow* untuk ini'', guman jieun.

''kau kehilangan sesuatu?'', tanya seorang namja yang berdiri di belakang tempat duduk jieun.
''aniyo!'', jawab jieun singkat.

Jieun menoleh kemudian *uhukkk cruttt*, Jieun tersedak seraya menyemburkan air soda dari mulutnya.
''Hyaa! Kau membuatku terkejut. Kenapa kau mengikutiku??'', tanya jieun saat melihat namja itu adalah choi seunghyun.
''kau melupakan ponselmu!'', kata seunghyun kemudian memberikan ponsel jieun pada gadis itu.
''eung? Gomapseumnida!'', kata jieun kemudian mengambil ponsel itu.

Yeoja itu melanjutkan membalik halamana buku yang ia baca.
''kenapa kau masih di sini?'', tanya jieun saat menyadari seunghyun masih berdiri di sisinya.
''karena aku menyukaimu!'', kata seunghyun.
''mweo? Hyaaa!!''.
''tapi aku tidak menyukai gadis yang mudah menyerah''.

Namja itu tersenyum licik kemudian meninggalkan jieun yang masih kebingungan.
''choi seunghyun, Berhenti!!'', teriak jieun.

Jieun meraih ponsel di mejanya kemudian berlari mengejar seunghyun.

*taptaptap* seunghyun berlari menyusuri koridor kantornya kemudian bergegas menekan tombol lift.

*slattt* Ia dengan cepat masuk ke dalam lift itu.
''apa yang terjadi denganmu?'', tanya direktur lee keheranan saat melihat seunghyun begitu cepat masuk ke dalam lift itu.
''Gwaenchanayo, direktur! Ini hanya bermain saja'', jawab seunghyun.

Jieun celingukan di koridor kantornya dan tidak melihat seunghyun di sana.
''Ah! Kemana dia pergi?'', gerutunya.



=Sore Hari, Rumah Jieun=
*tap tap tap* langkah kaki jieun terdengar keras saat dirinya berlari ke dalam rumah dengan cepat.
''Oppa!!'', panggil jieun.

Yeoja itu mencari kakaknya hampir ke semua ruangan di dalam rumahnya.

''kakakmu ada di taman belakang!'',kata nyonya sila.
''uhm, gomaweoyo, eomma!''.

Jieun berlari ke taman belakang dan melihat shindong sedang menabur benih bunga matahari.

Nyonya sila melihat keduanya dari dalam rumah.

Flash back
# Saat kecelakaan itu terjadi, nyonya sila terlempar keluar dari mobil dan terguling melewati pembatas jalan.

Beberapa waktu berlalu, Nyonya sila mencari informasi tentang korban yang selamat dari kecelakaan itu. Pihak kepolisian melaporkan jika suami nyonya silla tewas seketika karena terjepit puing mobil beserta dengan pasangan suami istri dimana mobilnya bertabrakan dengan mobil keluarganya

Nyonya silla berusaha mencari keberadaan putranya di kantor polisi yang menangani kasus kecelakaan itu.
''apa kau melihat putraku setelah kecelakaan itu terjadi?'', tanya nyonya sila.
''aku tidak menyangka anda masih hidup, nyonya! Ini begitu luar biasa!'', kata polisi itu takjub.
''apa putraku selamat?''.
''putramu? Dia tidak terlihat lagi semenjak dari rumah sakit. Sehari setelah itu seorang pria yang mengaku asisten suamimu mencoba mencari tahu keberadaan putramu dan juga anda'', kata polisi itu lagi.
''apa pria itu bernama lee so man?''#end.

''eomma!!'', kata jieun seraya melambaikan tangan ke arah nyonya lee hingga membuyarkan lamunan ibunya itu.

Ajumma itu tersenyum kemudian beranjak ke taman belakang lalu berdiri di dekat shindong.
''jieun ah, bagaimana pekerjaanmu hari ini?'', tanya nyonya silla.
''hari ini begitu menyenangkan! Aku bekerja dengan baik dan semua orang menyukaiku. Tugasku tidak sulit, hanya menuntun beberapa calon artis untuk menyiapkan debut pertamanya'', jawab jieun dengan wajah berbinar.

''maafkan aku, bu! Aku tidak ingin kau kecewa karena pekerjaanku saat ini berkebalikan dengan apa yang kuceritakan'', batin jieun.

''jeongmalyo?'', tanya nyonya silla.
Jieun mengangguk kemudian menyunggingkan senyumnya.

Nyonya Silla memandang jieun dengan ekspresi datar.
''astaga!!'', seru ajumma itu.
''wae? Apa ibu tidak mempercayaiku?'', tanya jieun terkejut.
''tidak, sayang! Aku lupa bahwa aku sedang merebus telur''.
Nyonya silla bergegas masuk ke dalam rumahnya kemudian berlari menuju dapur.

''kau membohongi ibu!'', kata shindong kemudian beranjak berdiri dan mendekati jieun.
''mweo??'', tanya jieun terheran.
''apa yang kau katakan tidak sesuai dengan kenyataannya''.
''uhm, kau benar, oppa! Aku hanya belajar untuk tidak mengeluh, seseorang mengajariku tentang sesuatu bahwa menjadi hebat itu sederhana''.

Shindong meminta jieun untuk duduk di dekatnya.
''apa kau melihat lubang yang ku gali itu?'', tanya shindong.
''ne! Waeyo?'', kata jieun.
''bagaimana jika lubang itu adalah lubang yang didasarnya ada harta karun senilai milyaran Won?''.
''jika lubang itu lubang yang berisi emas senilai milyaran won, pasti lubang itu sangat dalam. Aku tidak akan bisa menjangkaunya karena lubang itu begitu dalam. Terlalu dalam untuk tangan sependek ini!''.
''masalahnya bukan lubangnya yang terlalu dalam, tapi tanganmu yang terlalu pendek. Kau hanya perlu mengambil galah, menjulurkan galah itu ke dalam dan mengambil harta itu''.
''mweo?? Uhm, oppa! Ternyata semudah itu''.
''terus mengeluh, berpikir negatif, dan akhirnya tidak akan mendapatkan apa2. Lebih baik berpikir positif dan melakukan sesuatu untuk mengubah keadaan''.

Shindong mengusap rambut jieun kemudian menyuruhnya untuk pergi istirahat.


Shindong menemui nyonya lee yang masih sibuk dengan rebusan telurnya.
''eomma, apa kau tidak berusaha mencari keberadaan putra kandungmu lagi?'', tanya shindong kemudian meletakkan sekop kecil yang ia gunakan untuk menggali tanah kemudian menoleh ke arah nyonya silla.
''aniyo! Kebahagiaanku sudah penuh bersamamu dan jieun'', kata nyonya silla.
''jeongmalyo? Kau tahu dimana anakmu berada?''.
''aku menemui lee, tapi dia tidak membawa putraku dari rumah sakit''.
''Bagaimana dengan perusahaan suamimu?''.
''asisten suamiku di kantor mengabarkan kalau perusahaan mobil kami bangkrut karena banyak hutang''.
''ibu percaya begitu saja?''.
''karena lee adalah orang kepercayaan suamiku. Aku tidak pernah bertemu dengan lee sejak saat itu''.

Shindong mengangguk lalu berdiri dengan bertopang pada tongkatnya.
''ibu percayalah padaku dan jieun. Ibu akan bahagia bersama kami'', kata shindong.
''gomaweoyo'', kata nyonya silla seraya tersenyum.



=Tempat latihan balap motor=
Sebuah motor masuk ke dalam arena balap motor. Donghae melepas helmnya lalu berjalan ke arah rombongan namja yang berpakaian balap.
''aku tidak yakin saat kau berkata bahwa kau akan berhenti dari dunia balap'', kata seorang teman donghae.
''aku tidak bisa meninggalkan balap secepat itu. Aku sedang memikirkannya'', kata donghae.
''ayo! Tunjukkan pada kami, apakah kemampuanmu menurun?''.

Donghae naik ke atas motornya lalu menyalakan mesin motor itu.

*brummm brummmm* donghae memainkan gas tangannya lalu menutup kaca helmnya.

Donghae dan salah seorang rekannya itu melaju satu putaran di arena balap itu.

Tidak lama kemudian donghae mematikan mesin motornya.
''kenapa berhenti?'', tanya temannya itu.
''aku harus ke rumah sakit'', kata donghae.
''rumah sakit? Apa penyakit jantung ibumu kumat?''.
Donghae menggeleng, ''sooyeon masih di rumah sakit''.
''sooyeon kekasih dongchul? Kau ingin mengencani kekasih saudaramu?'', goda teman donghae itu seraya tertawa.



=Malam hari, Rumah Sakit seoul=
Sooyeon sedang menikmati makan malamnya di atas tempat tidurnya.
Yeoja itu menoleh saat melihat seorang namja masuk ke kamarnya.
''kau sudah pulih?'', tanya seunghyun lalu meletakkan bucket bunga di meja dekat tempat tidur sooyeon.
''kau siapa?'', tanya sooyeon.
''mweo? Kau tidak mengingatku?''.
Sooyeon menggeleng, ''apa kita pernah bertemu sebelumnya?''.

Seunghyun tertegun lalu memandang yeoja itu lekat.
''sooyeon tidak mengenalku? Apa yang terjadi? Setelah sooyeon siuman, ia sama sekali tidak mengingatku'', batin seunghyun.

Namja itu keluar dari ruang rawat sooyeon.
''siapa pria itu? Kenapa ia keluar masuk kamarku seenaknya'', kata sooyeon kemudian meletakkan mangkuknya ke atas meja.


Di dalam ruang dokter,
''amnesia ringan?'', seru seunghyun.
Dokter itu mengangguk, ''kau orang kedua yang ku beritahu''.
''apa sebelumnya ada yang menanyakan kondisi sooyeon?''.
''ya seorang pria. Sooyeon hanya bisa mengingat satu orang, dia selalu menyebut nama dongchul''.
''sooyeon hanya mengingat dongchul?''.

Seunghyun berdiri di depan kamar sooyeon lalu perlahan membuka knop pintu itu.
''dongchul ah, aku ingin pulang. Aku tidak bisa berlama2 disini'', kata sooyeon.
''ya, besok kau pulang. Semua karyawan kantor menunggumu'', kata namja yang duduk di dekat ranjang sooyeon.

Seunghyun memperhatikan dari sosok namja itu yang hanya tampak punggungnya saja.
''dongchul?'', ucap seunghyun.

Namja itu menoleh ke arah seunghyun,
''lee donghae?!'', batin seunghyun terkejut saat melihat namja yang disebut dongchul oleh sooyeon.

Di luar kamar rawat sooyeon, seunghyun menunggu donghae keluar dari kamar itu.
''apa maksudmu dengan sooyeon menganggapmu sebagai dongchul?'', tanya seunghyun sesaat setelah donghae menutup knop pintu kamar itu.
''sooyeon tidak bisa mengingat siapapun selain dongchul'', kata donghae.
''kenapa kau biarkan sooyeon menganggapmu sebagai dongchul?''.
''apa kau kecewa karena sooyeon tidak mengingatmu?''.
''mweo?!''.

Sooyeon memanggil nama dongchul dari dalam kamarnya.
''dongchul ah, dorawa!!'', kata sooyeon.
''jamkkanman!!'', seru donghae dari luar kamar sooyeon.

Namja itu masuk ke dalam kamar sooyeon dan seunghyun melihat yeoja itu dari pintu.
''bukankah kau namja yang tadi masuk ke kamarku?'', tanya sooyeon saat melihat seunghyun ada di sana.
''kau tidak mengingatnya?'', tanya donghae.
Sooyeon menggeleng, ''apa dia pria yang ku kenal di masa lalu?''.

Seunghyun mendekati sooyeon,
''choi seunghyun imnida! Manager HRD SM Ent'', kata seunghyun.
''nuguya?'', tanya sooyeon.
''aku managermu di kantor. Aku harap kau segera pulih dan kembali bekerja lagi''.

Sooyeon memandang donghae dan berharap namja itu memberinya penjelasan.
''dia managermu!!'', kata donghae.



=Rumah Jieun=
Jieun sedang bermain piano di ruang tengah. Yeoja itu begitu piawai menekan tuts demi tuts pada piano kesayangannya itu.
''berhentilah bermain dan panggil kakakmu untuk makan malam'', kata nyonya sila.

Jieun menghentikan permainan pianonya lalu bergegas pergi ke kamar kakaknya.

Jieun membuka kamar shindong dan melihat namja itu sedang menahan sakit seraya memegang kaki kirinya yang patah karena kecelakaan beberapa waktu silam.
''kenapa dengan kakimu?'', kata jieun sambil menarik tangan shindong dan melihat luka bekas operasi di kaki shindong.
''jangan beritahu ibu tentang hal ini. Belikan aku obat penghilang rasa sakit'', kata shindong dengan suara gemetar.
''apa kau sudah lama menyembunyikan rasa sakit ini?''.
''pergilah, belikan aku obat!''.
Jieun mengangguk, ''ne! Jamkkanman, Oppa!''.
''tutup pintunya lagi dan katakan pada ibu, aku sudah tidur'', kata shindong saat jieun keluar dari kamarnya.


Jieun menemui nyonya sila yang sudah menunggunya di ruang makan.
''eomma, aku akan pergi ke kantor sebentar'', kata jieun.
''apa harus malam ini? Kau tampak terburu2'', tanya nyonya sila.
Jieun mengangguk, ''aku harus mengantar Copy Disc ini secepatnya''.

Yeoja itu menunjukkan sebuah kepingan CD pada ibunya.
''apa kau sudah memanggil kakakmu?'', tanya nyonya sila.
''shindong oppa sudah tidur'', jawab jieun.


Jieun berlari menyusuri jalanan kota seoul dan pergi ke apotik.
''obat penghilang rasa sakit?'', tanya petugas apotik itu.
''kakakku pernah patah tulang dan sekarang bekas operasinya timbul rasa sakit'', kata jieun.
''aku sarankan kau membawa kakakmu ke dokter''.
''mweo?''.
''aku tidak bisa memberi sembarangan obat tanpa resep dokter''.
''waeyo? Kakakku hanya sakit tulang biasa''.
''bagaimana jika rasa sakit itu karena kanker?''.
''agashi, jangan menakut2iku''.

Jieun keluar dari apotik tanpa membawa satu obatpun untuk kakaknya.
''kenapa agashi itu takut jika mal praktek, apa susahnya memberiku obat penghilang rasa sakit'', protes jieun.

Didalam bus,
Jieun duduk di kursi belakang bus itu. Yeoja itu tampak memikirkan kondisi kakaknya.
''Indahnya bulan di malam hari cepat berganti. Segala yang ada padaku tak bertahan sepanjang waktu di dunia yang penuh warna, karena akan pudar pada saatnya. Tak ada satupun yang abadi, hanya datang dan pergi silih berganti'', batin jieun seraya menyandarkan kepalanya di jendela bus itu.



=di sebuah Rumah Sakit=
Jieun berlari menyusuri koridor rumah sakit lalu menemui perawat yang ada di meja resepsionis.
''apa aku bisa menemui dokter jaga?'', tanya jieun dengan nafas terengal.
''Ya! Tunggu sebentar''.

Perawat itu menyuruh jieun masuk ke sebuah ruangan. Jieun menarik lengan dokter itu lalu membawanya keluar dari ruangannya.
''kau mau membawaku kemana?'', tanya dokter itu panik saat melihat seorang yeoja yang tidak dikenalnya menariknya dengan paksa.
''kakakku sakit. Aku ingin kau melihat keadaannya'', kata jieun.
''dimana kakakmu?''.
''oppaga jib eseo isseoyo (ada di rumah)''.
''mweo? Kau menyuruhku datang ke rumahmu? Kenapa kau tidak membawanya ke sini?''.
''kakakku tidak bisa berjalan. Apa kau akan membiarkan kakakku kesakitan semalaman?''.

Jieun tetap memaksa dokter itu dengan menarik lengan bajunya, namun dokter itu menghempaskan tangannya.
''kau gila?'', kata dokter itu.
''apa aku harus membawa kakakku ke sini? dia tidak bisa berjalan, apa susahnya kau ikut aku dengan dua kakimu yang masih normal'', teriak jieun.


Seunghyun yang sedang berjalan di koridor rumah sakit melihat jieun sedang bersitegang dengan seorang dokter.
''kau dokter atau bukan? Dimana hatimu!! Aiss'', seru jieun.

Seunghyun mendekati jieun lalu menarik yeoja itu menjauh dari tempat itu.
''kenapa kau selalu mempermalukan dirimu sendiri?'', tanya seunghyun.
''mempermalukan diri sendiri? Aku akan melakukan cara apapun untuk membawa dokter itu pergi menyembuhkan kakakku'', kata jieun.
''dimana kakakmu? Kenapa kau tidak membawanya ke sini?''.
''aiss!! Kenapa jiwamu sama seperti dokter itu? Kau benar2 sakit! Kau tidak memiliki rasa belas kasihan''.
''kau mengataiku tidak punya rasa belas kasihan?''.
''ya!! Apa kau baru menyadari sifat buruk itu ada di dalam dirimu?''.

Seunghyun berjalan meninggalkan jieun lalu menemui perawat yang ada di meja resepsionis. Namja itu masuk ke ruangan dokter yang bersitegang dengan jieun.
Tidak lama kemudian, dokter itu keluar bersama seunghyun.
''ayo bawa kami ke tempat kakakmu'', kata seunghyun.

Jieun terbengong karena seunghyun berhasil membujuk dokter itu untuk pergi ke rumahnya.
''apa maksudmu?'', tanya jieun.
''babo!! Apa kau akan membiarkan kakakmu kesakitan semalaman?'', kata seunghyun.


Di dalam mobil seunghyun,
''ajeossi, mianhamnida'', kata jieun pada dokter itu.
''kau sedikit memaksaku dan aku tidak mengerti apa maksudmu'', kata dokter itu.
''karena aku sangat panik kakakku tiba2 kesakitan''.

Seunghyun menengok dari spion mobilnya dan melihat wajah jieun yang duduk di kursi belakang.
''kau tinggal bersama kakakmu?'', tanya seunghyun.
''aku tinggal bersama kakak dan ibuku''.

Jieun menunjukkan sebuah rumah dengan kotak pos di pinggir jalan.
''itu rumahku! Ya berhenti!'', kata jieun.

Seunghyun menghentikan mobilnya tepat di depan rumah jieun.

Namja itu berjalan di halaman rumah jieun lalu melihat taman bunga matahari yang ada di sebelah rumah itu.
''apa bunga itu kau yang menanamnya?'', tanya seunghyun.
''aniyo! Aku tidak pandai menanam bunga. Ibuku sangat menyukai bunga matahari dan kakakku yang menanamnya'', jawab jieun.
''bunga matahari? Ibu juga sangat menyukai bunga matahari'', batin seunghyun seraya memperhatikan deretan tanaman bunga itu.
''kau bisa melihat lebih banyak lagi di taman belakang rumah'', kata jieun.
''ibumu suka bunga matahari??'', tanya seunghyun.
''ada apa dengan bunga matahari dan juga ibuku?'', tanya jieun.

*klotek* jieun mendengar seseorang membuka pintu rumahnya dari dalam.

''oh tidak!! Itu pasti ibu'', kata jieun panik.
Seunghyun memandang jieun lalu melihat ke arah teras rumah itu.

(Ost: ZiA - Hope It's You (With K.Will))

@ tobe continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar